EP. 18 : HAI, TEMAN! (2)

160 13 2
                                    

Scratch that---boleh gak semua pujian dan doa yang Yujin lontarkan ditarik lagi...?? Di-undo, di-cancel, decline, apalah---sekarang Yujin sudah pusing, pembuluh darah di kepalanya berasa mau meledak saking gregetnya.

Oke, first of all, ternyata Yujin beneran ketemu lagi sama manusia tampan itu---yang namanya Kim Gyuvin---kayak emang udah takdir. Ternyata Gyuvin salah satu murid di sekolahnya, dan dia kelas sepuluh IPA. Yujin yakin,... entah bagaimana caranya, anak tampan itu sama sekali tak pernah tertangkap matanya barang satu kalipun. Walau ternyata dia deket sama si Sung Hanbin! Yaa, Yujin belum deket banget juga sih sama Hanbin dan---anggep aja gara-gara di matanya cuman ada kak Ricky seorang atau... apalah. Yang jelas kejadian ini kayak mimpi, oke, atau lebih tepatnya sekarang... mimpi buruk.

Pertemuan pertama di mall itu (yang bisa aja jadi dOuBle dAte karena Haobin sedang berlayar eh berjalan-jalan) sudah cukup lama berlalu, sekitar sebulan lalu, sebelum akhirnya keduanya ketemu lagi karena kebetulan Gyuvin pindah ekskul ke teater, mau mempelajari akting. Dulunya anak itu ikutan paduan suara, tapi gara-gara sering keselek pas nyanyi akhirnya dia keluar duluan ketimbang didepak.

Terus kenapa Yujin mumet?

Karena demi hati murni Ma Jingxiang yang semurni susu beruang, anak bermarga Kim itu sama sekali tidak bisa akting! Yang mana sedikit mengejutkan, karena Gyuvin bersifat adaptif, cukup pandai mengamati dan menyukai perubahan dan hal baru, hanya saja ia terlalu terperangkap dalam dimensi kepribadiannya sendiri sehingga ia tidak bisa merasakan dan mendalami watak karakter yang disuguhkan. Seperti ada peti besar yang mengurungnya dalam satu mode, dan mencegahnya untuk memasuki kotak kepribadian lain.

Mana tugas kali ini lagi disuruh mendalami tokoh lawan jenis. Kasarannya yang cewek kudu jadi cowok, dan sebaliknya. Susah, dah, bayangin misalkan Gyuvin dikasih tokoh Bella Swan, ntar jatuhnya jadi Bella Sawanen---eh, istighfar dulu astaga---tapi paham, kan? Nggak ada yang bakal mbawain tokoh manapun dari serial itu, btw, kita kan harus berusaha mempertahankan rating cerita ini, ya gak?

Preketek.

Nggak ada yang mengadaptasi tokoh dari manapun, mau dari film atau buku. Tugasnya cuma satu, eh, satu tapi bercabang; bikin dua original character yang gender-nya kebalikanmu dan peragakan monolog perkenalan dirinya. Karena berkelompok, awalnya Yujin langsung nyamperin si Gyuvin tapi kita sekarang tau dia berasa pengen tuker, sama siapapun aja gak papa, deh.

Catatan, author sama sekali gak pernah berkecimpung sama dunia ekskul teater, jadi semua murni ngarang. Maaf :"

"Nggak, Gyuvin, karaktermu itu kan cewek teges... kenapa kok tanganmu umek?? Jangan kebanyakan tebar senyuman mbanyol, dan kakinya harus jejeg!" Yujin memijit dahinya. Rasanya ia ingin membanting dirinya ke lantai yang dia duduki. Mau debu, mau tai cicak yang dia tidurin, dia udah gak urus.

"Ah,... iya ya..." Gyuvin memilin ujung kemejanya. "Kalo... kakak mau ngasih contoh, mau gak---eh, maksudku, mau kasih contoh, gak?"

Dipanggil kakak rasanya lucu, jujur aja Yujin ngira Gyuvin itu mahasiswa pas pertama kali ketemu. Kayaknya sekedar gara-gara tingginya.

Yujin bangkit dari posisi duduknya, dan sebaliknya, Gyuvin mendudukkan dirinya. Bocah itu sedikit menghentakkan kakinya untuk menggugurkan debu yang ia kira menempel. Ia juga merapikan lengan panjang kemejanya yang tadi tergulung asal. Dan untuk sentuhan terakhir, dasinya ia eratkan---untuk membawakan watak ciptaan Gyuvin secara totalitas. Tokoh itu adalah seorang pegawai kantoran berusia dua puluhan awal yang dicetak oleh ibunya untuk menjadi pribadi yang berdedikasi dan konvensional, justru cenderung kaku, maka setidaknya Yujin bisa berusaha memberikan image yang ideal. Bocah itu menganggap penampilan sangat berpengaruh dalam akting---ia bahkan tidak tahu apa kebergantungannya itu kelebihan atau kekurangan.

Atau ia hanya ingin sedikit membuat Gyuvin kagum. Emang siapa sih yang bakal nyadar?

Yujin menegakkan dagunya dan menyejajarkan bahu lebarnya. Dan poin penting yang sederhana tapi krusial; memposisikan kedua tangannya bertumpukan di depan pusar, layaknya seorang pegawai yang sedang berusaha membawakan diri seformil mungkin di hadapan para atasan. Penampilannya sekarang seperti tokoh Webtoon, tapi bukan itu poinnya. "Nama saya Nafissa Algebra, usia saya dua puluh dua. Saya adalah anak pertama yang bertanggung jawab dari empat bersaudara."

"Uwaah... lanjut!" Gyuvin bertepuk tangan dari tempatnya duduk. Ia sama sekali tidak memedulikan lehernya yang mulai pegal akibat terus-terusan mendongak. Kemampuan akting Yujin terlalu natural, ia sama sekali tidak mau melewatkan barang satu gestur sekalipun.

"Ibu saya selalu mendidik saya untuk menjadi pribadi yang mampu membawakan diri dengan baik kemanapun saya berada, karena beliau memiliki dasar kepercayaan bahwa setiap langkah pasti membawa pengaruh ke lingkungan sekitar. Saya harus menjadi gambaran yang terbaik, yang mudah diterima dan tidak membawa kecacatan dan kerusakan. Harap kerjasamanya, terima kasih."

Gyuvin kayak mau nangis saking terbawanya. Padahal baru praktek satu kali, kenapa kok rasanya kayak kakak kelasnya itu udah riset tentang tokoh ciptaannya yang baru dia susun setengah jam lalu?! Sorot matanya itu! Kenapa Yujin bisa mem-portray seorang anak sulung perempuan yang menanggung beban dan memendam banyak rasa dengan sempurna?? It's like... dia itu boneka kayu yang dipahat secara teliti untuk dipamerkan kepada semua orang. Yang digerakkan secara berhati-hati agar siapapun yang menangkap sosoknya terpukau.

"Kak Yujin, maaf ya, but,... 네가 뭐냐고...? (kamu ini apa, sih...?) Tadi itu bagus banget..." Mata anak itu berkaca-kaca. "Perasaan dialog yang aku bikin nggak gitu, deh, tapi punya kakak lebih bagus! Itu tadi improv??"

Yeah, sorry, but your dialogues are cr--- "I made up all that stuff, thanks, tapi bukan itu fokus kita sekarang. Kamu tau, kan?"

Crummy.

"Susah, ah~! Kayaknya aku ikutan ekskul teater ini murni buat ketemu kakak aja, deh..." Gyuvin bertumpu pada kedua lengannya, yang ia posisi kan di belakang. "Kakak punya adek, ya?"

Mendengar itu, Yujin tertawa sejenak sebelum merespon. "Nggak, aku adeknya. Aku punya dua kakak, yang satu kakak kandung, yang satu kakak kelas yang aku rasa akrab banget."

"Kakak yang mana yang saking spesialnya kamu sebut 'my someone' waktu itu?" Gyuvin bertanya dengan penuh minat. Yujin suka binar mata itu.

"Yang kakak kelas."

"Can I see him?"

Hati kecil Yujin yakin ia ingin berkata tidak. Ia ingin mencegah pertemuan itu terjadi.

And he was right.

Aduh, Gusti... Gyuvin kagum pada kak Ricky-nya yang datang untuk menjemput seusai ekskul... Siapa yang menyuruh lelaki blonde sialan itu untuk mengenakan kaus hijau army?!

---

bonus lagi

aku gambar beberapa adegan di naskah ini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

aku gambar beberapa adegan di naskah ini. padabisanebakgakohgakbisayaudah :p

BABE...? ㅣ RICKY SHEN & HAN YUJINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang