13

1.5K 173 18
                                    

Enjoy the story!

Dua orang remaja berbeda gender, terlihat sedang duduk di taman belakang sekolah.
Si gadis menyenggol nyenggol bahu pemuda di sampingnya.

"Yak! Kau masih kesal karena akan punya adik?" Gadis itu, Chenle menatap heran ke arah Jisung yang menekuk wajahnya sejak tadi.

"Chenle-ya...kau tau kan umurku sekarang berapa?"

"Tujuh belas tahun, dan kapan kau akan memanggilku Noona? Aku lebih tua darimu Na Jisung."

"Sekarang masalahnya bukan itu...kau tau umurku sudah tujuh belas tahun, dan aku akan memiliki adik. Bagaimana kalau orang-orang akan mengira dia keponakanku nantinya?"

Chenle memutar bola matanya malas, "itu urusanmu. Lagipula, aku rasa tidak buruk memiliki adik...kau akan punya teman bermain nantinya." Ucapnya dan dibalas dengusan oleh Jisung.

"Dengan jarak usia yang jauh, kau pikir aku akan bermain apa dengan adikku nanti? Lebih tepatnya bukan teman bermain, tapi aku akan menjadi pengasuhnya nanti...sungguh, kenapa Appa dan Eomma harus membuatnya sekarang...kenapa tidak saat umurku masih balita saja."

Mau tidak mau, Chenle tertawa mendengar perkataan Jisung. Apalagi melihat wajah frustasi pemuda itu, "itu namanya takdir Tuhan...dan kau kenapa harus sekhawatir itu? Nanti kita bisa menjaga adikmu bersama-sama kan? Aku dan Jeno akan membantumu menjaganya nanti...iya kan Jen?" Tanya Chenle pada Jeno yang baru saja datang dengan membawa tiga botol susu pisang dan juga sandwich di tangannya.

"Apanya?" Tanya Jeno, karena dia tidak paham dengan apa yang dibahas oleh kedua sahabatnya itu.

"Kita nanti akan membantu Jisung menjaga adiknya...eottae? Kau pasti mau kan?"

"Ah begitu...tentu saja, sepertinya menjaga adik kecil tidak akan begitu buruk. Yak! Kau harus menyayangi adikmu, arra?"

Jisung mengangguk ragu. Tapi seperti mengingat sesuatu, dia langsung menatap ke arah Chenle dan juga Jeno secara bergantian.

"Kalian sepertinya tidak akan bisa membantu menjaga adikku nanti."

"Wae? Kenapa tidak?" Tanya Chenle.

"Satu bulan lagi, kalian sudah masuk Universitas...aku tidak tau kalian akan melanjutkan ke Universitas mana kan? Bagaimana kalau kalian melanjutkan di luar negeri?"

Ah benar juga. 1 bulan lagi, dirinya dan juga Jeno sudah akan masuk Universitas. Chenle hampir melupakan hal itu.

"Tapi aku akan tetap melanjutkan di Seoul, di Universitas NEO 127...kalau Jeno..." Chenle menatap Jeno seolah bertanya, dan Jeno juga balas menatapnya.

"Aku belum memutuskan akan melanjutkan dimana, tapi Appa sempat menawarkan untuk melanjutkan di New York, karena kebetulan pamanku tinggal di sana."

"Lalu? Kau setuju?"

"Seperti yang aku bilang tadi, aku belum memutuskan...tapi aku ingin kuliah di sini saja sebenarnya."

"Ah begitu...." Wajah Chenle berubah murung setelah mendengar penuturan Jeno.
Dan itu disadari oleh kedua pemuda di samping kiri kanannya, yang sekarang menatap Chenle dengan tatapan yang berbeda-beda.

"Wajahmu jelek kalau seperti itu...lagipula Jeno hyung bukannya mau meninggal, kenapa kau sesedih itu?"

Itu Jisung yang berucap dengan entengnya, dan langsung mendapatkan sentilan di kepalanya dari Jeno dan juga tatapan tajam dari Chenle.

"Yak! Kau tidak boleh berkata seperti itu! Kata-kata adalah doa, kau tau, Jisung pabo?" Ketus Chenle, dan kini dia memiting leher Jisung menggunakan lengannya.

but...I Love You(r) MOMMY//norenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang