PART 19

38.3K 1.2K 6
                                    

PART 19

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

PART 19

°°°

Tuttuttut

"Sial!" umpat Vino, karena lagi- lagi ponsel Emilio tak bisa dihubungi sejak kemarin.

"Memangnya dia lagi melakukan apa, sampai ponselnya tidak bisa dihubungi begini?" gerutu Vino.

"Maaf mengganggu tuan!" ucap salah satu bawahannya.

"Katakan, ada apa?" tanya Vino berkacak pinggang.

"Kami sudah menyiapkan mobil dan membawa senjata yang akan segera dikirim, tuan!"

"Ada berapa mobil yang kau siapkan untuk pengawalan senjata itu?"

"Ada 4 mobil tuan!"

"Ganti rute yang akan dilewati, alihkan ke rute yang lain!" titah Vino.

Alasan Vino mengganti rute adalah, karena salah satu mata- matanya memberikan informasi, bahwa ada anggota gengster lain yang ingin menggagalkan aksi penyelundupan mereka.

Beberapa hari terakhir, serangan demi serangan telah dilancarkan para musuh, untuk menghancurkan bisnis gelap Emilio. Tapi Vino masih bisa menanganinya dengan baik, sementara sekarang, dirinya sudah mulai lelah. Tidak hanya pekerjaan di dunia gelap yang harus dia tekuni, tapi juga perusahaan yang didirikan Emilio pun harus dia tangani.

"Sialan kau Emilio! Kau pasti saat ini tengah bersenang- senang dengan istrimu! Sementara aku? Kau limpahkan seluruh urusan kantor dan markas padaku! Lihat saja, aku akan meminta imbalan yang besar, untuk ini!" guman Vino, kembali berkacak pinggang.

Disisi lain...

"Segeralah habiskan sarapanmu ibu, setelahnya aku akan mengantarmu pulang!" ujar Emilio.

"Kau mengusirku?" tanya Maya. Selera makannya mendadak hilang.

"Tidak! Bukan begitu" jawab Emilio mematap ibunya.

"Dimana istrimu?" tanya Maya, karena Mazaya tak kunjung datang.

"Entah!" Emilio mengedikkan bahunya.

"Apa maksudmu berkata seperti itu? Bukankah semalam kau bersamanya?"

Perkataan ibunya membuat Emilio mendadak kesal, kerena teringat kejadian semalam.

"Ada apa? Kenapa raut wajahmu seperti itu?" curiga Maya, memicingkan matanya.

"Segeralah habiskan sarapanmu itu ibu!" decak Emilio, mengalihkan pembiacaraan.

"Kau! Tolong panggilkan menantuku kemari!" suruh Maya kepada salah satu pelayan.

"Baik nyonya!" pelayan itu menunduk, lalu pamit.

Tak berselang lama...

"Maaf nyonya! Nyonya Muda menolak untuk datang kemari!" ujar sang pelayan.

Di bawah naungan Sang Iblis [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang