Confused

961 151 2
                                    

Louis's POV

Sial. Bahkan kami selalu kehilangan konsentrasi saat di atas panggung. Ini gara-gara bad boy itu.

Semua directioners pada menangis gara-gara kurangnya anggota 1D yang di karenakan keluarnya Zayn. Itu membuat aku-kami merasa sangat gagal dalam setiap konser kami.

"Kurasa aku akan mencari udara sebentar. Jangan merindukanku" ucap Harry, laluu beranjak dari duduknya.

"Baiklah, mate. Tapi, kalau kau bertemu dengan penjual gulali atau es krim, jangan sungkan untuk memanggilku, okay?" Sahut Niall yang tak melepaskan pandangannya dari tv.

"Baiklah. Kalau begitu aku pergi" dengan itu, Harry pergi yang tak lupa memakai penyamaran lengkapnya terdahulu.

"Andai saja Zayn ada disini" ucap Niall dengan nada pelan namun tetap bisa kami dengar.

"Berhenti memikirkan si bodoh itu, Ni" ucapku, membentak Niall.

"Berhenti mengatakannya seperti itu. Bagaimanapun juga aku menganggapnya seperti saudaraku" ucap Niall tak kalah kesal.

"Saudara? Mana mungkin saudara meninggalkan saudaranya seperti itu" ucapku lagi.

"Sudahlah, mate. Jangan kalian bertengkar terus" ucap Liam, menasehati.

"Berhentilah menasehati kami, Li. Siapa juga sebenarnya yang ingin betengkar. Hanya saja Niall terus membahas tentang Zayn" ucapku, kesal.

"Bisakah kau berhenti menjadi egois, Lou?" Bentak Niall dan berlari menuju lantai dua. Dimana lagi kalau bukan kamarnya.

"Aku juga jadi pusing kalau begini terus" ucap Liam dan berjalan keluar dari flat.

"Mau kemana?" Tanyaku pada Liam.

"Keluar sebentar" sosok Liam menghilang di balik pintu.

"Agh, Shitttt..." omelku pada diri sendiri.

Liam's POV

"Halo?" Sapaku pada orang yang mengangkat teleponku di seberang sana.

"Ada apa, Li?"

"Kau dimana sekarang?"

"Aku di bradford"

"Kapan kau ke London?" Tanyaku.

"Entahlah"

"Kalau begitu aku yang akan kesana. Sampai jumpa" dengan itu, aku mematikan sambungan teleponnya tanpa menunggu jawaban Zayn lebih dulu.

Niall's POV

Kemana kau Zayn? Kenapa kau tega meninggalakan aku-kami? Kami sekarang sangat kacau tanpamu. Bertengkar hampir setiap hari dan aku selalu menangis karena merindukanmu.

"Kau ini tega sekali Zayn" ucapku, lirih sambil menatap ponselku.

Beberapa kali aku menelponnya tapi selalu sibuk. Kurasa dia benar-benar melupakanku. Aku bingung dengan jalan pikiranmu yang tiba-tiba memutuskan untuk keluar dari One Direction. Bahkan dulu kau mengatakan bahwa kita akan selalu bersama.

=>>

Yang suka cerita ini, makasih. Yang gak suka, oke gapapa...

Happy Reading!

I'm Sorry, Guys! (Zayn Malik FanFic)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang