EP. 12 : MIMPI DAN ANGAN-ANGAN GILA YANG TERPENDAM

246 22 10
                                    

"Aku kangen kakak."

Ucapannya cukup lucu. Untuk didengar seorang Ricky Shen di sebuah café saat hujan, suasananya tiba-tiba jadi... private? Ditambah lagi penerangannya agak remang-remang. Jadinya dinding ruangnya yang abu-abu semakin mendukung atmosfir di dalamnya.

"Babe, we've met at school." Timpalnya pada bocah yang terduduk di hadapannya.

"Kemarin kan Sabtu, dan,... kita gak kumpul." Komplain Yujin, tanpa sengaja dengan tatapan sayu. Bocah itu nampak lebih muram dari biasanya, walau pembawaannya tetap tenang. Mungkin mereka berdua bukan tipe dinamika yang ramai dan banyak bicara, namun kalau salah satu menjadi benar-benar murung rasanya asing juga.

"Oh, gitu? Yujinnie kepikiran aku?" Ujar Ricky menggoda. Kedua matanya agak menyipit karena tersenyum, membuat penampilannya begitu menawan. Yujin jadi ingin mengabadikan momen itu. Memberhentikan waktu? Atau, mungkin ia bisa melakukan sesuatu agar memori itu tersimpan selama mungkin?

"Apa isi benak kakak kalo berhadapan sama aku?"

"Ya?"

"What are your thoughts about me?" Ulang Yujin dengan lebih serius. Tubuhnya bersandar dengan santai, namun ia benar-benar telah menciptakan suasana yang sedikit mencekam. Mungkin karena sorotnya yang tanpa goyah terus menghunus ke dalam mata sang kakak? Atau karena kebetulan lagu yang disetel membantunya menciptakan dunia kecil untuk mereka berdua? Liriknya pun semua masuk ke pendengaran Yujin dengan jelas.

"You're sweet." Ujar Ricky mantap. "Itu kesan pertamaku-"

"No, aku bukan nanyain kesan pertama, kak." Yujin menggeleng pelan sambil tertawa singkat. "Aku nanyain soal pendapat kakak buat aku. As a person. As..." Ujarnya menggantung, sejak ia belum berniat melanjutkan kalimatnya.

"Emh,..." Ricky mendengus pelan, matanya beralih fokus ke samping secara asal untuk memutus kontak mata. "You're sweet, you know? The impression stays. And... I guess I have a type."

"Oh, interesting!" Alis Yujin terangkat sedikit. "Elaborate. Please."

"Entah..." Pemuda itu menggaruk tengkuknya. "Aku rasa ada kemiripan tertentu dari kalian yang udah mencuri perhatianku. How do I say it..."

"Dan siapakah 'kalian' ini?" Yujin memajukan duduknya. Ricky mencuri pandang sebentar ke arahnya, dan sorot Yujin yang menusuk membuat si blonde kembali mengalihkan pandangannya.

"Alttha. Hi... em, apa aku harus... nyebutin semuanya?" Tanya Ricky dengan nada yang jelas-jelas ragu.

"Ya."

"Alttha. Hiroto. Bahkan Jingxiang, soalnya..." Ricky meneguk ludahnya sendiri. Walau ia tidak nyaman menjabarkan semuanya seperti ini, ia tetap saja menurut. "Dulu yang milih dia pas di panti itu aku. Dan... kamu."

"I see." Yujin menunduk sambil terkekeh pelan. Perhaps you'd love the taste of taking a sip of my 'sweet', but would you swallow my 'bitter' whole? Batinnya, yang tak ia lontarkan saat itu secara gamblang. "Kak."

"Mm."

"Kakak pernah gak ngerasa ada dorongan tertentu buat... melakukan sesuatu yang kakak sendiri tau bener kalo itu salah?"

"Kayak apa dulu?" Ricky menatap balik. Rautnya sudah cukup menyampaikan keheranannya. "You're being so solemn, I can't read the room." Ungkapnya.

"Oh my, did I just set up some inevitable... tension?" Yujin lagi-lagi tertawa, rasanya seperti bukan Han Yujin yang biasanya. Ia bertingkah seperti sifatnya berubah.

"Maksudmu apa, Yujin?"

"Hah..." Yujin mendesah pelan, wajahnya ia tundukkan. "I'm curious." Bocah itu akhirnya mengaku, walau masih kurang jelas apa yang dimau.

BABE...? ㅣ RICKY SHEN & HAN YUJINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang