"Terima kasih atas upahnya Panji!"
Sandara mengantongi amplop putih itu dengan segera, sebagai bayaran dari kegiatan membantu mengurusi keperluan Panji di apartemen ini. Ia juga tak lupa untuk mengucapkan kata terima kasih karena berkat pekerjaan dari Panji inilah, setidaknya Sandara memiliki simpanan uang untuk membayar hutangnya di bulan depan.
Bukan bayaran yang berkonotasi negatif, tapi dari pekerjaan yang benar-benar nyata seperti apa yang dilakukan asisten rumah tangga pada umumnya. Memasak makan malam, menyalin materi pada laptop, dan mencuci baju kotor yang menumpuk sudah dari beberapa hari yang lalu. Itu saja.
Memang, semalam sempat ada drama antara Panji dan Sandara yang mengarah pada hal yang menggairahkan syahwat antar keduanya. Tapi untungnya tak bertahan lama, kala itu Panji mendapatkan pesan dari rekannya untuk mengirimkan laporan tugas kampus dengan segera.
Alhasil, Panji harus terpaksa melepaskan Sandara begitu saja. Ia harus kembali pada kewajibannya mengurusi tugas. Syukurlah, setidaknya malam tadi tak terjadi hal-hal aneh pada keduanya.
"Kau yakin akan pulang subuh begini? Bahkan matahari saja belum terbit. Apa perlu ku antarkan sampai ke rumah mu?" Tanya Panji, meski laki-laki itu tak berhenti menguap, pun dengan mata yang masih setengah terbuka. Panji tetap bangun untuk mengantarkan Sandara hingga ke depan lift.
"Tidak usah, terima kasih. Lagipula ini sudah pukul 5 pagi. Bus juga sudah tersedia pada jam segini!" Tutur Sandara, ia tak mau merepotkan Panji terlalu banyak. Nantinya akan sulit untuk membalas budi.
"Ya sudah, hati-hati. Kalau butuh uang lagi, datang saja ke apartemen ku!" Laki-laki tampan itu melayangkan senyuman manisnya kepada Sandara, mungkin sebagai salam penutup dari pertemuan kali ini. Bahkan ia juga menunggu pintu lift itu tertutup sendiri membawa Sandara yang perlahan hilang dan turun ke lantai bawah untuk beranjak pulang.
~Kata kunci: Jenson adalah Jemi~
Waktu tempuh dari apartemen elit milik Panji menuju kediaman Sandara hanya setengah jam saja. Itupun karena kondisi jalanan yang lancar karena masih pagi, hingga tak terhalang macet seperti kondisi pada biasanya.
Sepanjang jalan, kala Sandara menyusuri gang kecil menuju komplek rumahnya, ia tak hentinya berpikir tentang sebuah alasan apa yang harus ia berikan pada bos klub malam di nanti malam, setelah kemarin ia diculik secara tiba-tiba hingga terpaksa bolos dan meninggalkan pekerjaannya begitu saja. Padahal kondisi klub malam kemarin sangat ramai untuk ditinggalkan.
Setelah ini, mungkin Sandara perlu menyiapkan mental untuk dimarahi atasannya, atau hal buruknya lagi, mungkin saja ia akan dipecat tanpa gaji sedikit pun.
"Isshhh... semuanya gara-gara Jemi, putra bos pialang sialan itu. Kalau aku sampai dipecat dari pekerjaan ku, awas saja, aku tak akan membayar hutang-hutang itu sepeser pun. Tak peduli kalau aku harus ditampar berkali-kali seperti tiga bulan yang lalu." Geramnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
History Blue (PARK JEONGWOO) by Pupuriri30
Fiksi Penggemar"Aku beli perempuan ini, di aplikasi burung biru..." Panji 🔞 ➡️Jeongwoo as Panji Kharisma ➡️Tokoh lain akan menyusul Penulis: Pupuriri30 100% hasil penulis. Fiktif / hanya karangan belaka. Tidak ada sangkut paut dengan kehidupan nyata tokoh. (M...