9

1.6K 175 8
                                    


Enjoy the story!




Renjun terbangun karena suara pintu yang dibuka tutup beberapa kali.
Matanya mengerjap untuk menyesuaikan cahaya yang masuk.
Tunggu! Ini seperti bukan kamarnya?

"Noona sudah bangun?"

Renjun menoleh, ah benar. Dia menginap di apartemen teman anaknya itu.

"Kau akan berangkat sekolah?" Tanya Renjun ketika menatap Jeno yang sedang berkaca memasang dasinya.

"Nee, aku harus rajin sekolah karena bulan depan sudah akan lulus."

Benar, itu berarti Chenle juga akan masuk Universitas.

"Jeno..."

"Hm?"

"Bisakah kau menjaga Chenle di sekolah? Atau nanti kalau kalian satu Universitas, bisakah kau tetap menjaganya?" Pinta Renjun, membuat Jeno berbalik menatapnya yang masih duduk di atas tempat tidur.

"Aku akan menjaganya karena Chenle sahabatku...tapi untuk setelah lulus nanti, aku tidak begitu yakin. Karena aku belum menentukan akan masuk ke Universitas mana."

Renjun mengangguk mengerti, "tidak apa-apa...setidaknya kau menjaganya saat di sekolah."

"Noona tidak perlu khawatir soal Chenle, lagipula dia memiliki banyak teman, tidak ada yang mengganggunya."

"Eum..Jeno...."

"Nde?"

"Tidak bisakah kau memanggilku Ahjumma seperti sebelumnya? Kau tau, aku adalah Ibu dari Chenle, temanmu."

Jeno terkekeh, membuat Renjun mengernyit kemudian mendengus setelah mendengar balasan Jeno.

"Tidak bisa. Kau masih terlalu muda untuk dipanggil seperti itu."

'Sialan' ah astaga Renjun mengumpat, bisa-bisanya bocah ini menyindirnya.
Lihat saja, dia belum tau kalau jiwa Ibu-Ibu Renjun sudah keluar akan seperti apa.

"Terserah kau saja! Sana pergi!" Usir Renjun, lupa kalau yang diusir adalah si pemilik tempat ia menumpang sekarang.

"Aku akan berangkat sekarang...sebelum pulang, makanlah dulu. Aku sudah menyiapkannya di meja makan...atau kalau Noona ingin tetap di sini dulu, akan lebih baik. Dahh aku berangkat..."

Renjun hanya bisa cengo, dia seperti tidak diberikan kesempatan berbicara oleh Jeno. Pemuda itu sudah keluar kamar, setelah tadi sempat mengusak rambut Renjun dengan begitu lembut.

"Lihatlah anak itu, dia benar-benar bertekad untuk menjadi selayaknya pria dewasa..." Renjun mendengus, tangannya naik untuk memegang puncak kepalanya yang baru saja di sentuh oleh Jeno.

Renjun merenung, mengingat apa yang hampir mereka lakukan. Tentu saja tadi malam Renjun sadar. Dia sama sekali tidak mabuk.
Kalimat-kalimat yang dia katakan semalam, itu bukan untuk memancing Jeno. Tidak sama sekali, Renjun hanya berniat agar Jeno menyadari posisinya sebagai anak yang usianya jauh lebih muda darinya.
Dan tentang ciuman itu, Renjun membalas ciuman Jeno bahkan menyuruh Jeno melakukan lebih, itu agar Jeno setelahnya berhenti. Renjun hanya menunjukkan, kalau itu hal biasa yang dilakukan oleh beberapa orang dewasa.
Tapi siapa sangka? Anak itu tidak mau, karena Jeno merasa kalau perasaannya tulus, bukan karena nafsu dan rasa penasaran saja.

Bahkan masih segar di ingatan Renjun, setelah ciuman mereka tadi malam. Bagaimana Jeno dengan hangat mendekap tubuhnya. Seolah-olah memberikan perlindungan seperti seorang pria dewasa.
Tapi tetap saja, Jeno masihlah seorang  remaja yang sedang mencari jati dirinya. Pemuda tampan itu masih akan bertemu dengan banyak gadis cantik di luaran sana. Tidak menutup kemungkinan, kalau secepatnya perasaan sukanya juga akan beralih.
Pria dewasa yang sudah menikah saja, bisa tergiur dengan perempuan yang lebih muda dan lebih terlihat segar dari istrinya.
Apalagi seorang pemuda seperti Jeno.
Renjun akan bersaing dengan gadis belia yang jelas masih terlihat begitu baru dan masih segar dipandang? Begitu?
Jelas Renjun akan kalah telak.

but...I Love You(r) MOMMY//norenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang