Hari telah malam dan suasana menjadi lebih sepi, hanya ada derik jangkrik dan dengung nyamuk yang senantiasa terdengar di telinga semua orang. Pelembab lavender yang Cecilia kenakan mungkin sedikit membantunya menghalau para nyamuk.
"Mr. Connor, kau yakin teman-temanmu tidak keberatan dengan kehadiran kami?" Giana bertanya seraya mengedarkan pandangan ke sekitar untuk memeriksa keadaan.
"Tenangkan dirimu, Magistra Auburn. Mereka tidak akan keberatan." Connor menoleh ke belakang dan memelankan suaranya, "Aku tidak mau membuat kalian panik, tapi, jangan kaget bila mereka menodongkan belati ke arah kalian. Biasanya mereka hanya ingin mencicipi darah pendatang baru untuk memastikan kalian tidak bermaksud buruk."
Selen terkesiap, langsung kelihatan ingin kabur. Aeryn bahkan menggenggam tangan Cecilia lebih erat.
"Bercanda." Connor mengulas cengiran jahil. "Asal kalian tidak bertindak aneh-aneh, mereka pasti akan menerima kehadiran kalian."
Terdengar beberapa helaan napas lega dan tawa yang sedikit dipaksakan dari Giana. "Aku hampir saja percaya," sang penyihir bergumam.
"Kenapa mereka sampai harus tinggal di tempat yang berbeda?" tanya Aeryn. "Maksudku, aku tahu peri-peri ini tidak punya kekuatan, lalu kenapa?"
"Para peri menganggap kresdovar sebagai kaum pembawa kemalangan, maka dari itu pemisahan semacam ini dilakukan," jelas Connor. "Ini pun akan melindungi mereka dari bahaya yang tidak diinginkan, misalnya diperalat oleh para peri lainnya."
"Apakah hal semacam itu pernah terjadi?"
"Dulu sekali, itu pernah terjadi. Ada satu masa ketika kaum kresdovar hanya berasal dari masyarakat golongan bawah sehingga mereka kerap mengalami perlakuan buruk. Kemudian dari masyarakat kelas atas pun bermunculan hal demikian, dan nasib semua orang mendadak menjadi tidak tentu. Seorang pendeta mengatakan bahwa ini bisa saja peringatan dari sang dewi untuk menjauhi para kresdovar. Akhirnya, mereka disuruh tinggal terpisah dari desa utama."
"Bagaimana pengalamanmu selama tinggal bersama mereka?" tanya Giana. "Aku tidak ingin terkesan menuduh, tapi kedengarannya kaum terbuang seperti itu cenderung... entahlah, barbarik?"
"Sebaliknya, mereka tidak memandang rendah manusia, tentunya selagi kita pun tidak memandang rendah mereka. Selain itu, karena tidak memiliki kekuatan sihir, kaum kresdovar jauh lebih fokus mengembangkan kemampuan fisik mereka, menjadikan mereka petarung andal. Mereka juga tidak keberatan untuk mempelajari hal baru, seperti bahasa Ellesvore, sehingga jangan heran kalau kemampuan berbahasa mereka jauh lebih lancar."
"Jadi mereka mudah menerima hal-hal baru," simpul Aeryn.
Connor membenarkan dalam bentuk anggukan. "Kurang lebih demikian."
Para peri di desa sedang berkumpul di lapangan tengah yang kosong. Tawa dan suara percakapan, serta derak dari api unggun mengisi pendengaran Cecilia. Ketika salah satu dari mereka melihat Connor, dia langsung memberi tahu yang lain dan mereka beramai-ramai mendekatinya dengan tangan terbuka serta senyum penuh penyambutan.
Dia antara mereka, muncul pula Servi yang langsung meneriaki Connor dan berlari ke arahnya, lalu melompat ke pelukan Connor. Keduanya tertawa keras, sama-sama melepas rindu.
"Putri Naterliva!"
Peri yang kemarin disembuhkan Cecilia menunjuk ke arahnya, membuat Connor ikut menoleh. Sang peri membentangkan tangan, mempersilakan Cecilia dan teman-temannya duduk di gelondongan kayu sekitar api unggun. "Kemarilah dan duduk, jangan berdiri saja!"
"Kau tahu adikku?" tanya Connor.
"Memangnya Cecilia tidak bercerita?" Giliran Servi bertanya. "Dia sudah datang duluan kemarin!"
KAMU SEDANG MEMBACA
The Cursed Blessing [#2]
Fantasy[THE CHILDREN OF GODDESS #2] Kelanjutan Daughter of Naterliva Mendamaikan manusia dan naga hanyalah awal dari segala sesuatu. | • | Kabar kesuksesan Cecilia Lockwood dan teman-temannya terdengar hingga negeri seberang. Para naga pun tertarik untuk...