EP. 20 : I CAN'T TAKE IT, JELLY POP! (2)

139 9 2
                                    

"Yang aku maksud itu kamu ngganggu. Kim Gyuvin."

Kalimat Yujin seketika menciptakan keheningan. Ricky saja sampai membeku di tempat, dengan jarak sekitar empat meter dari Yujin dan Gyuvin yang berada di dapur. Ia berusaha meraba-raba situasi.

"Ak--"

"Makanya, kamu itu sebenernya ngapain di sini?? Asal kamu tau, seharusnya aku tamunya kak Ricky malem ini, tapi eh, tiba-tiba ada kamu, tamu gak diundang! Kamu itu orang baru, paling nggak baca-baca situasi, lah!"

Ricky masih ragu jika adiknya itu serius atau hanya berpura-pura, karena dari sudut pandangnya, ia sama sekali tak dapat melihat ekspresi Yujin. "Yujinnie---"

"Harusnya aku nggak berharap kita ketemu lagi malem itu, sekarang aku tau kalo setiap kali kita ketemu, yang ada kamu cuma bikin pusing kayak beban."

"Maaf, kak---"

"Kim Gyuvin, apa kamu bahkan tau apa salahmu??"

"HAN YUJIN!"

Sekali lagi, keheningan yang menekan menyapu ke seluruh sudut ruangan itu. Kali ini, penyebabnya adalah suara Ricky dengan nada yang meninggi satu oktaf. Nada itu begitu asing bagi Yujin. Suasananya yang begitu menyesakkan sungguh menyiksa, terutama bagi Gyuvin yang tiba-tiba merasa seperti orang luar.

Sebelum Yujin menoleh ke belakang dan menampilkan ekspresinya, Ricky sendiri menampilkan raut dingin dan keras. Menurutnya, adiknya itu sudah kelewatan, terutama tuturnya yang terlalu blak-blakan. Memangnya, kata siapa berkata jujur berarti harus menyakiti?

Namun, pada saat Ricky akhirnya dapat membaca raut si adik, ia langsung sadar; paling tidak ia tak perlu meninggikan suara. Yujin pasti masih punya kesadaran, dan sebagai yang paling tua, harusnya ia menengahi dengan tenang. Bukannya ia sudah paham sifat adiknya itu seperi apa?

Yujin tidak membuka mulutnya. Ia hanya bertukar pandang dengan Ricky yang nampak jelas mulai menyesal. Hatinya yang termakan emosi serasa diremas-remas, namun Yujin tidak menangis. Dia tak mau menangis di hadapan siapapun---dia tak mau menangis untuk seorang lelaki, terutama karena dia juga lelaki---!!

Maka Yujin hanya mempertahankan raut kesalnya, kecewanya, sebelum pergi mengambil barangnya yang untung belum ia bongkar, tak menghiraukan kak Ricky-nya yang mengejar sampai luar rumah.

"Hey." Pada satu momen, ia akhirnya berhasil menangkap lengan Yujin dan menghentikannya. "Maaf, harusnya aku nggak teriak. Balik, ayo---"

"Emang aku masih punya muka buat napakin kaki di sana?" Entah sejak kapan, Yujin sudah menoleh ke belakang, juga sekali lagi menunjukkan raut kesalnya pada Ricky.

Ricky hanya meneguk ludahnya.

"Kakak tau jawabanku."

Yujin melepaskan cekalan Ricky pada lengannya, walau jujur saja hatinya tak cukup keras untuk berlaku kasar. Yang ia tahu hanya matanya yang terasa panas, juga dadanya terlalu sesak untuk bernapas. Tentu tanpa menoleh ke belakang, Yujin terus berjalan pergi. Ricky dengan benaknya yang kalut terpaksa menyaksikan kepergian adiknya itu, dan bahkan tak sempat menawarkan untuk setidaknya mengantar pulang---karena ia yakin anak itu tidak akan mau menetap walau dipaksa. Yah, Ricky sendiri tidak mau memaksa.

Maka, sejak malam itu, Yujin mendiamkan kakaknya. Bahkan dengan Ricky yang teguh mendatanginya di hari pertama, juga mengirim pesan yang berbunyi 'aku nggak bakal nge-spam, jadi aku minta maaf. aku tau salahku dimana', Yujin tetap bersikukuh mempertahankan jarak mereka. Akibatnya, ia terpaksa menyaksikan Gyuvin yang malah bergabung dengan kumpulan Ricky di kantin setiap jam istirahat. Yujin mungkin cemburu, namun perasaan 'tergantikan' yang menggerogoti hatinya lebih kuat.

BABE...? ㅣ RICKY SHEN & HAN YUJINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang