Maaf lama 😬
Bermandi cahaya bulan, sepasang insan itu kini sibuk dengan urusan mereka masing-masing. Jemi, si laki-laki itu sedang takjub dengan setiap helai rambut seorang gadis yang tersibak angin malam hingga memamerkan setiap lekuk wajahnya dengan jelas.
Cantik, Jemi tersipu mengaguminya. Jujur, sebelumnya Jemi tak pernah seperti ini. Ia tak pernah begitu mengamati wajah seorang perempuan yang bergulat dengan nya di atas kasur.
Tapi semuanya berbeda jika tentang Sandara. Apalagi keduanya disatukan malam dengan cara yang tak terduga seperti ini. Jemi ingat, niatnya ia datang ke sini hanya untuk menatap Sandara dari jauh. Tapi, alam malah berbaik hati membawakan Sandara untuknya. Pun sampai menyentuh wajah Jemi dengan jemarinya.
Apakah ini sebagai bukti jika Jemi jatuh cinta untuk yang pertama kalinya? Entah, yang jelas rasa rindu untuk Sandara di hari yang lampau tampak menyiksa. Harusnya mereka tak hanya duduk saja. Jemi bisa dengan nekat membawa tubuh Sandara untuk dipeluk sebagai obat rindu.
Lain dengan sang gadis, Sandara tak memikirkan hal lain. Ia hanya fokus dengan setiap luka yang menggores wajah tampan Jemi dengan hati-hati. Atau, terkadang Sandara ikut meniup luka itu agar Jemi tak meringis akan obat merah yang perih menyentuh kulit.
"Perih... Tolong, pelan-pelan!" Ringis Jemi, hidungnya berdarah atas tinjuan preman yang menghantam tepat di batang hidungnya. Pun ikut menggores punduk hidung Jemi yang bangir.
"Maaf... Tapi kalau hidungmu tak di obati, nanti akan infeksi." Ucap Sandara. Gadis itu setia mengoles obat merah dengan hati-hati. Walau bagaimana pun, Jemi terluka seperti ini karena Sandara. Laki-laki itu sudah berbaik hati menolong Sandara dari para preman yang tega menamparnya. Jadi, untuk bentuk terima kasih, Sandara lah yang harus mengurus Jemi. Sosok asing yang datang secara tiba-tiba sebagai pahlawan kesiangan.
Sandara heran. Laki-laki angkuh dan sombong seperti Jemi ini tidak ada rasa takut sama sekali. Ia dengan percaya dirinya menantang para preman dengan ancang-ancang akan menghancurkan mereka dengan tangannya sendiri. Padahal, dalam kenyataannya, yang sudah kalah dan babak belur adalah Jemi. Kasihan.
"Mengapa kau menolongku? Kita tidak saling kenal. Bahkan mungkin ini kali pertama kita bertemu." Tanya Sandara. Ia benar-benar bingung pada Jemi yang bertingkah seolah ia mengenal Sandara sudah sejak lama.
"Tentu saja, karena kau adalah Sandara. Aku harus menjaga milik ku. Yang berhak mencintai atau pun menyakiti mu. Hanya aku seorang." Ucap Jemi dalam hati.
Jemi masih menatap wajah Sandara dengan lekat. Ternyata dilihat dari dekat, putri Usman itu jauh lebih cantik. Jika tak tahu tempat, mungkin gadis itu sudah Jemi terkam dan ia banting ke atas kasur untuk sekedar diberi kenikmatan.
"Hey, kenapa kau tidak menjawab ku?" Sandara mengulang pertanyaan nya, kala Jemi sibuk melamun tak menjawab. Entah apa yang Jemi lihat dari wajah Sandara sampai laki-laki itu tak berkedip sedikit pun.
"Oh ya, kau bicara apa tadi?" Ulang Jemi, ia tersadar dari lamunannya.
"Ck... Aku tanya, mengapa kau mau menolong ku. Kita sama-sam asing bukan? Kau jadi dipukuli seperti ini karena ku." Sandara menghentikan geraknya, tepat setelah Sandara menempelkan sebuah plester bermotif bunga-bunga ke punduk hidung Jemi yang terluka.
"Oh itu, ya tentu saja karena kau seorang wanita. Aku tidak bisa diam saja kala mereka melakukan kekerasan kepada mu. Bukan kah seorang wanita harus dilindungi." Ucap Jemi dengan bangga.
Bohong, apa yang diucapkan Jemi semuanya bohong. Faktanya ia tak pernah peduli kepada siapa pun, meski yang teraniaya seorang laki-laki atau seorang perempuan sekalipun. Hati Jemi teramat keras, ia tidak akan tersentuh oleh penderitaan orang lain.
KAMU SEDANG MEMBACA
History Blue (PARK JEONGWOO) by Pupuriri30
Fanfic"Aku beli perempuan ini, di aplikasi burung biru..." Panji 🔞 ➡️Jeongwoo as Panji Kharisma ➡️Tokoh lain akan menyusul Penulis: Pupuriri30 100% hasil penulis. Fiktif / hanya karangan belaka. Tidak ada sangkut paut dengan kehidupan nyata tokoh. (M...