EP. 16 : RAJA QUANRUI YANG KESEPIAN (2)

167 13 2
                                    

"Mohon perkenalkan dirimu."

"Nama saya Ikumi Hiroto, saya dari kerajaan ini. Saya... emm, saya melahirkan---eh, saya dilahirkan... oleh ibu saya, koki, dan... ayah saya juga koki." Hiroto membungkuk dengan canggung, dari sorot matanya saja sudah terlihat jelas bahwa dia sedang panik, yang justru mengundang senyuman gemas dari sang---eh, Ricky.

"Apakah saya boleh tahu, mengapa Anda hadir hari ini?" Tanya Raja Quanrui dengan pancaran afeksi yang meluap-luap dari sorotnya. Persetan image kerengnya, pikir si Shen.

"Itu karena orangtua saya koki, khususnya membuat roti, saya ingin mempelajari jenis roti-roti lain dari kerajaan yang resepnya sekiranya boleh dibagi keluar istana. Tetangga saya terdiri dari banyak anak-anak, maka saya ingin berbagi sedikit sumber kebahagiaan saya." Terang Hiroto. Mendengar itu, Baginda Raja mengangguk maklum.

"Kalau begitu, kau bukan datang kemari karena jatuh cinta kepadaku?"

"Saya belum pernah jatuh cinta." Jawaban Hiroto membuat (dialog) sang Raja yang tengah mencoba menggoda kalah telak. Rupanya Raja sedang berbicara dengan seorang anak, walau pemikiran dan visinya cukup mulia dan dewasa. Harusnya Raja (Ricky) tidak merasa tertusuk di jantungnya.

Tapi tetep jleb btw.

"Baik..." Sang Raja tertawa canggung. Toh, mereka memang baru bertemu hari itu. "Terima kasih, nona, berikutnya..."

"Aku?" Gadis berikutnya berbisik pada Raja (Ricky), bertanya jika gilirannya telah tiba. Sang Raja (Ricky) mengangguk mengiyakan. Atas sinyal itu, si gadis merubah tatapannya menjadi lebih intens. Aktingnya dimulai. "Nama saya Zhang Hao, saya berusia dua puluh dua tahun, dan hobi saya menjahit pakaian."

"Kalau begitu, apakah gaunmu itu hasil dari kegiatan menjahitmu?"

"Benar, yang Mulia."

"Anda membuatnya dengan sangat baik, karena dari yang saya lihat, Anda benar-benar mengikuti warna kepribadian Anda. Sepertinya Anda jenius. Saya menyukainya." Baginda Raja mengutarakan pujian demi pujian tanpa berat hati sedikitpun. Sejak muda, beliau telah diajarkan untuk mengakui kelebihan orang lain, maka tidak sulit baginya untuk menunjuk poin positif dari apapun yang tengah menjadi objek.

"Terima kasih, yang Mulia. Anda baik sekali. Saya akan sangat bahagia jika yang Mulia berminat untuk mencari tahu lebih banyak tentang saya.

"Kalau begitu, bolehkah saya tanya, apakah Anda hadir ke sini atas kemauan Anda sendiri, nona?"

Nona Zhang memakan sekiranya tiga ketukan keheningan sebelum menjawab ya secara singkat, dengan nada bicara yang terlalu datar untuk seseorang yang tengah dihadapkan dengan persoalan seputar pernikahan.

"Apakah murni tidak ada motif lain selain ingin bertemu dengan saya?"

Jika tadi nona Zhang memakan waktu tiga ketukan, kini ia memakan enam ketukan keheningan yang tidak semenarik music pause pada bagian refrain lagu Over Me. Keheningan pada lagu itupun sekiranya hanya memakan satu ketukan. Bukannya membangun antusiasme, yang ada gadis itu membuat sang Raja mengernyit heran.

"Saya bimbang." Ucap nona Zhang pada akhirnya.

"Jelaskan, mengapa."

"Saya sedang dikejar-kejar oleh seseorang, namun afeksinya yang berlimpah justru membuat saya kewalahan. Sementara itu, saya mendengar kabar tentang sayembara dari baginda Raja. Sejak lama saya sudah tertarik soal baginda Raja, maka saya memilih untuk hadir hari ini."

"Sekarang, bagaimana menurut Anda, nona? Apakah saya sudah cukup memuaskan ketertarikan Anda? Apakah Anda semakin tertarik?" Sang Raja menarik satu ujung bibirnya, kepalanya juga beliau miringkan ke satu sisi.

BABE...? ㅣ RICKY SHEN & HAN YUJINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang