Bab 8

75 9 10
                                    

Pada akhirnya, Cecilia dan Connor harus pergi ke Ramala Veliqar. Meski ini bukan keputusan paling mudah yang pernah mereka ambil, tetapi Marcus meyakinkan kalau itulah yang perlu dilewati kalau ingin lepas dari urusan per'peri'an ini.

Bahkan pribadi sekeras Papa pun harus menerima kenyataan tersebut. Namun, tentu saja pria itu sudah mengirim pesan kepada Bastian secara diam-diam, berisi perintah untuk mengabari permasalahan ini kepada Raja Avinas. Tahu-tahu saja dalam waktu hanya dua hari, panggilan untuk menemui raja sudah tiba di kediaman Lockwood. Ketika Cecilia membacakan isinya dengan terkaget-kaget, Papa hanya menyeruput teh paginya dengan raut masa bodoh.

"Aku yakin ini langkah yang wajib diambil," ujar Papa seusai menjelaskan perbuatannya selama dua hari belakangan. "Raja Avinas harus tahu bahwa dua pendiri Dragenmore akan dibawa pergi. Biar bagaimanapun, kalian punya tanggung jawab yang tidak bisa diabaikan begitu saja terhadap organisasi kalian."

Papa kembali melanjutkan sarapan paginya, mengabaikan tiga orang yang ternganga di ruang makan. Alasan diplomatis yang dikeluarkannya sulit dibantah siapa pun.

Marcus berdeham untuk memulihkan diri dari keterkejutan. "Mr. Lockwood, saya memahami kekhawatiran Anda—"

"Kau bisa berhenti berempati padaku, Mr. Wickham," sela Papa. Kejengkelan mulai mewarnai ekspresi wajahnya. "Yang kulakukan adalah demi keamanan anak-anakku, serta menghindarkan mereka dari asumsi-asumsi buruk. Sudah kutegaskan pada Bastian bahwa ada baiknya penyihir ikut mengawasi kalian."

"Penyihir?" Connor berseru, bersamaan ketika Cecilia berkata—

"Papa, kurasa melibatkan penyihir terlalu berlebihan—"

Marcus turut menimpali. "Mr. Lockwood, saya tidak yakin penyihir bisa ikut—"

Gebrakan di meja makan mendiamkan semua orang seketika.

"Kaum barbar itu sebaiknya paham kalau mereka juga tidak punya banyak pilihan," tegas Papa. "Dan kau sebaiknya berada di pihak kami, Mr. Wickham."

Tidak ada balasan yang bisa disampaikan oleh Marcus sehingga pria itu memilih bungkam. Kalau dia menolak, jelas Papa akan langsung memerintahkan pelayan untuk menyeretnya ke jalanan.

Mau tak mau, Marcus harus menyampaikan pesan tersebut kepada Shadrick. Meski Connor sudah memaksa Cecilia untuk di rumah saja, sang adik tetap bersikeras ingin ikut. Muak rasanya menyembunyikan diri terlalu lama dari Shadrick, padahal cepat atau lambat mereka akan saling berjumpa lagi. Ditambah, kehadiran kakaknya membuat Cecilia merasa lebih aman.

Ketiganya menunggangi kuda masing-masing, menempuh perjalanan selama kurang lebih lima menit untuk mencapai Hutan Eryon yang terletak di sisi selatan Ameryth. Marcus sudah pernah mengunjungi Shadrick di perkemahannya sebelum ini sehingga dia memimpin jalan.

"Mer ranel?" Connor memanggil dari samping begitu Marcus mengumumkan bahwa mereka telah dekat dengan tujuan. Connor tidak berbicara lebih lanjut, tetapi caranya menatap Cecilia sudah cukup menggambarkan apa yang hendak dia tanyakan.

Cecilia mengangguk kecil, mengisyaratkan bahwa dirinya baik-baik saja.

Para kuda mendadak berhenti melangkah. Ketiganya menunjukkan gerak-gerik gelisah, disertai ringkik pelan.

Ada sesuatu, dengus Felipe, kuda yang ditunggangi Cecilia.

Kuda Marcus kelihatan lebih terbiasa menghadapi suasana seperti ini, seakan dia sudah tahu makhluk semacam apa yang hendak didatangi. Tetapi Felipe masih waswas ketika hidungnya menangkap aroma asing yang menunggu kehadiran mereka jauh di depan sana.

"Haruskah aku menerjang maju?" tanya Felipe. "Akan kutendang apa pun yang kulihat."

"Tenanglah, Felipe, kau bisa saja malah menendang tamu kita," Cecilia menepuk-nepuk kudanya yang sudah tidak sabaran untuk melakukan aksi kekerasan itu, mengakibatkan Felipe mendengus kecewa.

The Cursed Blessing [#2]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang