Shadrick tidak menunggu sendiri. Seorang gadis bersama dengannya, sedang duduk di pangkuan pemuda itu sambil menyuapinya dengan anggur. Sang pangeran sendiri berselojor di kursinya, begitu menikmati suasana asri di sekitarnya. Cecilia bersyukur dia berhasil menahan putaran bola matanya dan memberi salam kepada kedua nya.
"Ah, Merrva Lockwood, silakan duduk," Shadrick menyuruh, tidak repot-repot berdiri dari tempat duduknya yang sudah nyaman. Mereka mengadakan pertemuan di sebuah balkon terbuka, dengan sofa-sofa empuk dan lebar sebagai tempat untuk duduk.
"Terima kasih, Vel Ragena." Cecilia menempati posisi di sebelah Shadrick. Dia bisa merasakan tatapan gadis di atas pangkuan sang pangeran yang terus mengikutinya. Sekilas Cecilia lihat, gadis itu kelihatan cantik, walau dia tidak memiliki ciri khas khusus. Tidak ada mata tajam indah seperti Freya atau keceriaan selayaknya Servi dan Vira.
"Entah apa yang naga-naga itu suruh kau lakukan, tapi aku turut prihatin jika mereka merepotkanmu," Shadrick berkomentar.
Cecilia seharusnya mandi lagi sebelum datang kemari. Badannya sudah lengket oleh keringat dan tanah. Belum lagi udara di sini jauh lebih panas dibanding di Ellesvore. Kulit wajahnya sudah sedikit mengelupas di bagian dagu. Cecilia harus menggunakan pelembab lagi sebelum dia berganti kulit seperti reptil.
"Hal semacam ini telah menjadi hal yang biasa bagiku," Cecilia memberi jawaban netral.
"Apa ada alasan khusus mereka membawamu menemui para troll dan ogre?"
Cecilia menoleh cepat ke arah Shadrick. Pemuda itu masih berleha-leha bersama kekasihnya, tetapi pertanyaan barusan cukup menambah detak jantung Cecilia.
"Ba-bagaimana—"
"Bagaimana aku tahu? Sederhana saja, sudahkah kau mencium baumu sendiri?"
Kekasih Shadrick terkikik geli. Cecilia meraih pakaiannya diam-diam, mencoba membaui tubuhnya.
"Kau berbau seperti lumut, perapian, darah, dan campuran aroma ogre," Shadrick menjelaskan, kalau-kalau Cecilia gagal memahami bau tubuhnya sendiri. "Jadi, tertarik untuk menjelaskan, Merrva Lockwood? Atau mungkin kau berniat mengomentari sesuatu, berhubung kau amat berjiwa pahlawan?"
Cecilia menata kata-kata dalam kepalanya agar tidak ada kalimat menyinggung yang tergelincir keluar dari mulutnya. Diam-diam pun dia menumbuhkan bunga di sekitar kepalanya, berharap aroma tubuhnya dapat sedikit dinetralkan.
"Aku dan Alder hanya melihat-lihat, tidak ada alasan khusus," Cecilia menjawab sekalem mungkin.
"Tidak mengherankan. Naga itu juga sering membawa si Wickham ke sana." Balasan Shadrick memberikan Cecilia kelegaan. Dia pikir sang pangeran akan terus mencerca Cecilia hingga memberikan jawaban yang lebih memuaskan.
"Tidak ada kaum selain manusia di wilayah Arvelia. Well, kecuali para naga. Maka dari itu aku tertarik mencari tahu soal hal-hal baru di sini."
Balasan itu masuk akal dan Shadrick tidak ambil pusing. "Aku yakin manusia sepertimu akan terkagum-kagum dengan keberadaan makhluk lain yang belum kalian lihat. Bagaimana dengan para nymph? Sudahkah Alder mengajakmu melihat mereka?"
Cecilia menggeleng. "Seperti apa nymph?"
"Mereka juga dikenal sebagai peri air, tetapi aku kurang sudi menyebut mereka peri. Jemari mereka berselaput dan tubuh mereka penuh sisik seperti ikan. Mereka saudara jauh dari para siren yang tinggal di samudera Avanasir." Shadrick mengerang tidak suka. "Jangan biarkan mereka dekat-dekat denganmu, aku pernah melihat seorang peri disobek lehernya saat mengumpulkan rumput laut."
Sembari memegangi lehernya sendiri, Cecilia mencoba untuk tidak termakan bayangan mengerikan itu. "Terima kasih atas peringatanmu. Akan kuingat bila diajak berkunjung—"
KAMU SEDANG MEMBACA
The Cursed Blessing [#2]
Fantasy[THE CHILDREN OF GODDESS #2] Kelanjutan Daughter of Naterliva Mendamaikan manusia dan naga hanyalah awal dari segala sesuatu. | • | Kabar kesuksesan Cecilia Lockwood dan teman-temannya terdengar hingga negeri seberang. Para naga pun tertarik untuk...