sensitif

1.5K 68 3
                                    

Suasana di ruang makan terasa sangat begitu hening, orang yang biasanya membuat rusuh kini telah diam menikmati sarapan itu tanpa ada sepatah katapun keluar dari mulutnya sedari memasuki ruang makan,

Erik dan kak Fitri sesekali memperhatikan Raka yang terdiam menikmati sarapannya, walau hanya dengan tatapan saja keduanya seakan paham dari tatapan itu sama lain,
Raka? Anak itu sedari Erik menyinggung orang tua mereka kemarin langsung marah, kalian harus tau dulu info ini. Marahnya Raka itu selalu mendiami orang orang di sekitarnya tapi kalau marahnya sudah di batas wajar anak itu akan emosi bahkan sampai menangis,

Tingg

Suara notifikasi dari handphone Raka mengalihkan perhatian anak itu, Erik dan kak Fitri pun juga sama. Raka membukanya terlihat di sana nama bara tertera di layar,

"Aku selesai, Raka berangkat" Ia segera menuju keluar dari rumah mewah itu jika saja tangannya tidak di cengkal oleh sampingnya,

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Aku selesai, Raka berangkat"
Ia segera menuju keluar dari rumah mewah itu jika saja tangannya tidak di cengkal oleh sampingnya,

"Tungguin aku, berangkat sama aku" ujar Erik, namun tak lama cengkalan tangan itu di lepas paksa oleh Raka membuat tautan tangan dari Erik terlepas, mereka saling menatap dengan tatapan datar, huh terjadilah lagi pertengkaran antara keduanya setelah ini.

"Kak kau-
"Erik sudahlah biar Kaka mu berangkat dulu, em Raka kau berangkat dengan siapa dek" Fitri berusaha mengalihkan perhatian dari Raka meskipun wajahnya masih terlihat kesal.

"Sama bara kak" ujarnya dengan singkat dan di balas dengan anggukan dari Fitri, gadis itu menggenggam tangan Erik yang memang berada di atas meja lalu mengelusnya secara perlahan, siapa bisa meredakan emosi anak itu saat melihat penolakan dari Raka saat Erik memegangnya, hei Ingat Erik pantang dengan penolakan.

"Yaudah berangkat sana, biar Erik sama Kaka nanti ada yang ingin Kaka bicarain sama dia"
"Kak- belum sempat ia menyelesaikan ucapannya Fitri sudah mendahuluinya.
" Yaudah keburu siang kasihan bara nunggu di depannya lama nanti"

"Kalau gitu aku berangkat kak" ia menyalami tangan Fitri meskipun masih di tatap tajam oleh adiknya,
"Hem hati hati bilang sama bara jangan ngebut naik motornya, jangan buat ulah di sekolah dan, jangan jajan sembarangan paham, jangan telat makan?"
Pasalnya jika tidak di ingatkan anak itu akan makan sembarangan atau kalau tidak melewatkan makan siang nya.

"Hm aku berangkat"
"Kak- Erik hendak protes jika saja tatapan melotot kKanya seakan berucap 'diam', pasrah akhirnya ia menatap punggung Kaka nya yang sudah menghilang di ambang pintu, lalu melihat ke arah kak Fitri nya.

Untuk beberapa saat keduanya hening sampai kalimat yang terucap dari kak Fitri membuat Erik menoleh ke arahnya,
"Kak kenapa biarin Raka berangkat sendiri sih,".
"Bukan kah tadi Kaka sudah bilang mau bicara sesuatu"
Ck, tambah masam deh tu muka melihat ke arah Fitri.
"Huff, mama sama papa kalian akan sampai nanti siang"
Erik langsung melotot tak percaya wajahnya sudah akan menunjukkan protesan
"Kak, Kaka kan tau sendiri kak Raka!" Erik seakan protes dengan apa yang barusan kak Fitri ucapkan.

"Ya Kaka tau, mau bagaimana lagi kalian sudah terlalu lama tidak bertemu orang tua kalian, bahkan ini mau memasuki delapan tahun setelah kejadian kalian sudah tidak saling komunikasi, ya itu kalau kau sesekali untuk memberi tahu perkembangan Raka, sedangkan orang yang kau selalu laporan itu! Apakah pernah menanyakan orang tuanya, bahkan mungkin saat ini ia lupa jika masih mempunyai orang tua."

"Bukannya aku tidak mengingatkan kak Raka dengan mama papa, tapi kau Taulah sendiri bagaimana dia setelah aku baru saja menyebut nama mereka"

"Ya Kaka tau, Raka memang menginginkan melupakan mereka, tapi! Apakah mereka menginginkan untuk melupakan anak mereka yang saat ini sedang menjauhi mereka, mereka orang tua sudah pasti akan khawatir dengan anaknya, bahkan ini sudah hampir delapan tahun setelah kejadian Raka seolah menutup mata dan telinga untuk mendengar bahkan melihat kenyataannya yang asli, mereka rindu anak mereka. Kaka membiarkan mereka datang namun jangan terlalu gegabah menampakkan wajahnya di depan Raka, anak itu pasti akan marah besar"

"Aku tau dan aku sangat paham jika di posisi mereka, tapi itu juga salah mereka yang terlalu menyepelekan dan bertindak bodoh tanpa di pikir ulang" ujar Erik menerawang masa lalu.

"Huff, mereka berani berbuat berani bertanggung jawab, setelah ini ikut Kaka ke kantor untuk menunggu nanti siang, Kaka sudah mengizinkan kamu tadi" ia lalu keluar dari mansion untuk menuju ke kantornya.

Sementara itu di sekolah kini Raka dan kedua sahabatnya berada di kelas untuk menunggu guru mapel yang akan mengajar.
"Lo jadi ikut kemah Minggu depan kagak" tanya bara
Raka menghela nafas lalu menatap sahabatnya damar hanya memperhatikan keduanya tanpa minat menimprung,
"Masih berjuang gue" wajahnya tampak murung.
"Hm, gue doain semoga kagak sukses" bara menepuk bahu Raka seakan menyemangati namun terkesan mengejek.

"Sialan Lo-
"Khemm" damar berdehem untuk menghentikan ucapan kotor dari Raka, ia menatap dingin ke arah sahabatnya itu.
"Bara tu mulai" ia mencebik bibir dengan wajah yang cemberut saat di tatap seperti itu oleh damar, Raka begitu takut dengan sahabatnya satu itu setelah adiknya, namun jika di bandingkan Raka lebih takut dengan damar dari pada Erik.

"Lo jangan pitnah pitnah dodol, mulut mulut Lo kenapa gue yang Lo salahin"

"CK, Lo- damar~liat bar bara"
"Ngadu teroooosss"
"Bodo"
"Lo-

"Bara Lo mending diem dulu" damar merasakan kalau suasana hati Raka sedang sensitif, mungkin habis berantem dengan Erik itu pikirnya, jika tidak di hentikan maka Raka akan lepas kendali anak ini tipe orang yang tidak bisa mengendalikan emosi.

Bara terdiam jika damar sudah berucap ia menatap kembali Raka, yang saat ini sedang bermain game online dengan wajah yang kesal begitupun dengan damar yang melirik kesamping, posisi duduk mereka damar berbangku dengan Raka sedangkan bara berbangku dengan Joni teman SMP nya dulu ia duduk di depan bangku damar dan Raka.

Kita tinggalkan Raka yang sedang sensitif an kini beralih pada sepasang suami istri yang berada di dalam pesawat, mereka menatap foto keluarga yang sedang tersenyum manis.

"I can't wait to meet him" ujar seorang wanita canting yang sedang bersandar di bahu suaminya.

"Don't ask I miss him more"

"If time could be reversed I would not make the same mistake" ujar wanita itu menatap keluar jendela.

"There is nothing to regret, everything has passed, now it's time to fix that mistake." Pria itu mengelus pucuk kepala istrinya dengan lembut.

"Raka mama missed you dear, forgive my mistakes"

Bersambung..

Maaf alurnya agak belibet, kalian komen ya kalau ada kesalahan dari kata, kalimat, atau penulisan.

Ok see you the next part>

RAKA GREYSON Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang