Prolog

182 18 10
                                    

Setiap insan di Aula Kehidupan menahan napas tatkala para naga datang.

Mereka adalah makhluk-makhluk angkuh, berbeda dari naga di Ellesvore yang sudah termakan ketakutan akibat pembantaian yang pernah dialami kaum mereka. Naga-naga di Ramala Veliqar sadar bahwa mereka dihormati. Oleh karena itu mereka tidak peduli walau datang tanpa diundang dalam upacara pernikahan yang sedang berlangsung.

Freya menaikkan pandangan, mengamati dari balik tudung hijau yang dia kenakan. Dia tahu para naga tidak datang untuk menyaksikan upacara pernikahannya, akan tetapi Freya menyayangkan kedatangan mereka yang terlalu lambat. Andaikan para naga tiba lebih awal, bisa saja pernikahannya dibatalkan.

Eleonora bangkit dari tempatnya duduk dan berjalan menuruni tangga jalinan akar yang terhubung dengan pelataran singgasana. Tatapan sang ratu terus tertuju pada tamu-tamu yang kehadirannya tidak disangka itu. "Apa yang telah kami lakukan untuk menerima kehormatan ini?" tanya sang ratu peri. Dia mendekati salah satu naga dan membungkukkan badan. "Alder."

Sang naga pohon, Alder, tidak memberi gestur serupa. Sebagai perwakilan dari naga lainnya, dia bicara langsung ke inti. "Sudah lebih dari satu putaran musim, Eleonora. Tak lama lagi dua musim semi akan terlewati dan belum sekalipun kau melakukan sesuatu untuk melanjutkan misi perdamaian itu."

Tentunya Eleonora tidak menyiapkan diri untuk menerima ucapan semacam itu, tanpa basa-basi pula. Sejenak Freya melihatnya tertegun, tetapi dengan cepat pula sang ratu mengulas senyum. "Aku yakin Marcus Wickham sedang melakukan sesuatu —"

"Marcus Wickham tidaklah cukup," sela Alder. "Seharusnya kaummu melakukan sesuatu untuk membantu saudara-saudari kami di sana. Biar bagaimanapun, kalian punya kemampuan untuk membantu penyebaran dragenologi."

"Apa yang bisa kami lakukan?" tanya Eleonora, kentara sekali berpura-pura tidak paham. "Biarkan Wickham membayar kesalahannya. Itu sudah cukup. Biar bagaimanapun dia yang memulai semua ini."

"Saya setuju dengan para naga, Vel Grena," Freya mendapatkan kekuatan untuk bersuara, tak peduli meski Shadrick, suaminya sekaligus putra sang ratu, langsung mendelik ke arahnya. "Para peri bisa menyumbang bantuan yang lebih besar."

Freya harus menahan senyum tatkala melihat rahang Eleonora bertambah tegang. Belum sempat wanita itu mengatakan apa pun, Alder melanjutkan, "Kami telah mendengar soal keterlibatan Putri Naterliva dalam hal ini. Kami juga ingin dia diundang kemari supaya kami bisa memberinya ucapan terima kasih yang layak."

"Kalian bisa berterima kasih pada Freya," Eleonora berdalih, meski agak enggan saat menyebutkan keterlibatan menantunya.

Alder menggeram rendah. Semua peri pun tahu kalau mengharapkan terima kasih dari para naga adalah hal yang sia-sia.

"Saya bisa meyakinkan bahwa Cecilia Lockwood berjasa lebih besar, Vel Grena," ralat Freya. "Kalau bukan karena dirinya, misi ini akan menjadi mustahil selamanya. Selain itu, dia jugalah yang menyelamatkan saya di saat-saat kritis."

"Berhenti bicara, Freya," desis Shadrick.

Tak sekalipun Freya mempedulikan teguran tajam itu. "Bila Reyla Eleonora mengizinkan, saya bisa membawa Cecilia Lockwood kemari sekaligus memeriksa keadaan terkini di Ellesvore."

Para naga menoleh ke arah Eleonora, menantikan persetujuan. Penolakan darinya hanya akan memperburuk keadaan dan menunjukkan bahwa peri tidak sungguh-sungguh mempedulikan para naga. Belum lagi, Freya sudah menawarkan solusi dengan gencar, sehingga akan aneh bila Eleonora menolak semua itu. Para naga tidak akan melepasnya dengan mudah sampai mereka mendengar jawaban yang memuaskan.

Eleonora menegakkan punggung. "Baiklah," sang ratu menyetujui. "Kalau memang itu yang Anda sekalian inginkan, maka kami akan mengirim utusan untuk menjemput Cecilia Lockwood sekaligus memeriksa kondisi Ellesvore supaya rencana lebih lanjut bisa dibuat."

Jawaban itu agak tidak terduga, tapi masa bodoh. Freya sudah tidak sabar ingin melepaskan diri dari gaun pengantinnya dan pergi ke Ellesvore.

"Putraku, Shadrick, akan pergi ke sana."

Kebahagiaan Freya lenyap seketika.

"Apa?" Freya tidak bisa menahan mulutnya.

"Shadrick akan memimpin pasukan ke Ellesvore dan mereka akan berangkat besok," Eleonora memberi perintah. "Kuharap itu tidak memberatkanmu, Putraku."

"Sama sekali tidak, Vel Grena," Shadrick membalas patuh. Freya tidak bisa menebak apakah pria itu benar-benar ingin melakukannya atau hanya bersandiwara. Yang jelas, terdapat sorot kemenangan ketika dia melirik ke arah Freya. Pemuda itu beruntung Freya tidak langsung menusuk kedua matanya.

"Kalau begitu segala sesuatu telah diputuskan." Eleonora kembali menghadap para naga. "Kuharap ini sesuai dengan apa yang kalian inginkan."

Para naga bertukar pandang, tidak menunjukkan ekspresi tertentu. Tetapi setelahnya mereka terbang pergi, pertanda apa yang telah diputuskan memang memenuhi tujuan mereka datang kemari.

Tidak, Freya merintih dalam hatinya. Tidak, tidak, tidak!

Dia terkesiap tatkala sesuatu menyentuh wajahnya dari samping. Tangan Shadrick meraih untaian rambutnya dan menyelipkannya ke balik telinga. "Tidak perlu terlalu kesal, mir gena," hiburnya. Suara pelan itu menusuk Freya hingga ke tulang, membuat bulu kuduk di sekujur tubuhnya meremang. "Akan kulanjutkan tugasmu, sementara kau lakukan peranmu di sini sebagai seorang istri."

Seorang istri. Bukan itu yang Shadrick inginkan dari Freya. Dia ingin menginjak putri keluarga Elosvari, menekannya hingga nama keluarganya ikut meredup, seolah semua pengaruh yang mereka miliki tak pernah ada. Seolah semua pertarungan yang dimenangkan di bawah pimpinan keluarga Elosvari tidak pernah berarti.

Seolah kerja keras Freya di Ellesvore tidak ada nilainya.

Buket bunga di tangan Freya niscaya akan putus bila dia meremas lebih kuat. Tetapi dia menahan diri. Amarah tidak boleh terbesit di wajahnya secara terang-terangan. Nasib keluarganya sudah di ujung tanduk. Semua gara-gara pria yang dia nikahi ini.

Ketika kau menyerah, saat itulah nama keluarga kita hancur, suara Inati terngiang dalam benak Freya. Dia mengarahkan pandangan ke tempat keluarganya berdiri dan langsung bertemu pandangan dengan sang ibu. Inati-nya. Wanita itu masih memasang wajah teguh yang tak tergoyahkan, seakan dia baru saja melepas Freya ke dalam peperangan.

Itu tidaklah salah. Freya memang masuk ke dalam sebuah perang antara dirinya dan rezim Eleonora yang telah lama berdiri. Cepat atau lambat, dirinya berjanji akan mengakhiri semua itu. Akan dia wujudkan ketakutan terbesar Eleonora.

Namun untuk itu, Freya butuh simpati para naga. Mereka memang selalu netral, tetapi bila Freya bisa menunjukkan diri sebagai sosok yang peduli terhadap kaum naga, keadaan bisa saja berubah. Bila para naga sudah mulai peduli padanya, tidak akan sulit mendulang dukungan rakyat Ramala Veliqar. Dan sejauh yang Freya ketahui, terdapat satu orang yang bisa membantunya dalam hal tersebut. Seseorang yang polos, keibuan, begitu mudah diarahkan sehingga Freya yakin orang itu tidak akan sadar bahwa dirinya hanyalah pion dalam permainan merebutkan tahkta peri.

· · ─────── ·𖥸· ─────── · ·

TERJEMAHAN

Reyla (bhs. Ravel): Ratu

Vel grena (bhs. Ravel) : Yang Mulia

Mir gena (bhs. Ravel) : Cintaku

The Cursed Blessing [#2]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang