23

2.1K 255 92
                                    


2216k kata. Awas bosan dan mual

Okay enjoy the story!



Wanita manis berkulit tan itu, terlihat begitu gelisah memandangi punggung lelaki yang sejak tadi membelakanginya.
Dia menggigit bibir bawahnya, berusaha untuk tidak menyuarakan keinginannya.

Biasanya jika yang dia inginkan itu hanya sebuah makanan, maka dia akan membelinya sendiri.
Atau walaupun dia ingin lelaki itu melakukan sesuatu untuknya, ia selalu bisa menahan keinginan itu karena terlalu malu untuk meminta.
Contohnya, saat dirinya menginginkan sebuah pelukan. Haechan, wanita itu merasa tidak pantas memintanya pada Mark, dan berakhir dengan ia memeluk tubuhnya sendiri.

Tapi kali ini, Haechan seolah sulit menahan keinginannya.
Tangannya perlahan bergerak mengelus perutnya yang mulai membuncit.
Dalam hati, dia bergumam agar malaikatnya di dalam sana bisa bersabar.
'Aegi...Appa sedang istirahat, kapan-kapan saja kita perginya ya? Berdua.' ujarnya dalam hati.

"Jangan terus bergerak, aku ingin tidur."

Haechan sedikit tersentak, ia kira Mark sedang tidur. Atau mungkin memang iya, tapi pergerakan kecilnya mengganggu lelaki itu, dan membuatnya terbangun.

"Maaf Tuan...kalau begitu, aku akan kembali ke kamarku." Ujarnya lirih.

Haechan memang tinggal di rumah lelaki yang berstatus sebagai calon suaminya itu. Sejak ia dinyatakan hamil, Mark memintanya untuk tinggal bersama.

Mereka tidur terpisah.
Namun sore ini, entah kenapa Mark terlihat lemas dan meminta untuk di temani tidur.
Dan Haechan punya kuasa apa untuk menolak? Jadilah ia tidur di samping Mark yang memunggunginya.

"Haechan..."

Langkah Haechan yang sudah sampai di depan pintu, terhenti ketika namanya dipanggil. Ia menoleh dan mendapati Mark yang sudah duduk di atas tempat tidur sambil menatapnya dalam.

"Kapan kau akan berhenti memanggilku dengan embel-embel Tuan?"

"A-ah...maaf—"

"Dan kapan kau akan berhenti meminta maaf untuk hal yang bahkan  bukan sebuah kesalahan?"

Haechan menunduk, ia tidak tau harus menjawab apa. Dia juga takut menatap mata Mark.

"Kau calon istriku, Lee Haechan. Berhenti memanggilku dengan sebutan itu. Berhenti membuatku terus terlihat jahat." Ujar Mark dengan nada frustasi.

Sebenarnya, Haechan juga ingin memanggil Mark hanya dengan namanya saja. Atau dengan sebuah panggilan manis seperti 'Oppa?' atau sayang, selayaknya pasangan yang akan menikah pada umumnya.
Akan tetapi, Haechan merasa tidak pantas. Walaupun dia akan menikah dengan lelaki itu, tetap saja ia merasa posisinya masih sama. Hanya seseorang yang bekerja di tempat milik Mark.

Menghela napasnya pelan, Haechan memberanikan diri menatap netra yang juga masih menatapnya itu.
Ia mengangguk dan tersenyum tipis, "baiklah...Mark? Bolehlah aku memanggilmu seperti itu?" Tanyanya pelan.

"Setidaknya itu lebih baik, kau tidak terdengar seperti pelayan ku." Ujar pria beralis camar itu.

Haechan masih mempertahankan senyumannya, "kalau begitu aku akan kembali ke kamarku. Kau istirahatlah Mark." Ujarnya dan hendak membuka pintu di depannya. Tapi, suara Mark lagi-lagi menghentikannya.

"Kau ingin apa?"

"Huh?" Haechan berseru bingung dengan pertanyaan Mark, ia sepenuhnya berbalik dan mata mereka kembali bertemu.

but...I Love You(r) MOMMY//norenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang