29

1.6K 278 72
                                    


Enjoy the story!




Suasana kediaman keluarga Lee terlihat sepi, sampai si Tuan rumah pun merasa aneh dengan kesunyiannya. Ya lagipula, siapa yang akan membuat keributan di saat hampir jam 12 malam seperti ini. Mungkin semua orang sudah menjelajahi alam mimpi, kecuali dua orang yang sekarang sedang berjalan menuju dapur dengan langkah yang dibuat sangat pelan.

"Seharusnya dulu kita membuatkan adik untuk Jeno." Celetuk si kepala keluarga yang mendapat dengusan dari sang istri.

"Tiba-tiba?"

"Iya...sekarang aku memikirkannya sayang. Ternyata rumah terasa lebih dingin di saat-saat sepi seperti ini." Tuan Lee menuntun sang istri berjalan menuju dapur.

"Wajar saja, ini hampir tengah malam. Jadi memang biasanya sepi...besok juga ramai lagi saat Jeno sudah bangun." Wanita cantik itu mengeluarkan sebuah kotak berisi kue dari dalam kulkas, lalu ia menancapkan lilin berbentuk angka satu dan sembilan di atasnya.

"Sayang...kau lupa?"

Gerakannya yang hendak menyalakan lilin terhenti saat sang suami melontarkan pertanyaan itu. Bae Irene, atau yang sekarang sudah berganti marga menjadi Lee itu menatap suaminya dengan tatapan bingung.

"Besok, Jeno...."

"A-ah nee...aku lupa." Gumamnya lirih setelah mengerti maksud dari ucapan sang suami.
Wajahnya yang tadi terlihat sumringah karena hendak memberikan kejutan untuk sang anak, kini berubah murung.

Tuan Lee yang melihat perubahan raut wajah istrinya itu pun dengan perlahan mengambil alih pemantik api kemudian menyalakan lilin  tersebut.

Dengan lembut di elusnya bahu sang istri yang terlihat lesu, "ini demi masa depan Jeno sayang...sekarang lebih baik kita segera ke kamarnya, tiga lima menit lagi sudah jam dua belas." Ujarnya lalu membawa kue matcha itu dengan sebelah tangan, sedangkan yang sebelahnya lagi ia gunakan untuk merangkul sang istri.

Keduanya berjalan menuju pintu kamar sang anak dan membukanya.  untungnya tidak di kunci.

Jeno memang jarang mengunci pintu kamarnya, tidak ada alasan khusus, hanya sering lupa saja.

Tuan dan Nyonya Lee mendekat ke arah Jeno yang sedang tidur, perlahan tangan lembut wanita paruh baya itu bergerak mengusap rambut sang anak.

"Jeno-ya....ayo bangun sayang." Bisiknya, membuat Jeno yang memang tidak sulit dibangunkan, mulai membuka matanya perlahan.

"Eomma? Appa?" Matanya menyipit untuk memperjelas penglihatannya di tengah cahaya remang-remang dari lampu tidur dan juga lilin yang menyala.

"Saengil chukha hamnida~~saengil chukha hamnida~~saranghaneun Jeno-ya.....saengil chukha hamnida~~"

Jeno tersenyum penuh haru mendengar suara lembut sang Ibu mengalun beriringan dengan suara berat milik Ayahnya.

"Tiup lilinnya Jen.."

but...I Love You(r) MOMMY//norenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang