Author's POV
Setelah mendengar bisikan-bisikan haters yang membuat hatinya sakit, Louis kini terduduk di pinggir kolam renang. Tempat mereka dulu menghabiskan waktu saat days free musim panas. Walaupun kadang mereka juga sering ke hawai.
Sambil menyeka air matanya yang tanpa sadar sudah jatuh, Louis merutuki dirinya sendiri. Entah mengapa Louis menjadi sangat cengeng dalam hal seperti ini. Dia merasa bahwa dirinya sangat bodoh.
Seharusnya aku yang menjaga mereka. Bukan membuat hal-hal bodoh yang bisa menyakiti hati mereka. Pikirnya.
"Kau kenapa, mate?" Tanya Harry sambil menepuk pundak Louis, kemudian duduk di sebelah kirinya.
"Kau ada masalah? Ceritalah pada kami" ucap Liam yang duduk di sebelah kanan Louis.
"Jangan menangis, Tommo. Kau membuat kami ikut sedih" Gerutu Niall sambil mengacak rambut Louis dan duduk di sebelah Liam.
"terkadang aku memang sangat bodoh. Atau aku memang sering terlihat sangat bodoh?!" Tanya Louis yang sudah terdengar seperti pernyataan baginya.
"Kau bicara apa, sih?" Tanya Liam yang semakin bingung.
"Nothing" ucap Louis, lalu berjalan meninggalkan ketiga temannya. Air matanya kembali jatuh.
Niall'POV
Dia kenapa? Louis kenapa? Sepertinya ada yang tidak beres. Dia sangat jarang terlihat lemah seperti itu.
"Kalian tahu sesuatu?" Tanyaku pada Liam dan Harry.
Harry menggeleng dan berkata, "tidak".
"Kurasa dia butuh waktu sendiri. Ayo kita masuk ke dalam" ucap Liam dan kami-aku dan Harry- pun mengangguk.
***
Louis's POV
Disinilah aku. Di sebuah pub. Aku kesini sendiri karena jika Harry atau Liam tahu, dia pasti akan marah. Apalagi jika sampai Simon tahu.
"Aku mau vodka" ucapku pada bartender.
"Tentu!"
Kurasakan ponselku bergetar. Saat aku melihatnya, ternyata Liam. Aku memutuskan untuk tidak mengangkatnya saja karena saat ini aku tidak bisa berfikir untuk mencari alasan.
Setelah bartender memberiku segelas vodka, aku langsung meminumnya. Berharap semua bebanku berkurang sedikit. Walaupun hanya sedikit.
"Aku minta satu lagi" ujarku yang dibalas anggukan oleh barender.
"Louis?" Kurasakan pundakku di tepuk dari belakang. Aku menoleh dan mendapati kawan lamaku.
"Hai" sapaku.
***
Harry's POV
"Dia tidak mengangkatnya" ucap Liam sambil menjauhkan ponsel dari telinganya.
Sudah berulang kali Liam menelpon Louis namun tak ada jawaban sama sekali. Jujur, aku juga sedikit khawatir. Tapi, Louis sudah sangat dewasa untuk dikhawatirkan jika dia keluar sendirian.
"Tunggu sebentar lagi baru kau kembali menelponnya. Dia pasti sedang sibuk" usulku yang dibalas anggukan oleh Liam.
"Lagipula dia sudah besar, mate. Kalau Harry sih wajar kita khawatirkan kalau dia keluar tanpa kabar malam-malam begini" ucap Niall.
"Mencoba menyindirku, eh?" Ucapku, lalu kami semua tertawa.
***
Louis's POV
Entah sudah berapa gelas aku menghabiskan vodka. Dan aku merasa cukup pusing.
"Kau tidak usah minum lagi. Kau ini susah diberitahu" ucap Calvin. Yeah, pasangan Calvin Harris-Taylor Swift ini sudah setengah jam menemaniku mengobrol.
"Untuk malam ini saja. Jarang-jarang aku kesini. Aku sibuk sekali belakangan ini dan yeah.... aku butuh sedikit hiburan juga dari semua masalah ini." ucapku, lalu kembali meneguk segelas vodka.
"Kau tahu, Lou? Ini sudah pukul 3 dini hari. Teman-temanmu pasti mengkhawatirkanmu" ucap Taylor.
Saat aku melirik jam di tanganku, benar saja. Ini sudah pukul 3 pagi. Habislah aku.
"Sebaiknya kau acuhkan saja haters yang tidak tahu apa-apa" nasehat Calvin.
"Iya, aku tahu. Kalau begitu aku pulang dulu. Bisa gawat kalau aku tidak pulang malam ini" ucapku.
Akupun berpamitan pada mereka dan pertemuan kami diakhiri dengan lambaian tangan.
==>
HEHE! Aku nge-post lagi. Happy Reading!
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm Sorry, Guys! (Zayn Malik FanFic)
FanficKeputusan yang besar ada di tanganku. Dan kurasa inilah jalanku... I'm Sorry Guys! I'm Sorry Boys-One Direction! I'm Sorry Directioners!