'Panji adalah serigala, dan Jemi adalah lumba-lumba. Kedua fisik dan karakteristiknya tak sinkron jika dipandang hanya melewati satu objek saja."
Tepat setelah kegiatan mandi di beberapa saat yang lalu, Sandara tak seharusnya berdiam diri di sini. Memandangi rentetan buku yang bertengger rapih di setiap tingkatan rak yang terbentang luas tiga kali tiga meter di pojok ruang kamar apartemen mewah milik Panji.
Apa yang dilakukan Sandara sekarang, harusnya menyiapkan diri pada pekerjaan selanjutnya, yakni mengumpulkan materi tugas yang Panji perintahkan kepadanya beberapa saat yang lalu. Dan bukan takjub pada rak buku ini.
Tapi sejak awal, semua benda yang tersusun rapih di kediaman Panji, memang sudah berhasil membuat Sandara takjub dengan segala hal. Termasuk kumpulan buku novel milik Panji yang tak bisa dikatakan sedikit pada banyaknya koleksi yang ia miliki.
Sandara tak pernah menyangka kalau Panji penggemar buku sastra se-maniak ini. Apalagi dengan banyaknya genre yang dipisahkan setiap kelompoknya dengan tanda bahwa semua koleksi telah Panji kumpulkan dengan baik, seperti romantis, horor, mature, fantasi, dan lain-lain.
Kira-kira butuh berapa lama membaca buku ini satu-persatunya? Entahlah, mungkin bagi penggemar sastra, mengumpulkan buku-buku fiksi ini adalah sebuah kebanggaan tersendiri.
"Buku apa ini? Sampulnya sangat jorok." Ucap Sandara. Ia benar-benar menatap sampul buku novel yang bertengger apik di atas meja belajar Panji. Pun dengan sendirinya meraih buku itu pada genggaman, dan mumpung Panji sedang membasuh diri di kamar mandi. Lagi pula tak bersalah kan jika hanya melihat satu buku saja. Lagian ini hanya sebuah novel yang sejak awal sudah tergeletak di atas meja dengan sendirinya.
"Sangat vulgar...!" Racau Sandara pelan.
Sebuah sampul berwarna biru dongker dengan satu pasang kekasih yang sedang terpaut tubuh secara ambigu itu, telah berhasil menarik rasa penasaran pada diri Sandara. Bahkan 'Nirwana Wanita', judul yang diambil dari ceritanya sudah dilabeli tanda 21+ di ujung kiri dengan sangat jelas.
Dilihat dari instruksinya buku ini tidak diperuntukkan untuk usia remaja, melainkan untuk orang dewasa yang sudah benar-benar matang secara usia.
Meski Sandara mengatakan bahwa buku yang ia pegang itu adalah buku kotor. Tapi jemarinya begitu saja lancang membuka satu persatu helai buku, yang mana setiap tulisan vulgarnya telah Sandara bacakan dengan gumaman kecil.
'Dengan jemari hangatnya, Alaska menyapu bibir sang kekasih dengan menuntut. Basahnya dari saliva yang ia hantarkan pada bibir kekasih, sudah berhasil menghangatkan mereka di malam yang bertabur salju yang turun ke bumi. Bahkan sinar bulan yang terang itu sudah menjadi saksi bahwa Alaska benar-benar bernafsu pada Bintang yang mendesah dalam cumbuan. Apalagi kala jemari Alaska mengusap area kewanitaan sang kekasih dengan lembut namun sedikit menekan.
"Alaska apa yang kau lakukan?" Bintang menggelinjang dengan respon geli yang bertabur kenikmatan.
"Tentu saja menyentuh milikku. Haruskah aku menelanjangi mu di atas tumpukan salju ini? Aku tau kau juga menginginkan milik ku Bintang. Lihatlah milik ku sudah teramat tegang."
"Tapi ini tempat umum..." Bintang meragu.
"Tak apa, agar semua manusia tahu bahwa kamu milikku!"
Bait demi bait dari tulisan kotor pada novel itu membuat Sandara bergidik, entah mengapa hawa tubuhnya memanas, dengan keringat yang muncul pada area pelipisnya. Sandara tak pernah menyangka bahwa novel dewasa bisa membuat ia bergairah seperti ini. Bodohnya lagi, gadis itu membaca setiap kalimatnya dengan intonasi yang tepat, layaknya membaca dialog sebagai tokoh yang masuk pada novel itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
History Blue (PARK JEONGWOO) by Pupuriri30
Fiksi Penggemar"Aku beli perempuan ini, di aplikasi burung biru..." Panji 🔞 ➡️Jeongwoo as Panji Kharisma ➡️Tokoh lain akan menyusul Penulis: Pupuriri30 100% hasil penulis. Fiktif / hanya karangan belaka. Tidak ada sangkut paut dengan kehidupan nyata tokoh. (M...