Bab 30

82 10 13
                                    

Marcus pikir dia akan menerima kunjungan pertama para naga di organisasinya. Pasalnya dua ekor naga pohon mendarat di serambi depan, membuat kepanikan merebak meskipun dengan segera dikendalikan oleh para pegawai Dragenmore.

Marcus cukup bangga dengan hasil pelatihannya yang tidak sia-sia. Saat dia tiba di depan, seorang pegawai sedang berdiri di dekat para naga, menjaga pandangannya tetap tertunduk walau naga pohon itu sudah tidak menghiraukan keberadaannya. Pegawai lainnya masih mengatur para pengunjung supaya tetap menikmati kunjungan mereka, meyakinkan bahwa keadaan aman terkendali.

"Adakah yang bisa kami bantu?" Marcus bertanya.

"Aku ragu kau bisa membantu kami."

Jelas naga ini tidak berasal dari hutan Dyriad. Tutur kata mereka menandakan mereka belum banyak berinteraksi dengan manusia.

"Aku yakin persoalan bisa diatasi bila kalian bersedia menjelaskan akar permasalahan," ujar Marcus, memaklumi respon dingin tersebut.

Kedua naga itu bertukar tatapan, kemudian yang berdiri di depan kembali berbicara, "Jadi memang benar kalau Putra Naterliva kembali," katanya, masih dengan nada datar, "Di mana Putri Naterliva itu?"

"Cecilia sedang tidak di sini, tapi aku bersedia membantu kalau kalian berkenan."

Naga pohon itu mendengus. "Aku mungkin tidak tahu banyak soal kehidupan manusia, tapi setahuku kau manusia yang cukup bermasalah, Putra Naterliva. Kabar tentangmu telah tersebar di kaum kami dari generasi ke generasi."

Seraya menjaga wajah agar tetap tenang, Marcus mengubur rasa sakit itu dalam-dalam, tidak ingin menyalahkan sang naga yang bersikap demikian. Sebenarnya naga itu berhak marah. Marcus membuat kaum mereka dilanda bahaya selama bertahun-tahun. Dia berharap tidak perlu mengingatnya setiap waktu, akan tetapi semesta ini tidak mau Marcus melupakannya, tak peduli meski dia telah mencoba berbagai cara untuk menghapus ingatan mengerikan itu.

"Silakan marah pada perbuatanku di masa lalu, tetapi biarkan aku membantumu sekarang," Marcus menjawab dengan sedikit memelas. Dia ingin mengatakan betapa dirinya mau menolong, setidaknya agar hukuman atas dosanya bisa sedikit diringankan. Entah dirinya pantas menerima keringanan itu atau tidak.

"Katakan saja padanya," rekan sang naga pohon menyuruh. "Lebih baik ada dibanding tidak sama sekali."

Sekalipun enggan, naga pohon itu akhirnya menyetujui rekannya. "Aku Larch, dan ini saudaraku, Fir. Kami datang untuk bicara soal beberapa naga pohon yang menghilang dari hutan kami."

"Dua naga, lebih tepatnya," Fir ikut menjelaskan. "Mereka anak dari saudara ayah kami. Semula kami berpikir mereka kabur dan membentuk kawanan baru. Akan tetapi, kami tidak pernah menemukan mereka satu kali pun di hutan kami."

"Sebenarnya itu bukanlah satu-satunya alasan kami berniat mencari tahu keberadaan mereka," tambah Larch. "Beberapa hewan menemukan gerak-gerik misterius di hutan selama beberapa bulan belakangan. Kami pikir itu hanya manusia yang berniat berburu, tetapi mereka seperti bayangan, tidak pernah terlihat oleh kami. Salah satu naga yang khawatir mulai mengusulkan pemeriksaan. Sembari melakukannya, kami tidak pernah menemukan kawanan baru dari saudara kami."

"Kalian yakin telah memeriksa setiap jengkal hutan?"

"Tentu saja, dan tetap tidak ada tanda-tanda kawanan baru," tegas Larch. "Aku sempat mengunjungi hutan lain. Beberapa dari mereka mengatakan hal serupa soal keberadaan manusia, tetapi tidak ada naga yang hilang maupun naga baru di sana."

Pemaparan tersebut cukup janggal. Kalau memang beberapa hutan mengalami hal serupa, mengapa tidak dengan Hutan Dyriad yang dihuni Sycamore dan Elm?

"Bisakah aku mengunjungi kawananmu?" tanya Marcus. "Biar kuperiksa apa yang sedang terjadi di sana."

The Cursed Blessing [#2]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang