48

1.5K 200 67
                                    


Aku kebablasan nulis 4k kata🙈
Aku harap kalian ga mual bacanya






Enjoy the story




Jantung Jeno berdegup kencang ketika pintu berwarna coklat tua itu dibuka dari dalam. Tatapan tajam dari seseorang yang berbadan tinggi di hadapannya seketika mengembalikan perasaan gugup yang tadi sempat reda, bahkan sekarang rasa gugupnya bertambah dua kali lipat.

Tatapan dari mata bulat itu seperti menguliti Jeno yang tanpa sadar menahan napasnya entah sejak kapan.

"Bernapas lah, tidak sesak memangnya ditahan terus?"

Hah

Dengan sedikit kasar Jeno membuang napasnya, membuat tatapan Tuan Park berubah geli. Dan ketika menyadari itu, wajah Jeno seketika memerah hingga ke telinga. Apalagi ketika mendapati kalau Renjun di sampingnya terkekeh kecil, membuat Jeno merutuki diri dalam hati.

"Ayo silahkan masuk..masakan enak istri saya sudah menunggu untuk dinikmati." Ujar Tuan Park.
Bisa Jeno lihat sebuah senyum tipis terukir di bibir pria paruh baya itu ketika menyebutkan sang istri.

Jeno mengangguk kecil dan bersama Renjun mengikuti langkah si Tuan rumah.

"Aku bantu Eomma siapkan makanan dulu ya, kau mengobrol saja dengan Appa di ruang keluarga."

Mata sipit Jeno melotot mendengar ucapan kekasihnya. Belum sempat ia protes, Renjun sudah lebih dulu melangkah menuju sang Ibu yang terlihat sedang sibuk bolak balik dari dapur menuju ruang makan.

"Ayo, mungkin kita bisa berbincang sebentar sembari menunggu mereka menyiapkan makanan."

Tatapan Jeno beralih menuju Ayah dari sang kekasih yang ternyata berdiri tidak jauh darinya, seperti sengaja menunggunya.

"Ah nde Tuan..." Balas Jeno canggung, dia mengikuti pria itu berjalan menuju ruang keluarga yang tadi disebutkan oleh Renjun.

"Ini ada kue kering buatan Ibunya Renjun, cobalah kau pasti akan suka." Ujar pria yang lebih tua darinya itu dengan begitu percaya diri tentang rasa kue buatan sang istri. Jeno yang baru duduk lantas tersenyum sopan dan mengambil satu buah kue kering dari dalam toples yang baru saja dibukakan oleh Tuan Park.
Dan ketika makanan manis itu ia masukkan ke mulut, Jeno langsung mengerti kenapa pria di depannya ini begitu percaya diri ketika mengatakan kalau Jeno pasti akan suka dengan kue kering buatan sang istri. Karena memang rasanya sangat enak, semuanya terasa pas di lidah Jeno.

"Bagaimana? Enak kan?"

Jeno mengangguk, "sangat enak Tuan, tidak terlalu manis. Rasanya pas." Ujarnya menyetujui.

"Jangan terlalu kaku begitu, panggil saja Abeonim. Kau kan kekasihnya Renjun-ie."

Sedikit tidak percaya kalau Ayah Renjun meminta dipanggil seakrab itu, tapi Jeno tetap menurutinya. Dalam hati dia menggumam tentang Tuan Park yang memberikan tatapan tajam padanya di awal, ternyata memiliki sifat sehangat ini.

Kecanggungan yang ada di awal, kini entah pergi kemana. Jeno merasa semakin nyaman ketika berbincang dengan Ayah dari kekasihnya itu.

Sepanjang perbincangan mereka hanya diisi dengan cerita tentang Renjun dan juga sang Ibu. Tentang bagaimana dulu Renjun kecil sangat menggemaskan, atau tentang sang Ibu  yang sangat cantik, pandai memasak, memiliki suara yang bagus ketika bernyanyi. Semua cerita itu disampaikan dengan raut wajah dan juga suara penuh antusias, membuat Jeno menilai kalau Tuan Park adalah sosok kepala keluarga yang sangat menyayangi anak dan juga istrinya.

but...I Love You(r) MOMMY//norenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang