Bab 6

2.3K 80 1
                                    

Jangan jadikan saya panutan karena saya masih belum pantas, saya masih terlalu muda, masih ada sifat anak muda nya, belum jadi orang yang betul-betul alim. Jadi kalo mau cari panutan kiyai-kiyai yang alim, habaib-habaib yang alim, saya masih terbawa karakter anak muda nya.  Saya cuma bisa menggiring anak muda untuk mendekat kan pada panutan yang betul.

-Zaidan Yahya-




Ayra sangat malu karena ia ternyata salah ruangan.

"Habib Zaidan?"

"Mbak panitia?" tanya Zaidan kepada Ayra.

Ayra hanya bisa diam mematung sambil menatap lurus ke arah habib Zaidan.

"Maaf, saya salah masuk ruangan," ucap Ayra buru-buru keluar.

Zaidan yang melihat perempuan tadi merasa heran.

Ayra akhirnya bertemu dengan Azizah di lorong kampus.

"Zah, aku tadi ketemu bib Zaidan," ucap Ayra dengan hebohnya.

"Hah? Kamu udah ketemu habib?" tanya Azizah.

Pasalnya tadi yang diizinkan hanya panitia inti saja, juga saat habib datang tidak banyak mahasiswa yang tau.

"Tadi aku salah masuk ruang an, eh di situ ada habib Zaidan,"

"Terus? Kamu minta foto?" tanya Azizah.

Ayra menggeleng.

"Aku malu Zah, langsung buru-buru keluar,"

"Whahaha.. " tawa Azizah.

"Loh kenapa malah ketawa?" tanya Azizah.

"Sejak kapan seorang Ayra jadi pemalu haha," ledek Azizah.

Pasalnya Ayra biasanya tidak tau malu, bahkan kepada dosen nya saja Ayra tidak malu. Pernah Ayra telat mengumpulkan tugas tapi dengan tidak tau malu nya Ayra ikut masuk ke dalam mobil saat dosen itu akan pulang. Daripada ketauan istri dan menuduh yang ngga-ngga akhirnya dosen itu pun mau memberikan nilai untuk tugas Ayra.

"Ih Zizah," kesal Ayra seperti anak kecil.

"Yaudah ayo aku anter sampai tempat duduk kamu,"

Azizah mengantarkan Ayra ke ruangan auditorium yang dipakai untuk acara hari ini.

"Gue tinggal ya," ucap Azizah.

"Oke thanks Zah,"

Acara demi acara dimulai selanjutnya acara puncak sholawatan bersama habib Zaidan bin Yahya.

Semua mata tertuju pada pintu masuk, mereka melihat habib Zaidan masuk ruangan dengan penjagaan dari banser. Para wanita berteriak histeris sambil mem videokan habib Zaidan.

Habib Zaidan sudah menaiki panggung. Sebelum sholawatan dimulai habib Zaidan membukanya terlebih dahulu.

"Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh,"

"Waalaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh,"

"Saya mengucapkan happy milad untuk HMI yang ke satu dekade, semoga tetap berjaya, mengedepankan nilai-nilai islam juga tetap kompak, sukses terus HMI paku alam,"

"Huh.. " Semua orang bertepuk tangan meriah.

Zaidan dan grup hadroh nya mulai melantunkan sholawat.

Semua mahasiswa yang hadir juga ikut bersholawat. Ayra menyalakan kameranya sambil mengambil video sambil ikut melantunkan sholawat.

"Mabruk alfa mabruk alaikal mabruk, selamat hari milad.. " Grup sekar langit melantunkan untuk ulang tahun HMI.

Ketua HMI membawa tumpeng dan yang memotong nya Pak dekan. Habib Zaidan juga diminta untuk memotong nasi tumpeng nya. Lalu habib Zaidan menyuapi Ketua HMI. Suasana semakin riuh dan meriah.

Sekitar pukul 12 siang acara selesai. Banyak mahasiswa yang meminta foto dengan habib Zaidan.

Ayra hanya bisa melihat habib Zaidan dikerumuni para mahasiswa.

"Kamu sih bukannya tadi minta foto," ucap Azizah.

"Gpp deh zah, lihat dari jauh aja sudah sesenang itu," ucap Ayra.

"Nanti panitia juga mau foto kamu mau ikut juga ndak?"

"Emang boleh zah?"

"Boleh lah,"

"Tapi nanti setelah dzuhur, habib Zaidan sepertinya akan sholat dzuhur di masjid kampus," kata Azizah.

Azizah meninggalkan Ayra sendiri karena harus beres-beres. Ayra duduk di kursi kayu panjang di depan ruangan panitia HMI.

Ayra menunduk sambil memainkan kakinya seperti anak kecil.

"Ekhem.. " Dehem seseorang.

"Mbak ngantri foto juga?" tanya Zaidan yang tiba-tiba ada di hadapan Ayra.

"Hah?" Ayra langsung menoleh ke sumber suara.

"Suf, tolong fotoin sama mbak nya,"

Ayra langsung memberikan ponselnya kepada Yusuf untuk Memotret nya dengan habib Zaidan.

Jarak mereka tidak terlalu dekat, tapi mampu membuat Ayra dagdigdug ser.

"Udah Suf?" tanya Zaidan.

"Nggeh,"

"Mbok ya bilang 1 2 3 cekrek gitu," kata Zaidan.

"Bib boleh satu lagi gaya kata mamah loss," pinta Ayra.

"Oh boleh,"

Mereka pun gaya tangannya kata mamah loss.

"Terimakasih habib Zaidan," ucap Ayra dalam hatinya sudah meletup-letup.

"Nggeh, sama-sama," ucap Zaidan.

"Eh mbak yang tadi ya?" habib Zaidan rupanya masih ingat dengan Ayra yang salah masuk ruangan.

"Hehe.. "

"Habib, aku nge fans loh sama sampean, tiap malam ikut majelisan sekar langit," ucap Ayra sekarang sudah tidak malu.

"Masyallah terimakasih mbak,"

"Boleh nge fans sama saya tapi jangan jadikan saya panutan karena saya masih belum pantas, saya masih terlalu muda, masih ada sifat anak muda nya, belum jadi orang yang betul-betul alim. Jadi kalo mau cari panutan kiyai-kiyai yang alim, habaib-habaib yang alim, saya masih terbawa karakter anak muda nya.  Saya cuma bisa menggiring anak muda untuk mendekat kan pada panutan yang betul,"

"Nggeh habib, terimakasih,"

Ayra berjingkrak kegirangan, akhirnya dia bisa berfoto dengan habib Zaidan. Selama ikut majelisan Ayra hanya bisa melihat nya dari jauh tapi sekarang Ayra sedekat ini. Berasa mimpi bisa ketemu idola.

Jangan iri sama Ayra ya😁
Karena Ayra cuma tokoh fiksi😆


















Vote dan komen nya😇
Boleh ya mau rekomendasi gimana-gimana.

Assalamu'alaikum calon suami (End) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang