PART 17

39.6K 1.4K 9
                                    

PART 17

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

PART 17

°°°

"Bangunlah! Lukamu tak separah itu, hingga kau harus bermalas- malasan seharian ini!" cetus Emilio kepada sepupunya, Vino.

"Kau memang tak punya hati! Lukaku belum kering, dan kau malah mengataiku bermalas- malasan?" dengus Vino.

"Sejak kapan kau jadi manja seperti ini?"

"Sejak sepupuku menikah, secara diam- diam tanpa melibatkanku!" cibir Vino.

"Kau menyindirku?"

"Itu bukan sindirin tuan Emilio! Kau benar- benar keterlaluan! Apa ibumu mengetahui hal ini?"

"Tidak!" singkatnya dengan ekspresi datar.

"Jadi kau memang berniat, merahasiakannya dari semua orang?"

"Tidak! Aku hanya menunggu waktu yang tepat!" jawab Emilio.

"Gadis mana yang kau nikahi? Apa gadis ninja tawananmu itu?" tanya Vino seperti sedang mengintrogasi sepupunya.

"Dia memiliki nama! Mazaya! Mulai sekarang, kau panggil dia nyonya Emilio!" balas Emilio membuat senyuman Vino terbit.

"Ohoh! Rupanya kau saat ini sedang dimabuk cinta!" goda Vino.

Emilio memicingkan matanya.

"Aku benar- benar semakin penasaran, bagaimana rupa dari gadismu itu!" guman Vino yang dihadiahi tatapan tajam oleh Emilio.

"Jangan pernah berpikir, untuk dapat melihat wajahnya!" tekan Emilio.

"Hm? Apa selain dimabuk cinta, kau juga mengidap penyakit posesif terhadap istrimu?" lagi- lagi vino mencibir Emilio.

"Hentikan omong kosongmu! Dan segeralah selesaikan semua urusan pekerjaan, di meksiko!" titah Emilio.

Vino terbelalak.

"Apa kau sudah tidak waras? Punggungku masih sakit, dan kau malah menyuruhku ke meksiko?"

"Jadi kau menolak perintahku?"

"Tidak! Tapi kau lihat sendiri, kondisiku seperti apa?" Ucap Vino berusaha negosiasi.

"Apa perlu aku menembak kakimu, agar kau bisa beristirahat lebih lama?" ancam Emilio.

"Kau benar- benar Iblis!" cibik Vino bangkit dan bergegas pergi.

Mengabaikan perkataan sepupunya, Emilio pun meninggalkan tepat itu.

...

Emilio membuka pintu kamarnya. Netranya menyusuri setiap sudut ruangan, namun tak mendapati keberadaan Mazaya.

"Dimana dia?" gumannya.

"Vega!"

"Vega!"

"I-iya tuan!" ucap Vega dengan nafas tersengal- sengal akibat berlari.

"Dimana dia?" tanya Emilio berkacak pinggang.

"Nyo-nya, ada di kamar sebelah tuan!" jawab Vega menunduk.

"Hm?"

"Sedari tuan pergi, Nyonya Mazaya kembali mengurung dirinya tuan, dia juga belum makan apapun sejak pagi tadi!" ujar Vega memberi laporan.

Emilio menatap arlojinya.

"Sekarang sudah jam 10 malam, dan dia belum makan apapun?" decak Emilio.

"Apa dia benar- benar mau mengakhiri hidupnya?"

"Keluarlah!" suruh Emilio.

Vega menunduk kemudian pergi.

Setelah memastikan maidnya itu pergi, Emilio bergegas, masuk ke lemari pakaiannya, dimana itu merupakan akses menuju kamar sebelah.

Seringaian di wajahnya mendadak luntur, saat ia hendak membuka pintu lemari yang ternyata telah di kunci.

"Sial!" umpatnya.

"Rupanya, kau ingin bermain- main denganku!" Emilio melangkahkan kakinya, ia berjalan menuju pintu kamar yang dihuni Mazaya.

"Buka pintunya!" sentak Emilio, membuat Mazaya terbangun dari tidurnya.

"Sial!" Emilio kembali mengumpat.

"Seharusnya, aku biarkan saja pintu kamar ini rusak!" sesal Emilio.

Jika tahu akan seperti ini, ia tidak akan pernah memerintahkan bawahannya untuk memperbaiki pintu kamar ini.

"Mazaya!" itu kali pertama, Mazaya mendengar namanya disebut oleh Emilio.

"Buka pintunya!" gebrakan demi gebrakan seakan memenuhi pendengarannya.

"Buka! Atau kuhancurkan pintu ini!" ancam Emilio bersungguh- sungguh.

Mazaya turun dari kasur, ia berjalan kearah pintu, dan membukanya.

"Ada apa? Apa kau sedang kerasukan makhluk halus?" seru Mazaya membuat Emilio terdiam.

"Kalau tidak ada yang ingin kau katakan, aku akan menutup pintu!" sambungnya hendak menutup pintu.

"Tunggu!" tahan Emilio.

"Apa?"

"Kau belum makan seharian ini, sebaiknya-"

"Aku tidak lapar, tuan!" potong Mazaya lagi- lagi ingin menutup pintu, namun Emilio menahannya.

"Ada apa lagi? Apa kau ingin mengancamku lagi, hanya karena aku tidak ingin makan?" cecar Mazaya tidak tahan.

"Yah! Karena hanya dengan mengancammu, kau jadi tunduk padaku!" balas Emilio.

"Apa yang sebenarnya kau inginkan?" tanya Mazaya terdengar lirih.

"Aku menginginkanmu!" balas Emilio tanpa sadar.

"A-apa?" degup jantung Mazaya berdetak kencang.

"Bukankah kau sudah menjadi istriku? Apa aneh, jika aku meminta hakku sekarang!" seru Emilio.

"A-apa! Ka-kau!" gugup Mazaya tak tahu harus berkata apa.

Emilio mendorongnya masuk ke kamar. Dengan cekatan, ia berhasil mengunci pintu kamar itu.

"A-aku-" tubuh Mazaya bergetar hebat, rasa takut seketika menyelimutinya.

"Sssttt! Tenanglah, kita ini sepasang suami- istri, jadi kau tak perlu merasa takut seperti ini!" ucap Emilio terdengar berbisik.

"Ya Allah., apa yang harus kulakukan?" batin Mazaya, takut.

"Kau tidak perlu menutupi wajahnya, jika bersamaku!" tambah Emilio melepas cadar Mazaya.

Bersamaan dengan cadarnya yang jatuh ke lantai, air mata Mazaya ikut jatuh di pelupuk matanya.

Emilio tak henti- hentinya mengagumi kecantikan Mazaya. Hingga tangan yang hendak menyentuh wajah istrinya, terlihat gemetar.

"Ada apa dengan diriku?" batin Emilio, merasa bingung.

°°°

Jumat/06/10/23

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jumat/06/10/23

Di bawah naungan Sang Iblis [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang