EP. 17 : HAI, TEMAN! (1)

164 14 2
                                    

"Menurutmu apa hal simpel yang justru bikin seorang laki-laki nampak lebih laki?"

...

Oi, sialan, Yujin itu introvert! Apaan, nih...? Kok ada cowok sembarangan nanyain dia ginian?? Okelah anak itu lumayan ganteng, proporsi bahu ke pinggulnya bagus dan amboy,... tanned skin-nya malah nambah kesan teenage boy yang memikat---nearly seductive, tapi kenapa tiba-tiba dan di toilet mall...??

Mereka di depan cermin btw, cuma ada mereka berdua di situ, sama-sama lagi cuci tangan berjarak satu wastafel. Dan ini kejadiannya waktu Yujin jalan-jalan ke mall sesudah dicoba-cobain baju Ricky.

Yujin memaksa untuk menunduk sampai lehernya kaku untuk menghindari kontak mata, dan rasanya seperti sabun di tangannya tak kunjung hilang terbilas air. Kalau begini kan seolah-olah dia memang harus njawab...?

But he has too, eventually...

Kalo dipikir-pikir kan kasian juga kalo si ganteng kudu terus-terusan natap Yujin pake matanya yang membulat lucu itu. Mana aegyo sal-nya cakep banget. Eh---

"Mungkin kalo mereka bisa nyobek bungkus apa gitu cuma pake gigi?" Yujin njawab, tapi nadanya malah kayak nanya balik. "Entah. Itu subjektif."

Sesi pembasmian kuman di tangan Yujin akhirnya kelar, dan bocah manis itu mengulurkan tangannya untuk dikeringkan memakai hand dryer. Pilihannya sebenernya ada tisu dan alat elektronik itu, Yujin sekedar lagi pengen mbantu ngehabisin listrik aja. Dan---tunggu---keheningan yang menyelip di antara hembusan nafasnya dan dengungan mesin pengering tangan rasanya janggal, sampai-sampai ia sempat menyesali jawabannya barusan.

"Apa iya arah jawabanmu itu beneran ke---situ?" Lelaki tampan itu menatap tepat ke dalam manik Yujin, seolah pupil gelapnya bisa menggali isi benak orang lain. Oke, hawanya mulai mengintimidasi dan harusnya Yujin nggak langsung membuat asumsi soal pemuda jangkung itu, karena jujur aja mukanya bener-bener berkesan seperti anak dungu (in a cute way), yang mana---harusnya karena penampilannya lugu begitu, dia nggak paham---eh---emang apa sih yang harus dipahamin?? Kita nggak mbahas atau bercanda soal apapun yang aneh,... kan...? "Kamu serius---"

"Anggep aja kamu cewek---bukannya keren kalo misalkan kamu piknik dan dia mbukain snack-mu tanpa harus njeblosin plastik mika 0.5 mikronnya pake kunci buat alternatif atau nanya apa kamu bawa gunting? Gigi yang sehat itu atraktif!" Why are we arguing about this---

Lelaki itu memicingkan matanya dan mematikan keran. "글쎄... (begitu, ya...?)" Ia bergumam. "Tapi aku nggak harus jadi cewek dulu, kan, buat kasih apresiasi ke sesama laki?"

Oh, ya... tatapan interogatif yang penuh waspada dan kecurigaan. Itu yang dipancarkan sorotnya sejak Yujin memberi tanggapan. Situasinya nampak seperti... Yujin sedang ditegur oleh seorang... kakak...?

"Nggak. Aku ya tadi juga pake seseorang buat referensi. Aku cerita berdasarkan pengalaman pribadi---kisah nyata."

"Hah? Seseorang?"

"My someone."

Kalau tadi si tampan memicing, kini ia mengernyit, mengerutkan dahinya, dan juga otot lehernya terhenyak ke belakang seakan kepalanya ditarik seseorang. Astaga, Tuhan... ekspresi keheranan bocah itu sungguh sungguh menggemaskan.

"Maksud---"

"제 형인데... (dia itu kakak laki-lakiku...)" Yujin berpikir ia sudah cukup banyak berinteraksi dengan orang asing ini. Sebenarnya asyik, karena entah bagaimana level daya tangkap dan pemahamannya soal hal-hal ambigu atau pesan subliminal anak itu cukup advance, namun sisi introvert-nya mulai lelah.

BABE...? ㅣ RICKY SHEN & HAN YUJINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang