52

1.5K 181 39
                                    



Ini triple up kan sama yang kemarin? Khusus buat para readers yang baik hati dan sabar nih.
Btw, setelah chapter ini akan banyak time skip. So yeahh...enjoy the story!




Renjun menatap sesuatu di hadapannya dengan mata membulat.
Bukan sepotong kue ataupun jenis dessert lainnya, melainkan sebuah kotak kecil berwarna merah yang terbuka dan menampilkan sebuah cincin di tengahnya.

"I–ini..." Renjun kehilangan kata-katanya.
Ia menatap satu persatu orang yang ada di sana, yang saat ini sama-sama memberikan senyum ke arahnya.
Lalu tatapan Renjun terhenti di Nyonya Lee.

"Eommonim...i–ini, cincin ini—"

Nyonya Lee mengangguk, "cincin pilihanmu."

Renjun dibuat tersentak ketika kursinya di putar oleh Jeno agar mereka duduk berhadapan.
Jeno mengambil kotak cincin itu dari atas piring, "pilihan Noona sangat cantik." Ujarnya.

Renjun yang masih terkejut, menatap bergantian ke arah Jeno dan kotak cincin yang dipegangnya.

"Ta–tapi, bukannya itu punya Eommonim?"

"Apa Eomma pernah mengatakan kalau cincin ini untuknya?" Tanya Jeno, dan seketika Renjun mencoba untuk mengingat kejadian kemarin.
Dan benar, dalam ingatannya Nyonya Lee memang tidak secara gamblang mengatakan kalau ingin membeli cincin ini untuk dirinya sendiri. Beliau hanya menyuruh Renjun agar bantu memilihkan, tapi itu tetap saja artinya kalau Renjun hanya membantu untuk memilih saja kan?
Aduh Renjun jadi bingung sendiri, jadi ia lebih baik bertanya saja pada Jeno tentang maksud semua ini.

"Ja-jadi?"

Jeno tersenyum, "sebelumnya, untuk menjawab rasa penasaran Noona tentang kenapa kita ada di sini, dan kenapa orang tuaku juga orang tua Noona tiba-tiba datang. Ini semua sudah aku rencanakan, dibantu oleh Chenle dan Jisung."

Jeno berhenti sejenak untuk melihat reaksi Renjun. Tapi ketika di wajah kekasihnya itu hanya ada raut bingung, maka Jeno melanjutkan, "beberapa waktu lalu, aku bercerita ke Chenle dan Jisung kalau aku ingin hubungan dengan Noona semakin serius. Aku meminta pendapat sekaligus restu dari Chenle, kira-kira bagaimana kalau aku melamar Noona dan kapan waktu yang tepat untuk melakukannya." Sebelah tangan Renjun digenggam oleh Jeno, ketika ia lihat netra cantik milik kekasihnya mulai berkaca-kaca.

"Dan Chenle bilang, bagaimana kalau dilakukan pas hari kelulusannya. Awalnya aku sempat menolak, karena menurutku hari ini biarkan menjadi harinya Chenle saja. Aku merasa kalau aku melamar Noona hari ini, kita tidak akan berfokus ke Chenle padahal kan ini hari spesial untuknya. "

Jeno menatap ke arah Chenle sejenak hanya untuk memberikan senyum, kemudian ia kembali melanjutkan, "tapi Chenle justru bilang, hari yang paling berharga untuknya adalah ketika dia melihat Noona bahagia. Chenle juga bilang, jadikan saja lamaran ini sebagai hadiah kelulusannya, karena untuknya kebahagiaan Noona adalah hadiah yang paling berharga."

Air mata yang jatuh di pipi Renjun, Jeno usap dengan lembut, "setelah setuju dengan rencana Chenle, aku datang ke rumah orang tua Noona untuk menyampaikan niat baik ini. Dan syukurnya Abeonim dan juga Eommonim langsung memberikan restu."

"Dan soal cincinnya?" Akhirnya Renjun bisa mengeluarkan suaranya walaupun di iringi dengan isak tangis.

"Soal cincinnya, aku yang meminta tolong ke Eomma agar membuat Noona memilih. Aku ingin Noona memakai sesuatu yang Noona pilih sendiri dan Noona suka."

but...I Love You(r) MOMMY//norenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang