49

1.4K 194 48
                                    



Enjoy the story!





Setelah mengajak Renjun berkunjung ke rumah orang tuanya tiga hari yang lalu, Jeno merasa kalau ada yang aneh dengan kekasihnya itu.
Renjun jadi sering melamun, dan juga Jeno bisa merasakan kalau Renjun jadi lebih sungkan ketika di hadapannya.

Seperti saat ini, ketika Jeno ingin membukakan pintu mobil untuk Renjun yang memang hari ini sengaja ia jemput di tempatnya bekerja, malah ditolak dan dengan suara lirih mengatakan kalau dia bisa melakukannya sendiri. Aneh menurut Jeno, karena biasanya Renjun akan tersenyum sedikit malu ketika ia melakukan hal-hal kecil semacam itu.

"Noona baik-baik saja?" Jeno tidak langsung menjalankan mobilnya, ia menatap ke arah Renjun yang sedang menatap lurus ke depan.

"Aku baik-baik saja, Jeno-ya. Memangnya kenapa?"

Jeno tidak menjawab, dia tersenyum ketika Renjun balas tatapannya. Lalu sedetik kemudian, Jeno membawa tubuh Renjun ke dalam dekapan yang ia harap bisa menghilangkan apapun yang sedang menganggu kekasihnya.

"Noona terlihat lemas, apa hari ini banyak pekerjaan? Atau ada hal lain yang menganggu? Noona bisa cerita, aku akan mendengarkan." Jeno mengeratkan rengkuhannya ketika dia rasa Renjun akhirnya balas mendekapnya. Rambut Renjun dielus lembut saat si empu menenggelamkan wajah pada dada bidangnya.

"Terimakasih, Jeno-ya."

Jeno mengernyit bingung ketika mendengar suara lirih yang sedikit teredam itu, maksudnya bukan kalimat itu yang ia harapkan keluar dari bibir Renjun.

"Terimakasih untuk?"

Jeno ingin memundurkan wajahnya agar bisa melihat rupa Renjun, tapi kekasihnya itu seolah enggan melepas dekapannya.

"Untuk ini. Pelukan tanpa aku minta. Dan untuk hal-hal kecil lainnya, yang sering kau lakukan tanpa perlu aku minta juga. Terimakasih, Jeno-ya."

Dapat Jeno rasakan kecupan ringan pada dadanya yang masih terlapisi baju, sesaat setelah Renjun selesai dengan kalimatnya.
Tersenyum tipis, Jeno balas mengecup pelipis Renjun, "tidak usah berterimakasih, aku melakukannya juga karena keinginanku. Karena aku menyayangi Noona." Ujarnya dengan suara yang begitu lembut.

Beberapa menit mereka tetap pada posisi itu, sampai kalimat Renjun berikutnya membuat Jeno terpaksa melepas pelukan mereka hanya untuk mendapati tatapan Renjun yang sulit ia artikan.

"Aku harus berterimakasih, Jeno-ya. Untuk keberadaanmu di hidupku saja, aku rasanya ingin terus mengucapkan terimakasih. Aku tidak tau apakah ada orang yang akan menerima aku seperti yang kau lakukan atau tidak. Dan maaf, kalau aku mungkin belum bisa melakukan hal-hal yang membuatmu bahagia, seperti yang selalu kau lakukan untukku. Bahkan hal kecil saja tidak bisa aku lakukan, tapi aku akan lebih berusaha lagi mulai sekarang."

Jeno entah kenapa tidak suka mendengar rentetan kalimat itu keluar dari bilah bibir yang sangat ia sukai. Itu terdengar seperti Renjun tengah merendahkan dirinya sendiri(?) entah, tapi terdengar seperti itu di telinga Jeno.

"Maksud Noona apa? Kenapa bicara seperti itu?" Jeno menangkup pipi Renjun dengan kedua tangannya, netranya menatap dalam, berharap Renjun akan menjelaskan maksud dari ucapannya.

but...I Love You(r) MOMMY//norenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang