PART 8

52.5K 1.9K 19
                                    

PART 8

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

PART 8

°°°

Menendang pintu, Vino berhasil menemukan ruang rahasia di Mansion itu.

Tatapannya langsung tertuju, kepada gadis bercadar yang kini berdiri mematung menatapnya.

"Oh, rupanya kau disini Nona?" Vino berjalan mendekat.

"Berhenti disana!" peringat Mazaya, memundurkan langkahnya.

"Apa kau sedang memantau kami, Nona?" Vino tersenyum, menatap layar monitor yang menampilkan tempat Emilio berada.

"Keluar dari sini!" pekik Mazaya hendak lari, namun dengan cepat Vino menangkapnya.

Mazaya memberontak, saat Vino mencengkram kuat lengannya.

"Tenanglah. Aku tidak akan membunuhmu," ucap Vino terabaikan.

"Lepaskan aku!" teriak Mazaya, terus memberontak. Namun tenaganya tak sebanding dengan Vino.

...

"Katakan! Dimana putrimu?" berang Emilio, melayangkan satu pukulan di wajah Aarizz.

"Tuan Emilio," panggil Vino, mendorong Mazaya hingga ia jatuh tersungkur, tepat di samping jasad kakaknya. Alfian.

"Kerja yang bagus, Vino." Emilio memberikan pujian pada sepupunya. Dan beberapa detik setelahnya, ia beralih kearah gadis yang kini sedang menangisi jasad kakaknya.

"Kakak. Kak Alfian!" Mazaya mengguncang tubuh Alfian.

"Kak," Ia menangis sejadi- jadinya.

"Hai! Kita bertemu lagi," sapa Emilio berjongkok. Tak ada sahutan dari gadis itu, membuat Emilio mendengus.

"Tahukah kau, Nona? Aku sangat tidak suka diabaikan!" tekan Emilio meraih jemari gadis itu. Tapi sentuhannya langsung di tepis.

Tatapan keduanya bertemu.

"Si-siapa kau? Dan kenapa kau melakukan semua ini?" tanya Mazaya, berusaha mengendalikan isakkan tangisnya.

"Aku? Kau lupa denganku, Nona?" tangan Emilio kembali terangkat.

"Jauhkan tanganmu! Jangan berani- berani menyentuhku!" bentak Mazaya menatapnya tajam.

"Kenapa? Kenapa aku tak boleh menyentuhmu?" Emilio hendak melepas cadar yang digunakan Mazaya.

Tapi sebelum itu terjadi, Mazaya dengan cepat meraih pistol yang tergeletak tak jauh darinya.

"Aku akan membunuhmu!" Setelah mengucapkan itu, dia langsung menembak dengan asal.

Satu tembakan meleset.

"Kau? Kau ingin membunuhku?" tunjuk Emilio mengetatkan rahangnya.

"Yah, aku akan-"

Di bawah naungan Sang Iblis [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang