14. Negotiation

206 22 3
                                    

Vote dulu, buru! 🤗

"Ini bukan rumah ku! Kau bilang akan mengantarkan aku pulang!" ucap Sandara, Netranya menatap deretan gedung tinggi dan mewah yang dikenal sebagai kawasan apartemen elit di ibu kota. Wilayah ini cukup asing bagi Sandara yang jarang memasuki wilayah megah seperti ini.

"Oh ya? Aku tidak berjanji untuk mengantarkan mu pulang ke rumah mu yang kumuh itu. Aku hanya ingin membawa mu pulang ke apartemen Panji," sahutnya. Jemari Gumile melepas sabuk pengaman yang menyampir di tubuhnya. Juga membantu milik Sandara yang masih termenung menatapnya.

"Terima kasih atas pujian mu terhadap rumah ku! Dan terima kasih sudah membawa ku pergi dari tuan Glen! Sekarang aku akan pulang sendiri ke rumah ku yang sesungguhnya," finisnya, hendak pulang seorang diri ke tempat Sandara yang sebenarnya.

Raut kesal yang ditunjukkan Sandara pada Gumile terlihat jelas. Meski apa yang diucapkan Gumile fakta, tapi bukan berarti ia seorang gelandangan yang butuh tempat tinggal lain untuk sekedar ditampung. Apalagi dihantarkan ke rumah Panji seperti ini. Sungguh suatu hal yang memalukan bagi Sandara.

Bukan tidak menerima kebaikan Gumile, hanya saja ia tak pantas bila menyangkut pautkan segala masalah kepada Panji. Ini adalah masalah Sandara dengan keluarga Girana, sedang Panji tak ada hubungannya sama sekali.

"Kau mau ke mana?" Kali ini Gumile menahan tangan Sandara, kala kedua tubuh mereka sudah berdiri di depan gedung tinggi yang disebut sebagai rumah orang-orang berkelas.

"Pulang! Aku akan naik bus saja. Maaf sudah merepotkan mu!"

"Tidak! Jangan pergi! Panji yang meminta mu menginap di sini untuk malam ini! Apakah kau ingin ditangkap oleh Glen lagi? Dia laki-laki pintar yang tak terduga. Apakah kau pikir dia akan diam saja saat kau melukai tubuhnya!" Tuturnya, mencoba meyakinkan Sandara agar tak pergi dari sana.

Apa yang diucap Gumile ada benarnya, mungkin saja Jemi akan datang kembali menemui Sandara atas hal kejam yang telah dilakukan Sandara pada tuan muda Jemi, si kesayangan tuan Girana. Hal buruknya lagi, mungkin kesalahan Sandara tak akan semudah itu untuk diampuni.

"Dari mana kau tau orang yang mengincar ku adalah Glen? Apa kau mengenal mereka?" Sorot mata bulat itu menatap heran Gumile yang tersenyum remeh menyimak pertanyaan klise Sandara yang sudah pasti Gumile tahu akan segalanya, apalagi tentang Girana.

"Siapa yang tidak kenal pada Girana? Orang kaya dengan segudang kontroversi di media massa. Bahkan pialang ilegal yang bengis dengan bunga yang tinggi. Tak hanya aku, Panji juga tahu dengan Girana." Jelasnya panjang lebar, meski terkesan payah dalam bidang akademik, tak dipungkiri ia hafal akan segala masalah yang aktual atau terjadi di setiap pekannya. Termasuk berita yang memuat tentang kelicikan Girana.

"Jadi Panji mengetahuinya juga? Apa dia tahu Jemi Girana?" Tanya Sandara.

"Tentu saja. Tapi... lebih baik kita masuk dulu ke dalam! Nanti aku jelaskan semuanya. Bahaya jika bercerita di sini!" Ajaknya, mengajak Sandara untuk masuk ke lantai 11, tepat menuju kamar Panji yang telah ia sebutkan sebelumnya. Dalam tarikan itu, Sandara tak jua mengikuti Gumile barang selangkah pun.

"Ayo! Tunggu apa lagi? Apa perlu aku gendong? Seperti apa yang dilakukan Glen di klub tadi," tanya Gumile, ternyata gadis ini cukup sulit untuk percaya pada Gumile.

"Kau bilang Panji sedang tidak ada di dalam. Bagaimana kita bisa masuk?"

"Tenang aku hafal kunci sandi kamarnya." Ajak Gumile ia menuntun lagi tangan Sandara untuk masuk ke salah satu kamar apartemen megah milik Panji yang sudah biasa ia singgahi.

Tak enak saja, ia akan membicarakan tentang keluarga Girana kepada Sandara, yang tentunya tidak boleh asal-asalan, banyak mata-mata yang mengintainya. Apalagi yang berkaitan dengan hal buruk.

History Blue (PARK JEONGWOO) by Pupuriri30Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang