EP. 2 : 뺏지! (I Got Him!) (2)

649 51 4
                                    

"Mau gak jadi baby boy-ku?" Tanyanya dengan nada cool. Iapun tidak lupa untuk menginvasi sedikit teritori sang 'mangsa'-menguarkan dominasi dan impact dari kehadirannya yang karismatik. Ia melakukannya dengan menumpukan tubuh pada satu tangan di meja makan mereka.

Saat mata mereka bertemu, keheningan pun tercipta. Dua lelaki lain yang menemani si manis tercengang mendapati kehadiran si kakak kelas tak tahu malu itu.

"Mau." Sahut si manis. Kedua lelaki yang tadinya menatap Ricky berganti memelototi temannya tidak percaya. Percakapan macam apa ini?? Apa mereka saling kenal? Ataukah tidak? "Bakal dapet apa aku? Kak?" Tanyanya dengan panggilan khusus setelah melirik badge kelas Ricky.

"Apapun. Kuturutin semua maumu mumpung aku bisa. Kamu cuma perlu bilang ke aku. Apa yang kamu mau."

"Hmm." Si manis mengangguk. "Oke."

"Namamu?"

"Han Yujin."

"Cantik." Ricky menyunggingkan smirk andalannya. "Aku akan menemukanmu kembali. Hanya namamu yang kubutuhkan. Lihat saja."

"Kutunggu kakak kembali." Balas Yujin dengan senyumannya yang menyiratkan ketenangan.

"Kau tak akan menunggu lama." Senyuman terakhir diberikan oleh Ricky sebelum ia berjalan pergi-masih dengan kepercayaan diri tinggi.

"Oi, Han Yujin apaan itu tadi? Role play??" Salah satu teman Yujin membuka suara. Namanya Zhang Hao.

"Udah gila, ya?!" Sahut satu lagi yang bernama Mun Junghyun. "Heh. Kalo bercanda tuh mukanya dibikin keliatan bercanda gitu lho, ah! Sumpah, dari dulu aku gak bisa bedain kamu kalo lagi serius atau bercanda!"

"Kalo dia lagi main TOD, aku tadi udah bantu dia. Kalo dia lagi taruhan, aku biarin dia menang. Kalo dia serius, ayo kita liat skenario dia kayak gimana. Beneran ngasih aku kuasa atas credit card dia atau nggak." Jelas Yujin dengan tenang.

"Kamu yakin dia gak lagi eksperimen? Ya, you know, lah! Gimana kalo dia kepengaruh orang barat, ikut-ikutan HDTV!" Bisik Zhang Hao di akhir kalimat.

"Aku denger dia baru aja patah hati gara-gara cewek angkatan kita. Bisa kutunjukin ceweknya kalo gak percaya."

"Ya justru dengan alasan itu, bego!" Junghyun menepuk jidatnya sendiri. "Respon paling normal yang bisa kamu kasih itu 'apa?' gitu!! Lha kok malah langsung 'mau'?? Mana enteng banget bilangnya!!"

"Oh, ya, tapi Yujin jago taekwondo, ya kan ya?" Zhang Hao menggenggam erat lengan Yujin.

"Yap! Haus duit dan perhatian gini aku masih punya harga diri, ya." Yujin menggulung lengan seragamnya sampai siku. "Ayo kita poroti kakel bosen cuan itu."

"Ya ampun..." Sahut Zhang Hao dan Junghyun bersamaan.

-

KRING KRING KRING!!

Bel penanda pulang berbunyi dengan nyaringnya. Seluruh siswa dan siswi menenteng tas masing-masing dengan semangat dan berhamburan keluar kelas.

Tak terkecuali Han Yujin.

Begitu ia tidak jauh dari pintu keluar, sesosok murid yang tinggi mencuri perhatiannya. Dengan rasa penasaran tinggi ia mempercepat langkahnya dan...

"Hai."

Itu kakak kelas yang memintanya untuk menjadi baby boy. Yujin terkejut, namun juga tidak begitu keheranan.

"Halo." Itu balasan dari Yujin.

"Benar, kan? Aku telah menemukanmu."

"Kakak bersungguh-sungguh, ya?"

"Tentu." Ricky mengeluarkan ponselnya dari saku kanan celananya. Ia lalu mengaktifkannya dan membaca sebuah catatan dalam bentuk ketikan. "Han Yujin, kelas 11 Bahasa 2, nomor absen 35. Duduk sebangku dengan siswa bernama Zhang Hao yang tadi sudah kutemui bersamamu di kantin. Kamu anggota dari ekstrakurikuler teater dengan spesifikasi akting." Walau Ricky mengintip catatannya sedikit-sedikit, ia lebih banyak menatap ke dalam manik Yujin karena ia sendiri telah menghafal sebagian besar isinya. "Ada yang kurang?"

"Tentu."

"Apa itu?"

"Kakak tidak meminta nomorku dari informan kakak?"

"Tidak." Dengan gesit jari Ricky menutup aplikasi catatan digitalnya dan membuka aplikasi kontak. Hebatnya juga ia melakukannya tetap dengan ponselnya yang hanya dicekal oleh satu tangan. Masih kurang hebat? Ia juga melakukan itu semua tanpa mengalihkan pandangannya dari Yujin. "Aku ingin memintanya secara langsung." Ricky menyodorkan ponselnya pada Yujin, dan dengan senang hati Yujin menerimanya.

Sebentar kemudian Yujin menghubungi nomor yang baru ia catat, membuat ponselnya sendiri bergetar di dalam sakunya.

"Aku juga akan menyimpan nomor kakak." Yujin menyerahkan kembali ponsel Ricky dengan senyumannya yang mengembang.

"Ayo kita awali hubungan ini. Sekarang juga."

"Bagaimana caranya?"

"Akan kuantar kau pulang."

"Oh, wow. Kakak tau aku jalan kaki?"

"Ya. Informanku mengatakannya juga. Aku harap kau tidak menolak tawaranku."

"Tentu saja tidak." Yujin tertawa kecil. "Ayo kita mulai."

-

"Kau punya saudara kandung, Yujin?"

Yujin menatap kakak kelasnya melalui kaca spion motor yang ditumpanginya. Lelaki yang bertanya balas menatapnya.

"Punya. Satu kakak laki-laki."

"Apakah dia baik padamu?" Tanya Ricky dengan santai, selagi durasi sebelum lampu hijau menyala masih lumayan lama.

"Iya. Tapi ia tidak seperti sosok kakak yang sesuai ekspektasiku. Ia sangat dimanjakan oleh orangtuaku. Apapun yang dia minta pasti akan dia dapatkan. Hal itu membuatku berharap perlakuan spesial itu diberikan oleh kakakku untukku." Ungkap Yujin tanpa beban.

"Siapa namanya?"

"Han Jisung."

"Baiklah." Ricky tertawa kecil, lalu diam tak mengucapkan apa-apa. Yujin yang bosan ikut terdiam, tanpa sadar ia memainkan resleting jaket Ricky sejak posisi tangannya sedang merangkul perut si kakak kelas. Sepertinya memang ia merasa nyaman dengan lelaki yang baru dikenalnya itu. "Han Yujin." Panggil Ricky tiba-tiba.

"Ya?" Balas Yujin sedikit terkejut.

"Maafkan diriku yang sedikit ambisius, namun posisi Han Jisung itu akan segera tergeser oleh seseorang. Dan namanya adalah Ricky Shen. Ialah yang akan memenuhi segala ekspektasimu, bahkan yang tanpa sadar kau inginkan sekaligus. So, be shameless. He's down on his knees for you, darling." Ujar Ricky dengan penuh percaya diri. Mendengar ungkapannya, Yujin yang tadinya terdiam kini tertawa kecil sambil mengeratkan pelukannya pada tubuh Ricky.

"Wow, senior. That's one hell of a self introduction."

BABE...? ㅣ RICKY SHEN & HAN YUJINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang