4. Jemi Girana

385 27 0
                                    

Gumile melangkah santai menghampiri Panji yang tengah bermanja pada sebuah musik klasik eropa ala tahun 90an. Earphone yang bertengger epik di kedua telinganya menyumbat suara Gumile yang terus menyahuti nama Panji sendari tadi. Namun Gumile tak juga mendapatkan respon. Dengan paksa, Gumile harus mencabut earphone itu demi mengembalikkan kesadaran kawannya.

"Fpuuhhhh..." Gumile meniup salah satu telinga Panji, kala pria berahang tegas itu masih fokus pada pejamnya. Angin yang bertiup geli pada gendang telinganya membawa mata Panji terbuka secara perlahan setelah sempat tertidur beberapa saat yang lalu. Tepatnya saat Panji terbawa suasana oleh lagu di kondisi ruang dengan hembusan ace yang tampak dingin menerpa kulit.

"Mengganggu saja..." Rutunya. Panji menatap Gumile yang tersenyum tampan tak merasa bersalah sedikit pun.

"Bagaimana permainan semalam? Apakah menyenangkan? Sepanas apa pergulatan tubuh mu semalam? Sampai kau membatalkan pertemuan mahasiswa." Interogasinya terburu-buru.

Sial. Gumile, laki-laki yang memiliki sifat casanova itu rela mengganggu kenikmatan tidur Panji demi sebuah informasi yang tak berfaedah sama sekali. Terlebih lagi pada pergulatan yang dilakukan Panji dengan perempuan sewaannya tadi malam.

Bagaimana pun semua ini karena hasutannya. Gumile yang sudah memperkenalkan Panji pada situs-situs haram dan dunia kelabu, yang mana dikenal sebagai tempat pembelian perempuan dengan harga bervariasi. Ia juga yang mengajarkan Panji tentang suatu hal yang gelap dan berdosa di dunia ini.

"Menyenangkan! Tubuh gadis yang ku pesan semalam teramat candu. Aku ingin lagi...!" Ucapnya. Membuat Gumile menganga dan menutup mulutnya tak menyangka.

"Apa kah perempuan itu cantik? Tanya Gumile.

"Ya."

"Apakah dia pintar bermain gaya?" Tanya Gumile lagi.

"Tidak, dia banyak diam!"

"Lantas, apa lekuk tubuhnya sangat indah? Seberapa besar bulatan yang perempuan itu miliki? Arrggghhh, cepat katakan padaku, aku ingin menyewanya juga!" Paksanya, Gumile tak henti menggoyahkan pundak Panji yang menatapnya penuh santai.

"Tidak sebesar ekspektasi mu, hanya perempuan biasa yang amat polos. Anehnya membuat candu! Hal yang paling penting adalah karena dia masih perawan." Jelasnya, Panji berbicara dengan fakta.

"Apa? Sungguh tidak menyenangkan sama sekali! Kalau begitu, aku tidak jadi pesan. Aku ingin yang sudah berpengalaman saja." Racaunya sudah tak tertarik lagi. Baguslah, setidaknya Sandara dapat terhindar dari laki-laki casanova seperti Gumile. Gumile memang kawan terdekat Panji, tapi bukan berarti sifatnya selembut Panji. Selera Gumile dan Panji sangat bertolak belakang, laki-laki itu tak kenal ampun menghujam perempuan di atas ranjang kenikmatan, apalagi pada perempuan yang sudah ia sewa. Ia tak akan membuang uang begitu saja.

"Bagaimana rasanya bersetubuh dengan perawan? Bukankah kau cukup beruntung karena kau bisa menjadi orang yang pertama. Terlebih lagi tidak akan ada penyakit kelamin yang mengendap ditubuhnya." Tanyanya, Gumile menyenderkan punggungnya di sandaran kursi, matanya menatap lurus ke arah papan tulis dengan sisa-sisa catatan tangan karya dosen.

"Aku tidak menyetubuhinya...!" Jelas Panji santai.

"APA KAU BILANG?" Gumile menggeleng. Lagi-lagi kawannya itu sudah menyia-nyiakan waktu dan kesempatannya, dalam mengenal salah satu kenikmatan tubuh perempuan. Tak tahu kenapa, Gumile merasa sia-sia telah mengajarkan Panji tutorial malam yang panas.

"Aku kasihan! Gadis itu menangis karena tak siap. Jadi aku dan dia hanya tidur saja, tanpa membuka sehelai baju pun." Tatapnya, Panji membeberkan fakta yang ada.

History Blue (PARK JEONGWOO) by Pupuriri30Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang