"Dengar-dengar Jemi sudah pulang dari Australia, mengapa anak itu tak menemui ku segera. Sombong sekali..." Gerutu seorang laki-laki yang sudah tak muda lagi. Sosok tegapnya, menatap jendela luar yang berhias hujan yang lebat.
Sudah menjadi hal yang biasa kala sosok itu berucap, suara bariton khas dari Bayu Dirgantara menggelegar di dalam ruang yang luas berlapis kemewahan. Bahkan suara geledek dari balik jendela itu ikut menyahuti makiannya pada keluarga Girana, sang putra kedua yang tak pernah bisa diagulkan lagi hasil kekayaannya.
Sudah berapa kali kakek berumur 65 tahun itu menyuruh putra keduanya untuk bisa mengolah harta dan modal yang ia berikan untuk bisnis yang baik, jelas dan aman. Tidak menjadi kepala renternir pada perusahaan pialang yang tak jelas seperti itu. Meski mapan di jalur yang salah, tak dipungkiri lagi jika terkadang Bayu malu untuk mengakui kesuksesan putranya di depan klien bisnisnya.
Padahal Girana sering sekali diasupi pendapat untuk menjalankan perusahaan tekstil ataupun manufaktur dari anak perusahaan milik Bayu Dirgantara. Tapi Girana malah menolak dan lebih memilih usaha ilegal yang tak punya nilai kemanusiaan sama sekali. Bahkan seringkali, sosok Girana itu berurusan dengan pihak-pihak yang berwajib karena terciduk menjual budak sembarangan, baik di dalam negeri, atau pun ke luar negeri. Jika sudah begini, ujung-ujungnya Bayu Girana yang akan terseret kasus di media -media televisi.
"Saya sudah sampaikan kepada seluruh anak dan cucu tuan besar untuk datang ke sini esok hari." Seorang asisten kepercayaan Bayu menghampiri dan menyampaikan semua rencana yang sudah selesai di sampaikan.
"Lalu bagaimana respon mereka?" Tanya Bayu, tanpa menatap seseorang di belakangnya. Sandi membuang napas kasar untuk kalimat yang akan ia ucapkan selanjutnya. Ia takut tuannya kecewa pada sosok yang tak pernah mau hadir menemui dirinya sendari dulu.
"Ada sebagian yang menyetujui untuk hadir, dan ada yang tak bisa hadir, tuan ku."
"Pasti si anak bengal Girana itu yang tak mau menemui ku lagi." Sarkas Bayu, buku tangannya meremat keras sampai kulitnya memutih. Bayu tahu, setiap dirinya meminta untuk bertemu anak dan cucunya, hanya Girana yang enggan untuk berkunjung. Entah takut untuk dinasehati ataukah benar-benar sibuk dengan urusannya sendiri. Apapun alasannya, Bayu sudah tak asing lagi pada sikap tak sopan anak keduanya itu. Memang tak memberontak secara fisik, tapi diam-diam menghanyutkan.
"Mungkin hanya tuan Jemi dan nyonya Karina yang akan menggantikan pertemuan itu." Lanjut Sandi, setidaknya dengan kedatangan Jemi, si sang cucu, bisa mengobati sedikitnya kekecewaan Bayu pada Girana.
Sebenarnya satu bulan sekali bukanlah hal yang rumit untuk mengunjungi kediaman orang tua yang tinggal satu pasi lagi. Lagipula pertemuan makan bersama seperti ini adalah wasiat dari mendiang sang istri pada Bayu kala dirinya masih ada di dunia ini, sebagai bentuk mempererat kekeluargaan yang harus terus terjalin dari generasi ke generasi.
Dulu ketika Tutik masih hidup, Girana tak pernah sedikit pun menolak untuk datang ke singgasana ini. Ia selalu menepati janjinya untuk berkunjung ke rumah untuk menemui Tutik. Tapi saat ibunya berpulang, Girana tak pernah hadir lagi dipertemuan keluarga besar ini. Ia selalu menyuruh Karina sebagai wakil dari kehadirannya di setiap pertemuan, tanpa ada sosok Girana yang ikut mendampingi.
Dari pandangan Girana sendiri ia tak butuh dengan perkumpulan keluarga seperti itu, karena baginya semuanya tak penting lagi. Baik keluarga dari kakak sulung dan adik bungsunya tak pernah sejalan dengan keluarga Girana. Meski kaya dan berlimpah harta, pekerjaan haram itu menjadikan Girana di pandang sebelah mata oleh keluarganya yang lain, atas dasar mereka yang lebih unggul dalam mengolah usaha yang ternama dan terkesan baik di masyarakat.
Entahlah, Girana hanya muak saja dengan kealiman mereka, padahal setiap orang punya sisi pendosanya masing-masing yang mungkin mereka sembunyikan dalam kehidupannya, tak seperti Girana yang terang-terangan seperti ini mengembangkan usaha dalam bidang yang salah.
KAMU SEDANG MEMBACA
History Blue (PARK JEONGWOO) by Pupuriri30
Fanfic"Aku beli perempuan ini, di aplikasi burung biru..." Panji 🔞 ➡️Jeongwoo as Panji Kharisma ➡️Tokoh lain akan menyusul Penulis: Pupuriri30 100% hasil penulis. Fiktif / hanya karangan belaka. Tidak ada sangkut paut dengan kehidupan nyata tokoh. (M...