Bab 2

89 15 4
                                    

Bastian pikir dia berada di tengah hamparan kebun apel pada sebuah musim panas, tetapi matahari bersinar tidak terlalu terik, memancarkan cahaya lembut sekaligus menghangatkan. Kedua tangan Bastian meraih ke depan dan mendekap lebih erat sumber kenyamanan yang dia rasakan itu. Angin berembus dari jendela yang terbuka sedikit, membawa kesejukan bagi punggung telanjangnya.

"Bas," Aeryn berusaha menggeliat menjauh, serta-merta membuyarkan bayangan Bastian. "Sekarang sudah semakin siang."

"Hmm..."

"Tadi kau bilang hanya lima menit."

Lima menit? Mana mungkin waktu sedemikian singkat itu cukup untuk dihabiskan bersama Aeryn? Kalau mereka punya waktu tanpa batas, Bastian akan menghabiskan dengan cara seperti ini: bermalas-malasan di atas ranjang ditemani aroma tubuh Aeryn yang amat menguar kuat setelah keduanya melalui malam yang sibuk.

Aeryn menjauhkan diri terlebih dahulu, tetapi Bastian menangkap pinggangnya. Dengan gerakan malas dia bangun, hanya untuk memberi ciuman sepanjang tulang punggung Aeryn, membuat napas istrinya tercekat sementara tangannya berjuang menjauhkan diri dari Bastian.

"Bas!" desis Aeryn. "Kita sungguh akan terlambat."

Bastian menyandarkan dagu ke bahu Aeryn. "Kalau kubilang kita tidak bisa datang, aku yakin mereka akan mengerti."

"Ini hari penting bagi Ellesvore!" Aeryn berhasil membebaskan diri dan beranjak dari ranjang, alhasil membuat Bastian kembali membaringkan dirinya sambil memejamkan mata. "Apa yang akan Cecil pikirkan kalau aku tidak di sana?"

"Aku yakin dia akan mengerti," gumam Bastian.

Sesuatu terjatuh ke arah ranjang. Bastian membuka mata, melihat Aeryn telah menyiapkan pakaian dan jubah mereka. Dahi perempuan itu mengerut dengan cara yang menggemaskan tatkala membongkar isi koper, berjuang mencari sisa busana yang belum ada. Baju linen milik Bastian yang kebesaran menggantung di tubuhnya, membuat Aeryn berdecak kesal dan harus menggulung bagian lengan baju supaya tidak mengganggu.

Bastian tidak tahu kebaikan macam apa yang pernah dilakukannya di kehidupan masa lampau sampai-sampai menerima berkat untuk menikahi perempuan secantik ini.

"Ini dia." Aeryn mengeluarkan dua celana yang sedari tadi dicarinya di dalam koper.

"Kau tahu, mandi berdua akan menyingkat waktu," Bastian berteori, tetapi nada bicaranya yang kurang mendukung membuat Aeryn memutar bola mata, seolah berbuat demikian bisa mengurangi rona merah di wajahnya.

"Kuduga kita akan terlambat lebih lama jika mandi berdua." Aeryn mendekati Bastian, memberi ciuman ringan di pipinya sebelum bergegas ke kamar mandi duluan.

Bastian menghela napas panjang. Dia mendorong tubuhnya hingga terduduk walau rasa malas masih menggelayutinya. Pendengarannya ditajamkan untuk menilai keadaan di luar penginapan yang dia dan Aeryn tempati. Suasana ramai sudah terasa sejak sekarang. Tidak hanya warga kerajaan Ellesvore, bahkan beberapa penduduk dari kerajaan lain turut hadir untuk menyaksikan langsung momen bersejarah ketika Dragenologi telah kembali ke Ellesvore secara resmi.

Peresmian Dragenmore masih terasa bak hal yang mustahil; seperti fatamorgana di tengah gurun pasir. Seisi kerajaan telah berubah berkat kebangkitan Cecilia Lockwood dari kematian, yang membawa serta musim semi bersamanya sekalipun waktu itu bulan Oktober.

Segala sesuatu memang terdengar sempurna. Kendati demikian, sulit bagi Bastian untuk menghela napas lega, sebab dirinya tahu masih ada masalah yang belum dibereskan.

Masalah itu bukan pula hal yang sepele. Ini melibatkan institusi penyihir beserta pemimpin mereka yang posisinya tak tergoyahkan. Salah sedikit saja, maka segala sesuatu yang telah susah payah dibangun akan hancur dalam sekali jentikan jari.

The Cursed Blessing [#2]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang