Kamar pesanan nomor 231 itu telah menjadi saksi bisu bahwa Sandara sudah menyerah pada pahitnya kehidupan. Pilihan antara mati atau bertahan hidup tidak ada lagi bedanya. Di genggamannya sama saja tak bisa membawa gadis itu ke dalam kebahagiaan. Terkadang tak perlu bahagia, hidup biasa-biasa saja sudah cukup baginya untuk disyukuri. Nyatanya kata biasa-biasa saja pun tak bisa ia dapatkan. Benalu.Dengan tarikan napas panjang, dan hembusannya yang berat. Ia berdiri tegak di ambang pintu yang tertutup rapat. Pun dengan seseorang pria yang mungkin sudah menunggunya di dalam.
Sandara, gadis itu sebenarnya tidak siap untuk merelakan kegadisannya pada pria yang kemarin malam sudah membayar dimuka kala ia menawarkan tubuhnya di situs aplikasi burung berwarna biru. Ia juga tidak tahu seperti apa perwujudan dari pria yang dengan entengnya mengeluarkan uang dan menukarnya dengan tubuh seorang gadis sepertinya. Persetan dengan wajah tampan atau buruknya sosok pelanggan itu, sungguh ia tidak peduli, yang ia butuhkan adalah uang, sebagai alat pembayaran dari hasil menjual tubuhnya atas dasar keterpaksaan.
Kalau tidak karena hutang ayah tirinya yang tak bertanggung jawab, mungkin sekarang Sandara masih hidup tenang bak mahasiswa lainnya yang fokus pada pendidikan. Karena masalah itu, ia harus cuti sementara waktu karena tidak ada biaya dan menggantinya dengan bekerja. Nyatanya gaji yang ia dapat tidak cukup untuk melunasi semua hutang dan bunga-bunganya.
Kini, di detik ini, suara engsel pintu di hadapannya terbuka, tanda ada yang membukanya dari dalam. Begitu pula dengan detak jantung yang ikut memprovokasi kehadirannya. Gadis itu tak tau harus berkata apa, harus memulai seperti apa, dan jika ada pertanyaan, apa yang harus ia jawab. Semuanya, berkecimpung begitu saja dalam pikiran.
"Masuklah...!" Suara beratnya membawa kembali kesadaran pada jiwa gadis polos di hadapannya.
Setelah pintu itu terbuka lebar, dan Sandara masuk dengan ragu ke ruangan bernuansa remang itu. Pun dengan setiap langkah yang tak lepas dari pandangan pria yang telah memesannya secara online. Sedikit ada senyuman aneh yang terukir di labium pria itu, dan Sandara mengakui keambiguannya.
Bukan hanya itu, ruangan yang terkesan erotis, dengan lampu remang macam ini, sedikitnya tidak sinkron dengan pemandangan malam dari balik jendela yang tampak indah. Malam ini bukanlah waktu yang tepat untuk menikmati malam yang indah dari balik jendela itu bukan? Melainkan malam yang genting atau malam untuk menghantarkan keperawanannya yang akan lenyap begitu saja.
"Kau datang ke sini dengan tampilan seperti itu?" Tanya pria itu, masih di ambang pintu. Berbeda dengan Sandara, pria itu berpenampilan layaknya seseorang yang sudah siap menghabiskan malam. Rambutnya yang basah sehabis keramas, serta handuk kimono yang melekat di tubuhnya, sudah menggambarkan kesan yang seksi. Bahkan wangi mint dari rambut basahnya sampai pada penciuman milik Sandara.
"Ya! Apakah sangat aneh?" Tanya gadis itu kembali. Ia sungguh tidak mengerti dengan bagaimana caranya berdandan layaknya wanita penghibur. Lagi pula ini adalah pengalaman pertamanya, dan ia tidak tahu menahu tentang dunia seperti ini sebelumnya.
"Tidak aneh, hanya..." Ucap Pria itu terpotong, ia menyempatkan diri untuk menutup pintu, dan menghampiri Sandara yang berdiri di depan kasur yang sedang menatapnya bingung.
"Seperti gadis yang hendak pergi ke perpustakaan!" Lanjutnya, laki-laki itu sedikit tertawa.
Benar, memang benar, tampilan Sandara saat ini layaknya gadis polos yang hobinya membaca dan membaca. Kardigan rajut berwarna gading dan rok panjang bermotif bunga lily, serta rambut yang dikepang satu terkesan gambaran gadis desa, bukan tampilan gadis malam penggoda. Tidak ada unsur seksi dan erotis. Sangat pantas dengan landian gadis polos yang tak berpengalaman dengan adegan suram seperti ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
History Blue (PARK JEONGWOO) by Pupuriri30
Fanfiction"Aku beli perempuan ini, di aplikasi burung biru..." Panji 🔞 ➡️Jeongwoo as Panji Kharisma ➡️Tokoh lain akan menyusul Penulis: Pupuriri30 100% hasil penulis. Fiktif / hanya karangan belaka. Tidak ada sangkut paut dengan kehidupan nyata tokoh. (M...