18

1.6K 169 6
                                    


Enjoy the story!



Pemandangan paginya kali ini, membuat Jeno tidak melunturkan senyumnya sejak dia membuka mata.

Renjun yang terlihat sudah segar, sedang menata makanan di meja makan, membuat pikiran Jeno melayang membayangkan hal yang mampu membuat senyumnya semakin melebar.

"Selamat pagi...kau sudah bangun? Cepat mandi, kau harus segera berangkat sekolah."

Juga, ucapan selamat pagi itu. Bisakah Jeno selalu mendapatkan ucapan yang sama, untuk pagi-pagi selanjutnya?

"Jeno! Kau kenapa senyum-senyum seperti idiot? Cepat bangun dan pergi mandi!"

Akhirnya Jeno terkekeh dan bangkit dari sofa tempatnya dan juga Renjun tidur sambil berpelukan tadi malam.

"Akh...punggungku seperti mati rasa." Ringis Jeno sambil memegang bagian punggungnya yang terasa seperti mati rasa.

Renjun yang melihat itu, lantas berjalan menghampiri Jeno dan dengan refleks tangannya memegang punggung pemuda itu lalu memberikan pijatan kecil di sana.

"Ini karena kau tidur satu arah dan punggungmu terhimpit sandaran sofa...apa sudah baikan?" Tanya Renjun menghentikan pijatannya pada punggung pemuda itu.

Jeno mengangguk, "masih sedikit pegal, tapi lebih baik dari yang tadi." Ujarnya sambil menatap Renjun yang juga tengah menatapnya.

"Bagaimana dengan Noona? Apa badan noona pegal-pegal juga?"

"Tidak...hanya tanganku saja yang sedikit pegal. Sudah sana pergi mandi. Kau akan terlambat ke sekolah kalau terus berdiri di sini." Ujar Renjun sambil mendorong pelan lengan Jeno, menyuruh agar pemuda itu segera masuk ke kamarnya.

Jeno mengangguk kecil. Tapi, sebelum dia masuk kamar. Jeno menyempatkan diri untuk mengusap lembut puncak kepala Renjun.

"Selamat pagi juga Noona...itu balasan untuk ucapan selamat pagi mu yang tadi."

Setelahnya, Jeno berjalan menuju kamarnya.
Tidak melihat bagaimana pipi Renjun menampakkan sedikit rona merah, juga sudut bibirnya yang berkedut menahan agar tidak tersenyum, namun gagal.

Renjun tidak tau kenapa bibirnya mengukir sebuah senyuman. Apakah karena perlakuan kecil namun manis yang baru saja ia dapatkan?
Atau hanya karena mood Renjun pagi ini sedang baik saja?
Iya, mungkin opsi ke-dua yang benar.

Renjun kembali menuju meja makan untuk menata potongan-potongan telur gulung yang sengaja ia buat sebagai menu sarapan mereka pagi ini.
Untung saja di dalam kulkas ada beberapa bahan yang bisa ia masak tadi.

Setelah semuanya siap, Renjun duduk di kursi meja makan. Dia mengeluarkan ponselnya untuk mengirim pesan pada Chenle, bertanya apakah anaknya itu sudah akan berangkat ke sekolah atau belum.

Uri Chenle🐬

                                                      Chenle-ya... Kau sudah berangkat ke| sekolah? |

  07:20  


|ini mau berangkat Ma
  07:20

Kalau begitu, hati-hati di jalan| sayang|

Maaf Mama tidak bisa membuatkan| sarapan|

07:21 

but...I Love You(r) MOMMY//norenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang