Kurang dari dua tahun saja, segala sesuatu telah berubah.
Biasanya Aeryn selalu bisa diandalkan untuk memecahkan suasana tegang. Belum lagi, Robert pasti akan mengatakan sesuatu yang membuat dirinya menjadi bahan tertawaan. Edwin dan Bastian selalu menjadi pihak yang diam, walau Edwin nantinya akan ikut menyeletuki tingkah Robert.
Tetapi hari ini berbeda. Tidak ada lagi aksi konyol yang bisa ditertawakan. Tidak ada perdebatan remeh yang memeriahkan suasana. Selain bunyi aduan peralatan makan ke piring dan suara-suara percakapan dari pengunjung kedai lain, kesunyian merajai meja yang diduduki Bastian beserta teman-temannya.
Tentunya mereka sempat bertukar kabar. Edwin dan Robert mengisahkan sekilas pekerjaan mereka di Komite Penyihir, yang di saat-saat seperti sekarang tidaklah terlalu sibuk, disertai beberapa kunjungan ke Akademi Sihir untuk membantu memberikan seminar kepada para murid. Sementara Bastian dan Aeryn membagikan cerita yang tidak jauh berbeda.
Seharusnya reuni bisa memercik cerita-cerita yang lebih menyenangkan, ataupun nostalgia mengenai masa lalu. Entah kenapa semua cerita tersebut malah memberikan kesan monoton; seolah disampaikan untuk formalitas semata.
Akhirnya, setelah berhasil menahan lidahnya selama kurang lebih setengah jam, Robert kembali ke kebiasaan lamanya yang suka berceloteh itu. "Jadi, apakah kalian merasa aneh menikahi satu sama lain?"
Semua orang berhenti makan. Ketegangan yang sempat terasa kini sedikit surut. Belum lagi, Robert sudah memasang ekspresi isengnya, dengan salah satu alis terangkat sementara bibirnya membentuk senyum mengejek.
"Sebenarnya tidak terlalu," ujar Aeryn. "Memang kenapa harus aneh?"
"Yah, maksudku, selama bertahun-tahun kita berempat telah bersahabat dan tahu-tahu saja kalian berdua menikah. Padahal aku sudah membayangkan Bastian dan Miss Lockwood, dengan anak-anak mereka yang berambut merah."
Robert terkekeh sambil menyikut Edwin, yang kini memasang tampang masa bodoh karena tidak ingin diamuk Aeryn.
"Kuharap kau tidak keberatan melihat anak-anak berambut cokelat," Aeryn membalas santai, tidak ambil pusing dengan candaan bodoh tadi.
"Lalu di mana mereka?" tanya Robert. "Tidakkah seharusnya kalian sudah punya paling tidak satu?"
Pertanyaan itu menghentikan percakapan sejenak. Mendadak Aeryn tidak lagi bersuara. Salah satu tangannya sibuk mengaduk-aduk makanan di atas piring, sementara tangan lainnya berada di atas paha. Bibirnya dikulum kuat-kuat walau hanya sebentar. "Kurasa kami belum—"
"Kami sedang menikmati pernikahan kami, Rob," Bastian membalas. Diam-diam dia meraih tangan Aeryn di bawah meja dan meremasnya dengan lembut. "Bahkan dewa-dewi tahu kami butuh banyak waktu untuk bersama. Aeryn dan aku sama-sama sibuk. Apa jadinya bila kami punya anak di saat-saat seperti ini?"
Aeryn balas meremas tangan Bastian. Ketegangannya sedikit meluruh, tetapi kebungkamannya berlanjut.
"Ah, ya, gara-gara Robert menyinggung soal Miss Lockwood, aku jadi bertanya-tanya bagaimana hubungan kalian dengannya selama setahun belakangan ini," celetuk Edwin.
"Kami semua punya kesibukan masing-masing. Miss Lockwood sulit ditemui sejak rencana pembangunan Dragenmore berjalan. Terakhir kali kami bisa berkumpul bersama adalah saat musim dingin, ketika keluarga Lockwood kembali sebentar ke Wirlow, benar begitu, Aeryn?"
Aeryn mengangguk kecil. Senyum samar kembali ke wajahnya. "Sekarang Cecilia lebih sering menghabiskan waktu di Ameryth bersama Connor dan Mr, Wickham. Ketika kembali ke Wirlow pun, dia jarang singgah di Neryma."
Robert bersiul pelan. "Apakah dia sakit hati?"
"Dia sibuk, Rob," Bastian menepis.
"Tapi sesibuk itukah sampai tidak sempat berkunjung sebentar?" Robert masih tidak mau menyerah.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Cursed Blessing [#2]
Fantasy[THE CHILDREN OF GODDESS #2] Kelanjutan Daughter of Naterliva Mendamaikan manusia dan naga hanyalah awal dari segala sesuatu. | • | Kabar kesuksesan Cecilia Lockwood dan teman-temannya terdengar hingga negeri seberang. Para naga pun tertarik untuk...