Bab 41

76 8 14
                                    

Cecilia menoleh ke sumber suara, mendapati Espen di seberang danau. Napasnya terengah-engah. Tangannya terjulur ke depan, bagai mencoba menghentikan waktu.

"Espen?" Cecilia berdiri dari tempatnya duduk. Dia melihat beberapa peri bergegas menuju pemuda itu, tapi Cecilia turut menyusul. "Apa yang kau lakukan di sini?"

"Air itu!" Espen berteriak ketika para peri meraih tubuhnya, mencoba membawanya pergi. "Air itu beracun!"

"Apa maksudnya?" Connor ikut berdiri di sebelah Cecilia, tapi dia tidak tinggal diam. Saat pengawal menyeret Espen menjauh, Connor berlari menyeberangi jembatan terdekat dan mencoba melepaskan temannya.

"Penghinaan apa lagi ini?" Eleonora bertanya murka. Dia beralih ke arah kerumunan menemukan target amarahnya. "Arloi Elosvari, kuharap kau bisa menjelaskan tingkah liar putramu."

Jenderal Elosvari pun tidak tahu harus berkata apa selain bergegas mengitari Aula Kehidupan, menuju tempat putranya berada. Freya menyusul ayahnya dari belakang. Sebelum mereka tiba di tujuan, Cecilia terlebih dulu mendekati Espen.

"Lepaskan dia," Cecilia terdengar lebih mirip memohon daripada memerintah. Kedua prajurit saling pandang sebelum melakukan apa yang dia minta. Tangan Cecilia menggapai ke depan, terkesiap ketika melihat luka cakaran yang masih segar di wajah Espen. "Siapa yang melukaimu?"

"Mereka mencoba meracunimu." Espen meraih kedua bahu Cecilia. Tatapannya teramat memelas. "Katakan kau dan kakakmu belum minum."

Cecilia menggeleng. "Kau datang tepat waktu, aku dan Connor belum minum."

Jenderal Elosvari dan Freya kian mendekat dan Espen menegapkan tubuhnya, tidak gentar walau ayah dan kakaknya kelihatan siap mencabik-cabik dirinya. "Mereka mencoba meracuni Cecilia," Espen memberikan pembelaan. "Air minum itu diracuni."

Freya berhenti berjalan, menoleh kepada sang ratu. Jenderal Elosvari pun bertindak demikian meski wajahnya jauh lebih skeptis. Suara Espen cukup keras untuk didengar semua orang, menimbulkan keributan seketika.

Eleonora tetap tenang walau setiap otot di wajahnya menegang. Dia berjalan ke arah cawan air yang hendak diminum Cecilia dan Connor tadi, tanpa pikir panjang menegak keduanya. Semua orang yang melihat terkesiap seketika, termasuk Cecilia.

Sang ratu menjatuhkan dua cawan yang telah kosong. Terlihat pergerakan di tenggorokannya ketika dia menelan tegukan air terakhir.

Mata Espen membulat sempurna. Kata-kata tidak kunjung keluar dari mulutnya.

"Mana buktinya? sang ratu menuntut jawaban. "Mana racun yang kau maksud itu?"

Semua mata tertuju pada Espen. Cecilia pun menoleh, tetapi dia tahu Espen tidak berbohong. Luka di wajahnya serta ketakutan yang terlihat begitu nyata di matanya tidak mungkin hasil rekayasa semata.

Espen menoleh ke arah Cecilia, tidak sanggup mengatakan apa-apa.

"Tangkap kresdovar rendahan itu!" Terdengar perintah dari Shadrick. "Dan tangkap seluruh keluarga Elosvari."

"Apa!?" Freya menoleh tidak terima.

"Siapa sangka rencanamu selicik itu, Freya?" Shadrick berjalan ke sisi ibunya. "Pertama-tama kau dan adikmu membuat Putri Naterliva menyetujui kerja sama. Sekarang kau menuduh ibuku hendak meracuninya. Beginikah caramu mendulang dukungan masyarakat?"

Gigi Freya begertak keras. Rahangnya menonjol dari balik tulang pipi. "Kenapa aku merasa justru kau yang merencanakan semua ini, Shadrick?"

"Untuk apa pula aku melakukan ini?" Shadrick merentangkan kedua tangannya, menghadap ke arah para hadirin. "Kita semua tahu keluarga Elosvari membenci keluarga Balvarun. Selama ini kita diam saat Jenderal Dagen mencoba menonjolkan anaknya, membuat sang putri dielu-elukan masyarakat. Tapi tak pernah kusangka mereka akan bertindak sejauh ini."

The Cursed Blessing [#2]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang