"Sandara sudah dua hari tak bekerja di rumah ini. Semua itu pasti gara-gara kau, Jemi! Gadis itu pasti kapok oleh kejahilan mu di hari yang lalu." Rutu sang kakek, ia menyalahkan sang cucu yang kala itu terduduk santai di ruang tengah. Pun tanpa rasa bersalah sama sekali.
"Mengapa kakek menyalahkan ku? Perempuan itu sendiri yang malas bekerja. Lagi pula aku tidak membully nya sama sekali." Belanya di hadapan sang kakek.
Bukan hanya Bayu yang kehilangan sosok asisten penggantinya. Di sana Jemi juga merasa kehilangan. Padahal sebelumnya ia rela bangun pagi hanya untuk menyambut Sandara di rumah sang kakek. Pun telah merencanakan hal seru untuk bermain-main dengan Sandara.
Tapi pada kenyataannya gadis itu tak pernah bekerja lagi. Sandara seakan menghilang tiba-tiba. Bahkan alat pelacak yang terpasang di ponselnya tak akurat. Padahal titik lokasi keberadaan gadis itu sudah jelas ada di dalam rumahnya. Tapi, saat Jemi dan Glen pergi ke sana, justru tak ada siapa-siapa. Tak ada sosok Sandara yang ia cari. Rumahnya benar-benar kosong dan berantakan, dengan ponsel yang tergeletak begitu saja di atas kasur.
Pada dasarnya, Jemi memang tak mengetahui kalau Sandara sedang dirawat di rumah sakit. Gadis itu juga tak membawa ponselnya sama sekali. Ini yang menjadi alasan mengapa Jemi tak bisa mengetahui keberadaan Sandara saat itu.
"Kau tidak membunuhnya kan?" Tuduh Bayu, tongkat miliknya itu menunjuk lurus ke arah Jemi. Sosok kakek ini memang tak mudah percaya pada orang lain. Ia hanya bisa menduga kalau hilangnya sosok Sandara karena ulah dari Jemi sendiri.
"Tentu tidak kakek! Untuk apa aku membunuhnya?" Jemi mendecak, bisa bisanya sang kakek menuduh ia dengan prasangka yang tidak-tidak. Mana mungkin Jemi membunuh perempuan yang disukainya. Itu amat mustahil.
"Atau jangan-jangan kau mengancamnya ya?" Tuduhnya lagi, Bayu enggan berhenti menuduh sampai Jemi mengakuinya. Padahal Jemi benar-benar jujur kali ini. Ia sama sekali tidak tahu ke mana Sandara pergi. Gadis itu menghilang dengan tiba-tiba.
"Ya ampun, kakek. Tuduhan macam apa lagi itu? Aku tidak mengancam apapun. Apa kakek tidak tahu ya, kalau aku sudah berbaik hati mengantarkannya pulang sampai ke rumah dengan selamat?! Tentu saja karena aku peduli kepadanya. Kalau tidak percaya tanya saja pada Glen!" Tuturnya, sambil menunjuk Glen yang sejak awal diam di sebelah Jemi tanpa berekspresi.
"Benar tuan! Kami mengantarkan Nona Sandara sampai tujuan. Tidak ada ancaman dan kekerasan sama sekali." Jelas Glen.
"Ya, siapa tahu saja kan! Kau juga pernah jahil pada pesuruh ku di bulan yang lalu." Ucap Bayu, ia mengangkat cangkir tehnya dari atas meja. Setelahnya meneguk hingga habis.
"Kalau itu beda lagi... Dia yang lebih dulu melukai ibu ku. Dan aku tak suka itu." Jedanya.
"Baiklah, aku percaya! Sebagai gantinya kau harus cari dia. Bawa gadis itu ke hadapan ku. Aku perlu alasan yang jelas mengapa dia tak bekerja. Sekaligus memberikan tawaran pekerjaan yang baru!" Ucap Bayu.
Sang kakek tahu bahwa pekerja Sandara hanya berlaku tiga hari saja. Tapi entah mengapa di hari pertama itu, pekerjaan Sandara sangat bagus. Mungkin karena Sandara masih muda dan teliti. Seperti apa yang harus di makan, dan apa yang perlu dihindari. Sandara benar-benar dapat diandalkan dalam kegiatan membantu terapi kesehatan tubuh Bayu yang sudah tidak muda lagi. Pun gesit dalam menyedihkan vitamin sesuai arahan dokter. Wajar, pengidap kolesterol perlu ketelitian yang baik.
"Baiklah, aku akan mencarinya demi kakek..." Ucapnya. Jemi sedikit melempar tatap pada Glen. Sang bodyguard itu hanya mengangguk kecil.
KAMU SEDANG MEMBACA
History Blue (PARK JEONGWOO) by Pupuriri30
Fiksi Penggemar"Aku beli perempuan ini, di aplikasi burung biru..." Panji 🔞 ➡️Jeongwoo as Panji Kharisma ➡️Tokoh lain akan menyusul Penulis: Pupuriri30 100% hasil penulis. Fiktif / hanya karangan belaka. Tidak ada sangkut paut dengan kehidupan nyata tokoh. (M...