Bab 19

1.9K 67 0
                                    

"Hanya bisa mengagumimu untuk bisa memiliki tidak semudah itu."

-Ayra Najmusabbah-


Happy reading

Hari ini bunda Ayra membuka klinik baru nya. Banyak orang yang menghadiri pembukaan klinik selain dokter anak, bunda nya yang merambah ke klinik kecantikan.

Ayra juga di sana sembari menyaksikan Ayah dan bunda nya memotong pita.

"Satu.. Dua.. Tiga.. "

"Bismillahirrahmanirrahim,"

"Klinik bunda resmi dibuka,"

Semua orang bertepuk tangan dan pita itu terputus setelah digunting oleh ayah dan bunda Ayra.

Ayra masuk ke dalam klinik milik bunda nya.

"Bunda hebat bisa mendirikan klinik ini," ucap Ayra.

"Itu semua atas dukungan ayah mu juga," ucap bunda.

Selepas dzuhur, Ayra dan keluarga nya kembali ke rumah karena akan mengadakan sholawat bersama sekaligus mendoakan kake nenek Ayra yang sudah tiada.

Ayra bersiap, ia memakai abaya warna hitam juga pashmina hitam. Baju Ayra dan bunda nya sama.

Ruang tamunya sudah dialasi karpet

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Ruang tamunya sudah dialasi karpet. Sofa-sofa nya sementara di singkirkan. Halaman rumah Ara juga sudah dipasang tenda seperti hajatan. Bahkan sudah ada panggung yang tidak terlalu besar hanya untuk habib Zaidan dan sekar langit.

Ayra jadi semakin degdegan tidak karuan. Ia tidak sabar untuk melihat habib Zaidan.

Orang-orang sudah memenuhi halaman rumah Ayra yang cukup luas itu bahkan sampai ke jalan komplek. Tak menyangka habib Zaidan sholawat an di rumah nya.

Habib Zaidan dan rombongan tiba di kediaman Ayra, mereka langsung masuk ke rumah Ayra lewat jalan belakang karena jalan depan sudah ramai oleh para jamaah.

Ayra sedang di kamar membenarkan pashmina nya.

Azizah juga Kayla ada di rumah Ayra.

"Ayo bib Zaidan datang," ucap Azizah.

"Duh ko gue degdegan," ucap Ayra sudah seperti akan lamaran saja.

Ayra keluar dan mendapati Aisyah yang juga ikut.

"Ayra,"

"Aisyah," Mereka saling berpelukan.

Terlihat habib Zaidan duduk lesehan di ruang tamu Ayra sambil mengobrol dengan ayahnya juga abi. Ayra melengkung kan bibirnya, ia tersenyum.

"Assalamu'alaikum umi," ucap Ayra lalu menyalami tangan umi.

"Waalaikumsalam, duh ayu sekali," puji umi.

Umi dan bunda nya juga tengah mengobrol padahal mereka baru bertemu sudah seperti sangat akrab sekali. Eh bukan baru ketemu tapi pernah sekali saat pertemuan orang tua di pesantren al hikmah itupun dulu.

Zaidan dengan kemeja andalannya yaitu putih juga peci hitamnya terlihat sangat tampan.

Zaidan melirik sebentar ke arah Aisyah yang sedang mengobrol bersama Ayra.

"Masyallah," batin Zaidan kala melihat Ayra sambil tersenyum entah mereka sedang membicarakan apa.

Zaidan menaiki panggung dan menyapa para jamaah.

Ayra dan teman-temannya segera merapat ke barisan paling depan.

"Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh," ucap Zaidan.

"Waalaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh," jawab para jamaah dengan semangat dan kompak.

"Masyallah, semangat sekali walaupun di siang hari ini yang panas," ucap Zaidan.

"Semoga yang datang ke majelisan siang ini, langkah nya Allah ridhoi, dibukakan pintu rezekinya dan yang kepanasan semoga hatinya adem dan dibukakan pintu surga, Allah tutup pintu neraka baginya, Aamiin," ucap Zaidan.

"Aamiin.. " sahut para jamaah.

Habib Zaidan memulai dengan membacakan doa untuk para leluhur keluarga Ayra. Juga mendoakan kakek nya Ayra bertepatan dengan hari wafatnya beliau. Setelah itu habib Zaidan mulai melantunkan sholawat.

Ayra sangat bersemangat mengikuti sholawat yang dilantunkan. Tangan Ayra dan teman-temannya mengikuti gaya sekar langit.

Pertengahan acara, bunda Ayra meminta agar habib Zaidan potong tumpeng sebagai rasa syukur karena salah satu impian nya terwujud untuk membuka klinik.

Diatas panggung sudah ada bunda, ayah dan juga habib Zaidan.

"Bismillahirrahmanirrahim," ucap habib Zaidan.

Habib Zaidan menyuapi ayah dan bunda nya Ayra, begitu juga Ayra yang ikut berdiri tapi dibawah panggung, habib Zaidan juga menyuapi Ayra. Orang-orang langsung bersorak-sorai, Ayra malu tapi nagih.

Habib Zaidan juga melambaikan tangan pada Aisyah untuk maju ke depan panggung. Habib Zaidan juga menyuapi adiknya itu. Tak lupa Azizah mengabadikan momen itu, nanti Ayra minta untuk dikirim ke abangnya.

"Semoga dengan di bukanya klinik bisa membawa keberkahan untuk semua orang," ucap Zaidan.

"Aamiin.. "

Acara sholawat kemudia dilanjutkan hingga pukul 3 sore karena tadi acara dimulai pada pukul 1 siang.

Sebelum pulang habib Zaidan mengobrol di ruang tamu Ayra. Semuanya berkumpul di ruang tamu Ayra.

Diam-diam Ayra mengambil foto, dari ponselnya, habib Zaidan sedang minum aqua.

"Hanya bisa mengagumimu untuk bisa  memiliki tidak semudah itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Hanya bisa mengagumimu untuk bisa  memiliki tidak semudah itu." ucap Ayra sambil memandang foto Zaidan yang ia ambil tadi.

"Terimakasih ya, sudah datang memenuhi undangan kami," ucap ayah.

"Terimakasih juga sudah dijamu segini banyaknya," ucap abi.

"Habib jangan kapok-kapok nanti kalo saya undang lagi," ucap ayah.

"Insyallah, ndak kapok malah seneng iki apalagi tim tuh lihat bawa besek banyak," ucap Zaidan dengan candaan.

Memang jamuan dari bunda Ayra sangat banyak. Ayra juga tidak tahu bunda nya menyiapkan itu kapan.

Zaidan daritadi tak sengaja melirik-lirik kepada Ayra.

"Astaghfirullah, Zaidan ga boleh mandang lawan jenis seperti itu," batin Zaidan.

Tapi dalam hati kecilnya Zaidan ingin terus berlama-lama menatap Ayra. Kadang hati dan pikiran tidak sinkron.

Jangan lupa vote dan komen

Assalamu'alaikum calon suami (End) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang