Bab 5

80 10 6
                                    

"Tidak seharusnya perempuan yang sudah menikah berkunjung ke rumah orang tuanya secepat ini."

Freya mengerutkan bibir ke arah ibunya. "Memangnya Inati tidak merindukanku?"

"Inati-mu hanya tidak mau mengakuinya," Abati berkomentar. "Jangan terlalu keras pada putrimu, Ailsa. Lagi pun, bukan salah Freya kalau suaminya sudah pergi ke negeri lain segera setelah pernikahan mereka."

"Terlalu keras? Inati mendengus. "Katakan itu pada dirimu sendiri, Dagen! Bukankah kau yang selama ini melatih Freya begitu keras? Ketika anak lain masih bermain, putrimu sudah berpedang, belajar menunggangi edkanra, dan kau bahkan bergeming ketika dia menangis."

Abati menghela napas dan meneguk minumnya. "Memang ada saat ketika aku keras pada putriku, tapi hanya pada saat latihan. Selain dari itu, aku memanjakannya."

"Abati selalu membuatkanku boneka baru setiap kali aku berhasil menguasai teknik pedang yang diajarkannya," Freya ikut membela sang ayah, lalu menyandarkan kepala padanya. Tangan Abati bergerak mengusap kepalanya dengan penuh kasih sayang. Pria itu memang boleh saja tegas dalam hal-hal tertentu, tetapi di luar dari itu, Abati tidak pernah segan menunjukkan kepedulian. Pria itu tahu Freya bisa membuatnya bangga.

Inati menggeleng-geleng kepala, barangkali menggerutu untuk kesekian kalinya mengenai betapa miripnya Freya dan sang ayah.

"Kuharap kedatangan Putri Naterliva ini bisa membawa sesuatu yang berarti," Abati mengganti topik pembicaraan. "Setelah Eleonora menolak megirimkan peri ke Ellesvore, kita kehilangan kesempatan untuk memperkuat opini para dewan terhadap kelayakanmu, mir detri. Tapi kau bisa memperkuat potensi itu lagi setelah Putri Naterliva tiba."

Freya mengangguk. "Kurang lebih begitulah rencanaku. Para naga menginginkan kerja sama dan Eleonora selalu menolak, aku bisa mengambil celah dari sana."

"Perlu kau ingat kalau beberapa peri lainnya juga sependapat dengan Eleonora," Inati mengingatkan. "Tinggal begitu lama di satu wilayah membuat kita menjadi terlalu nyaman; terlalu takut untuk mengambil risiko. Mengapa harus mengungkapkan identitas sementara kita sudah aman di sini?"

"Aku bisa meyakinkan Inati kalau manusia tidaklah sulit dipengaruhi," Freya menenangkan. "Para penyihir pun demikian. Mereka masih lebih lemah dari ogre dan troll di sini. Demi dewi, mereka bahkan lebih mudah dikelabui dari binatang."

"Tapi kalau mereka tahu kelemahan kita, itu akan menjadi akhir dari segalanya," Abati menambahkan. "Manusia mungkin mudah dikelabui, tetapi beberapa dari mereka sudah mengetahui rahasia kita. Itu akan membuat peri lainnya kian waspada."

Freya tidak bisa menutupi kejadian yang dia alami di Ellesvore dari orang tuanya, ketika dirinya dan Espen ditangkap dan ditahan menggunakan besi. Di ambang antara hidup dan mati itu, ada sedikit penyesalan yang Freya rasakan karena terlalu meremehkan lawan mereka. Tapi masalah itu masih bisa diatasi selagi mereka berwaspada.

"Aku tidak tahu seberapa banyak dari mereka yang sudah mengetahui rahasia kita," ujar Freya. "Tapi bila Richard Mamond yang melakukan ini, aku ragu dia akan membeberkan rahasia kepada pihak lain, karena itu hanya akan mengungkap apa yang telah dia perbuat. Kalau aku bisa membantu Cecilia menyingkirkannya, mungkin rahasia itu akan tetap aman."

Tentu rencana itu tidak dapat sepenuhnya diandalkan. Pada akhirnya, cara terbaik menghadapi manusia adalah menunjukkan diri bahwa para peri tidak berbahaya, bagaikan penolong yang siap menjaga setiap insan agar Tahun Api kedua tidak terjadi.

"Saudaraku akan tetap memastikan Eleonora menolak saran tersebut, kalau-kalau sang ratu mulai berubah pikiran," Inati menenangkan. "Kemudian pada saat yang tepat, Freya dan Putri Naterliva itu bisa membuat gebrakan, meminta kesediaan para peri untuk melanjutkan kerja sama. Dengan demikian Freya akan dianggap sebagai sosok yang lebih mempedulikan para naga."

The Cursed Blessing [#2]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang