EP. 5 : MAMA SHEN

346 37 10
                                    

Orangtua Ricky itu sibuk. Pake banget. Bayangkan saja Ricky itu anak orang mampu yang ditinggal sendiri di rumah. Sekali-kali ada pembantu, tapi nggak setiap hari. Dijadwal datangnya.

Terus katakanlah pekerjaan ayah sama mamanya itu pekerjaan yang bikin mereka susah ketemu.

Ayahnya dibikin pilot aja, deh, ya? Kalo mamanya anggep aja dinas di luar kota.

Pokoknya kaya, tapi bukan kek CEO, lah. Pokok mampu.

Jadi, intinya, suatu pagi mama Shen (mertua kalian) pulang ke rumah. Beliau sudah menempuh perjalanan darat beberapa jam seorang diri. Katakanlah durasi waktu yang termakan sekitar tiga jam.

Sesampainya di rumah, sang ibu membawa masuk beberapa tas yang ia bawa dari luar kota. Isinya adalah beberapa oleh-oleh untuk anak semata wayangnya.

Menilai dari keadaan rumah, ibu Shen yakin putranya sedang mbangkong. Padahal jam sudah menunjukkan pukul delapan tetapi tak ada aura-aura kehidupan.

Anak lelaki yang sedang beliau cari memang benar masih tertidur, omong-omong.

Tapi ada attachment-nya.

Di dalam kamar, Ricky yang dipanggil masih menyelami alam mimpi, saking nyamannya ia memeluk teman setidurnya dengan lembut. Bibirnya yang sesekali berkomat-kamit karena mengigau bersentuhan dengan surai lembut sosok yang dipeluknya.

Mereka sedikit kelelahan akibat kegiatan mereka tadi malam yang memakan lumayan banyak waktu. Tak hanya waktu yang dikorbankan, juga tenaga dan emosi menjadi terkuras.

Mereka habis curhat, mbahas kehidupan. Deep talk.

Hehe :P

Sekarang coba umpamakan penampakan mereka seperti seekor rubah yang selalu ingin tahu dan seekor bayi kelinci putih polos, tidur saling berhadapan menikmati damainya dunia. Gemes...

Nah, udah ketebak kan Ricky lagi sama siapa? Siapa lagi sih emang :D

Tidak bertaut begitu lama, ibu Shen berakhir membuka pintu kamar Ricky yang tadinya tertutup rapat. Dan di sana, ya, terdapat pemandangan yang membuat syok.

Bayangin aja kamu punya anak cowok terus dateng-dateng dia bobok bareng cowok lain-mana pelukan, lagi.

Gak usah deh.

Sang ibu melangkahkan kakinya mendekati punggung Ricky yang naik-turun dengan teratur-tanda ia tak terganggu sama sekali oleh suara pintu yang dibuka.

"RICKY SHEN!! SIAPA INI??!!" Bentak ibunya.

"Kak, punya utang?" Racau Yujin yang masih setengah terlelap.

"Go to sleep, babe. Gak capek kah kamu gara-gara semalam?" Ricky membalas tanpa membuka mata. Pelukannya juga ia eratkan.

"Lho, heh-astaga, amit-amit ampuni-Ricky Shen, kamu pacaran sama laki ini??"

"He'em." Sahut Ricky. Sebenarnya ia tak mendengar apa ucapan ibunya. Jawabannya sekedar auto reply.

"Kak, badanku banyak merah-merah..." Keluh Yujin, setengah mengigau (soal gigitan nyamuk).

PLAK!!

"Nak!!"

Ricky terbangun begitu belakang kepalanya digeplak oleh sang ibu. Ia bangkit menjadi duduk dan menatap ibunya horor.

"M-mama?"

"Kamu apakan itu anak orang?" Ibu Shen melipat lengannya di depan dada.

"Nggak-nggak, sumpah, ma." Ricky menelan ludah dan menggeleng ribut. "Darl-dek."

"Umm?"

"Bangun, dek, i-ini mamanya kakak."

"E-eh-" Yang lebih muda melompat turun dan membungkuk hormat. "Selamat pagi, bu, saya teman kak Ricky dari sekolah, Han Yujin dari kelas sebelas, maafkan atas kehadiran saya yang tiba-tiba." Ujar bocah itu dalam tempo cepat.

Ibu Shen menatap lekat lelaki manis di depannya. Pemuda itu membungkuk begitu dalam, membuat prasangka buruk beliau menghilang seketika.

"Temen?" Beliau menginterogasi.

"Benar, bu. Kebetulan saya diajak menginap." Yujin kembali berdiri tegak, mengayunkan surai lembutnya yang sedikit menutupi matanya.

"Yaudah, mama percaya. Anak saya gak ngajak aneh-aneh, kan?" Tatapan sang ibu mulai melunak.

"Tidak, bu. Semua yang kami lakukan bersama selalu atas persetujuan kedua belah pihak." Yujin mengangguk mantap.

"Apa tadi? Ulangi?" Ibu Shen mengangkat alisnya. Agaknya kalimat yang baru saja Yujin lontarkan berkesan...

"Ambigu..." Ricky menatap Yujin was-was.

Atau seenggaknya buat author ;P

"Eh, iya ya?" Sahut yang lebih muda, membalas tatapan Ricky.

"Hah, teman temen terserah deh pokok gak usah nge-bek-bek'i neraka. Ngerepoti."

"I-iya."

"Ayo turun! Mama bawain oleh-oleh lho buat kamu. Tapi dibagi sama temenmu itu gak papa, ya? Kamu lak cuma pengen adek baru buat dimanja, ya gak?"

"Iya..." Ricky mengajak Yujin berjalan mengekori ibunya. Ia pun tak lupa untuk menggandeng lengan bocah kesayangannya dengan lembut.

Gandengannya lebih kayak Ricky yang ceweknya, sih. Tau lah.

"Mama bawain kue-kue asli sana, macem-macem. Nanti duluin Han Yujin dulu, ya? Biar dia milih apa yang dia suka biar bisa dia makan atau bawa pulang. Kalo Yujin milih semua ya yaudah kamu gak usah makan, tamunya diduluin."

"Hm." Sahut Ricky singkat. Ia tak terlalu memerhatikan apa yang dibongkar ibunya karena ia sibuk mencubit pipi gembil Yujin.

"Aku suka mamanya kakak. Positif, gak kayak mamahnya Yujin." Celetuk si adik.

"Lho, mamamu kenapa?" Ricky menatap heran lelaki yang lebih mungil.

"Mosok mamah Yujin ngebiarin aku suka cowok. Kan Yujin jadi bengong." Yujin menjawab dengan sorot mata yang begitu polos (menurut Ricky), lelaki itu membelalak kaget.

"Ya ampun, apa??" Pekik Ricky.

"Ya ampun, APAA?!!" Dan juga ibu Shen...

BABE...? ㅣ RICKY SHEN & HAN YUJINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang