59

1.1K 151 33
                                    

Double up

Enjoy the story!




Tangan Jeno gemetar ketika membuka gagang pintu di depannya.
Bahunya yang biasa tegap, sekarang tampak lesu.
Langkahnya yang biasa lebar, sekarang begitu gontai ketika berjalan masuk ke dalam ruangan itu.

Di sana, dapat Jeno lihat sang Istri tengah berbaring membelakangi pintu.
Dada Jeno sesak, ketika melihat bahu itu bergetar. Istrinya tengah menangis.

Setiap langkah yang Jeno ambil untuk mendekat, diiringi oleh kalimat Jaemin yang tadi menyambutnya ketika ia baru tiba di tempat ini.

"Jeno-ya...Renjun mengalami keguguran."

Kalimat itu terus berputar memenuhi kepala Jeno, membuat dadanya semakin sesak, seperti ditimpa batu besar.

Ketika akhirnya Jeno sampai di hadapan Renjun, tangis yang tadinya tanpa suara itu seketika pecah.
Lantas, Jeno tarik tubuh lemah itu dengan begitu pelan, untuk kemudian di bawa ke dalam pelukannya.

"Je–Jeno....a–aku, aku tidak tau...Jeno-ya, aku...aku membuatnya pergi. Jeno...hiks Jeno."

Jeno semakin mengeratkan pelukannya.
Ikut menangis, walaupun tidak histeris seperti Renjun yang saat ini bahkan sudah meremas baju Jeno, mencoba mencari pelampiasan.

"A-aku bahkan tidak tau dia...aku tidak tau dia ada di perutku, aku Ibu yang buruk...mungkin itu alasan dia memilih pergi. Jeno, aku Ibu yang buruk. Maafkan aku, Jeno-ya." Renjun terus meracau, tangisnya makin kencang. Beruntung Jaemin memesankan ruangan VIP sehabis dari ruang operasi untuk melakukan kuret, sehingga di ruangan itu tidak ada pasien lain.

"Aku bodoh, Jeno. Aku bodoh sekali, anakku saja aku tidak tau kalau dia ada. Jeno, aku bodoh. Anakku, Jeno anak kita."

Jeno menggeleng, sebenarnya ia sendiri bingung dengan situasi saat ini.
Jeno masih berusaha mencerna, karena semua informasi yang ia dapatkan ini begitu tiba-tiba.
Tadi, sebelum memutuskan untuk masuk ke dalam ruangan ini, Jeno sempat menemui dokter dengan ditemani oleh Jaemin.

Dokter itu menjelaskan semuanya. Tentang Renjun yang ternyata tengah mengandung sudah sekitar 5 minggu, tentang kandungannya yang lemah karena mungkin terlalu stress dan banyak melakukan aktivitas yang melelahkan, sehingga membuat janinnya yang masih begitu rentan, berakhir gugur.

Semua informasi itu, masih berusaha Jeno cerna hingga saat ini.

"Jeno, bagaimana kalau ini kesempatan pertama dan terkahir? Bagaimana kalau aku tidak akan bisa hamil lagi? Aku hanya akan membuatmu rugi, aku tidak akan bisa memberikanmu anak. Jeno, kau masih muda, kau bisa menemukan wanita lain—"

Jeno dengan cepat menangkup wajah pucat itu, menatapnya tajam, pertanda kalau Jeno mulai tidak suka dengan apa yang Renjun ucapkan.

Jeno mengerti kalau Renjun sedang kalut, tapi ia tetap tidak suka dengan apa yang Istrinya itu katakan.

"Apa yang kau katakan?" Jeno marah, terdengar dari cara ia berbicara.
Mungkin karena pikirannya juga yang masih kacau, jadi Jeno tidak bisa menahan nada suaranya.

"Kau ingin menyuruhku mencari wanita lain lagi? Kenapa? Karena kau merasa tidak pantas untukku? Kau mau aku pergi lagi, dan membuat kita sama-sama terluka seperti dulu?"

but...I Love You(r) MOMMY//norenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang