20. Money Not The Main

189 26 14
                                    

Sandara tak pernah berharap sedikit pun untuk diantar pulang oleh Jemi maupun Glen. Jika bisa memilih, menaiki bus sudah jauh lebih nyaman dari pada harus bersanding dengan Jemi di dalam mobil mewah berharga fantastis.

Tak ada suka rela dalam peristiwa ini, semuanya murni paksaan Jemi yang telah menyeretnya masuk ke dalam mobil atas alasan ingin mengantarkan sang gadis pulang sampai tujuan. Sejak awal keberangkatan, jemari Jemi terus terpaut pada tangan Sandara, seolah tak mau lepas sama sekali. Padahal Sandara sudah mencoba menyingkirkan nya, tapi Jemi menariknya kembali dalam genggaman, bagai raga yang tak siap terpisah. Merepotkan!

"Ambillah! Ini ada sedikit uang jajan untuk mu..."

Jemi menyisipkan sepuluh lembar uang merah ke atas tangan sang gadis, sedikit memaksa agar Sandara mau menerima uang pemberian Jemi dengan senang hati. Padahal dibalik pemberian itu, Sandara sedikit terhina. Ia sudah seperti wanita bayaran yang menyewakan tubuhnya dalam hitungan waktu.

"Ayo, ambil...! Tunggu apa lagi?" ulang Jemi, sedang Sandara hanya diam tak menggubris. Ia lebih memilih abai dan memalingkan wajah ke arah jalan yang dilalui oleh mobil ini, dari pada harus menatap Jemi dan menerima uang pemberiannya.

"Hei, sudah ku bilang jangan mengabaikan ku. Aku tidak suka!" ucap Jemi. Ia menarik dagu Sandara untuk menatapnya. Sampai kala mata keduanya bertemu, jauh di pupil indah dan legam itu, Sandara menyimpan rasa benci yang teramat dalam kepadanya. Jemi peka, amat-amat peka. Tapi ia tak peduli, ia akan tetap melibatkan Sandara dalam hidupnya. Kalau perlu, sampai mati pun tak apa.

"Lepaskan! Aku lelah hari ini. Tolong jangan bicara apapun kepada ku. Aku mohon! Dan aku tak mau uang dari mu." Tuturnya.

"Baiklah, aku akan membiarkan mu untuk hari ini. Tapi sayangnya kau tidak bisa menolak uang ku. Kau harus menerimanya! Anggap saja sebagai bayaran ciuman kita tadi." tutur Jemi. Sebelum kembali bersandar ke kursinya, Jemi menyelipkan lembaran uang itu ke dalam belah dada Sandara. Sekaligus menggoda gadis pemarah di sampingnya dengan kedipan mata.

Tindakan ini, sungguh amat tak sopan baginya, seperti merendahkan sekaligus menghina sang gadis seenaknya, tanpa memikirkan perasaan Sandara sama sekali.

Dengan kesal, ia ambil uang itu secara paksa dari dadanya, pun dengan tampang ketus yang tak bisa ditahan lagi. Harusnya ia lemparkan saja uang itu pada wajah Jemi, sebagai pembalasan sikap ketidaksopanan diri.

"Bagus! Beli lah makanan yang enak dan bergizi. Agar tubuh cantik mu terawat dengan baik." Usapnya di pucuk kepala Sandara yang masih setia merajuk. Setelahnya mengecup singkat pipi Sandara dengan lembut.

Gadis itu hanya diam menatap wajah Jemi yang entah mengapa sangat menyebalkan dalam pandangan. Sekarang tak ada lagi Jenson, hanya sosok nyata dari seorang Jemi Girana.

Sampai di depan rumah, Sandara turun secara mandiri, padahal Glen sudah berancang-ancang turun membukakan pintu mobil untuk Sandara. Tak ada kata basa-basi lagi kala itu, hanya sebuah kiss bye dari Jemi yang diabaikan Sandara begitu saja.

"Jutek sekali gadis ku," rutu Jemi.

"Tuan, sepertinya nona Sandara memang tidak menyukai mu." Ucap Glen. Ia melihat tuannya dari spion atap mobil, tapi respon Jemi seolah terbalik. Laki-laki itu malah tersenyum manis tak mempermasalahkan dugaan Glen tentang perasaan Sandara saat ini.

"Aku tahu, tapi aku tak peduli. Kalau pun misalnya Sandara sudah menjadi istri dari orang lain. Aku akan tetap merebutnya." Ucapnya tegas.

Glen tersenyum kecil, sifatnya persis dengan Girana. Memang, buah jatuh tidak akan jauh dari pohonnya.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
History Blue (PARK JEONGWOO) by Pupuriri30Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang