33. Night in Party 🎉

174 19 6
                                    

"Ya ampun tuan..., kau mengagetkan ku saja. Ada apa datang ke sini?" Ucap Sandara terlonjak. Kala itu ia sedang sibuk memupuk kembali beberapa tanaman rumah yang hampir mati karena musim kemarau yang panjang. Tak di sangka jika sosok Glen sudah berdiri di belakangnya tanpa sebuah ucap yang terdengar sedikit pun di telinga. Membuat Sandara bingung sejak kapan Glen berada di halaman rumahnya kala itu.

"Aku sudah memanggil mu sejak awal, tapi sepertinya suara earphone yang menyumbat telinga mu terlalu kencang hingga tak menyadari ku di sini!" Ucap Glen, ia bertepi. Sekedar duduk pada papan kayu lusuh yang terletak di halaman rumah yang tak seberapa luasnya itu.

"Oh maafkan aku!" Sandara melepas kabel penghantar suara itu dengan cepat. Setelahnya menghampiri Glen yang fokus pada tablet dalam genggamnya.

"Cepat bayar hutang mu untuk bulan ini! Aku tidak punya waktu banyak." Tagih Glen, membuat Sandara mengerti kalau kedatangan Glen kemari tak lain untuk menagih hutang.

Sebenarnya kejadian penagihan hutang kali ini cukup aneh, seperti lain dari biasanya. Biasanya para anak buah Girana selalu datang berbondong-bondong dengan penampilan urakan yang menakutkan. Tapi sekarang tidak lagi, Glen sendiri lah yang datang ke sini untuk menagih hutang pada Sandara. Cukup menenangkan hati, karena Sandara tak harus dibentak-bentak lagi seperti sebelumnya.

Ada dua amplop yang Sandara bawa dari dalam laci meja kamarnya. Satu untuk membayar hutang utama, dan satu lagi untuk membayar bunganya. Sengaja dipisahkan, agar pencatatan bisa lebih jelas lagi.

"Ini, ambillah! Tolong catat yang benar kalau bulan ini aku sudah bayar." Ucap Sandara, menyerahkan dua amplop pada Glen secara bersamaan.

"Mulai saat ini aku hanya akan menagih uang hutang utamanya saja. Sedangkan bunganya tak akan pernah ku tagih lagi." Ucap Glen, ia mengambil satu amplop dari tangan Sandara, sedangkan satu amplopnya lagi dikembalikan pada pemiliknya.

"Tunggu, kenapa begitu? Bukannya bunga ku masih banyak ya?" Tanya Sandara tak mengerti.

"Ya, tapi Tuan Girana sudah menghapuskan sistem bunga untuk mu! Bersyukurlah, tak semua nasabah bisa seberuntung mu!" Tegas Glen, ia beranjak berdiri dari duduknya, hendak pergi dari kediaman Sandara saat itu juga. Karena urusannya dengan Sandara hari ini hanya cukup sebatas menagih hutang saja.

"Tunggu, tuan! Benarkah apa yang tuan katakan barusan? Apa aku tidak salah dengar?" Tanya Sendara sekali lagi. Ia benar-benar tak menyangka bisa bebas dari bunga yang jumlahnya 50% dari hutang yang dia punya.

"Ya!"

Sandara tersenyum bahagia. Rasanya seperti baru diberikan keajaiban oleh semesta. Bayangkan saja, kelak Sandara tak usah memikirkan bagaimana cara membayar bunga. Setelah ini, mungkin ia akan bisa fokus kuliah pada siang harinya, dan bekerja di malam harinya. Ia tak perlu bekerja shift pagi seperti rutinitas biasanya lagi. Melegakan.

"Ternyata Tuan Girana punya hati nurani juga, ya! Tolong sampaikan terima kasih ku pada Tuan Girana. Setelah ini aku berjanji, tidak akan membencinya lagi." Tutur Sandara, senyuman nya kali ini lebih merekah dari biasanya. Dan Glen baru pertama kali melihat senyuman anak gadis itu sejak bertahun-tahun lamanya.

"Ya! Kau juga harus mengucapkan terima kasih pada Tuan Jemi." Sambungnya. Di ambang pintu gerbang. Glen sedikit membalikan tubuh nya untuk menatap Sandara.

"Jemi?"

"Ya, Dia yang meminta penghapusan bunga itu pada Tuan Girana. Tuan Jemi lah yang membujuk sang ayah untuk meringankan beban hutang mu!" Ucap Glen. Membuat Sandara tercengang dalam diamnya. Ia tak menyangka kalau Jemi rela membujuk sang ayah demi Sandara. Tak pernah terbayangkan. Setahunya Jemi sama kejamnya dengan sang ayah.

History Blue (PARK JEONGWOO) by Pupuriri30Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang