kantor papa 2

711 52 2
                                    

Tempat yang em bisa di bilang tidak terlalu ramai dan tidak terlalu sepi, anak itu sedang menunggu jajan nya selesai di masak, jika kalian tanya siapa yang memesan tentu Satya, Leonard mengecek laporan di iPad nya sambil menunggu pesanan putranya selesai.

Netra Raka menelisir Ke penjuru setiap stain makanan di sana, ah kenapa ia jadi menginginkan wafle yang di makan seorang karyawan di sana, menoleh pada sang papa yang sedang fokus, sebenarnya ia malu kalau meminta lagi tapi apa boleh buat keinginannya untuk dapat wafle itu lebih besar dengan rasa kegengsiannya.

"Papa" panggilnya namun tak di respon oleh Leonard, huh wajahnya berubah kesal. Menggoyangkan tangan papanya
"Papa" lagi

Leonard menatap mata putranya
"Kenapa boy, apa kau ingin sesuatu" ah akhirnya peka batin Raka.

"Mau itu" tunjuk Raka pada seorang pria yang membawa wafle meninggalkan stain makanan di sana,
"Apa kau sudah makan siang tadi" bukan apa Leonard takut jika anaknya kelebihan jajan dan belum makan siang,
"Udah tadi di sekolah, ayo beli" tangannya menggeret papanya namun malah di tahan,

"Kau makan apa tadi di sekolah"
"Papa niat beliin gak sih, dari tadi nanya Mulu, ayo keburu habis nanti" ia kembali menggeret papanya namun di tahan kembali.

"Kalau kau sudah makan nasi papa beliin kalau cuman sejenis jajanan mending gak usah kita keruangan papa makan siang dulu" tegas Leonard yang malah tambah membuat bibir Raka manyun

"CK, Raka tadi makan bubur ayam puas" sinis Raka,.jawaban dari putranya membuat ia mengangguk bertepatan dengan Satya yang sudah kembali dari menunggu pesanan tuan mudanya jadi.
"Ini Tuan"

"Langsung ke ruangan saja Satya, Raka ingin membeli jajan lagi, sekalian bilang ke istri saya kalau saya dan Raka masih di stain makanan"

"Baik tuan, kalau begitu saya permisi, mari tuan kecil" Satya langsung menundukkan kepalanya guna berpamitan untuk pergi dari sana.

Sapaan dari asistennya itu membuat ia mengangguk kan kepala.

"Ayo papa" ia menarik tangan papanya tidak sabaran. Sedangkan Leonard hanya bisa pasrah di tarik tarik anaknya.

"Dua"

"Satu"

Penjual itu bingung jadinya berapa ini.
Raka menatap papanya yang sama sama saling menatap.
"Dua pa"
"Satu udah cukup, satu" ucapnya pada penjual itu.
"CK, dua-"
"Satu atau gak jadi beli"

Dengan cemberut akhirnya Raka hanya bisa pasrah. Selesai dengan itu keduanya langsung menuju keruangan Leonard yang terletak tak jauh dari sana.

Saat memasuki ruangan Raka di sambut dengan senyuman hangat oleh amelia, namun anak itu hanya melewati nya saja sambil membawa jajan yang ia beli tadi. Tak menghiraukan mamanya ia menikmati wafle itu di sofa ruangan itu. Amelia hanya bisa tersenyum, ia masih berfikir positif kalau Raka akan memaafkannya sama dengan memaafkan suaminya.

Amelia menghampiri anaknya yang sedang duduk di sofa, saat akan duduk di sebelah Raka, anak itu berdiri dan melihat ke arah papanya.

"Raka kebelet, kamar mandinya mana" tanya nya pada sang papa yang memerhatikan ya.
Leonard menunjukkan pintu bercat coklat di samping meja kerjanya.

Pemuda itu langsung menuju tempat yang di tunjuk papanya. Entah apa maksud anak itu tidak membalas sapaan mamanya, dan menghindar saat di dekati.

Di dalam kamar mandi, Raka melihat wajahnya di cermin terkekeh sesaat sebelum cairan bening yang tiba tiba jatuh tanpa di minta.
"Delapan tahun berlalu, tapi sakit hati ini belum sembuh" sesak rasanya menangis tanpa suara, ia memukul dadanya yang terasa sesak, tak kuat menopang tubuhnya entah mengapa pasokan udah yang tiba tiba terasa sempit di dadanya.

"Dulu aku di paksa untuk dewasa sebelum waktunya, ibu, ayahku, mereka meninggalkanku, sampai di mana aku mendapat kebahagiaanku yaitu bertemu om Leonard dan Tante Amel, aku merasa bahwa memang mereka adalah malaikat penolongku saat aku di titik hancur,
Namun.. " tatapannya tetuju pada seorang bocah yang terikat di atas kasur dan mulut yang terlakban.

"demi aku bisa menjadi princes satu satunya di keluarga Greyson dan orang paling di sayang di keluarga Greyson aku harus menyingkirkan mu, namun ini lebih seru jika keluargamu sendiri yang akan menatap mu penuh kebencian dan rasa jijik, dan akhirnya mereka mengusir mu dari istana Greyson hahah"

"Ohh ternyata adik manis ku ini ingin mengatakan sesuatu "
Srek

Gadis itu membuka lakban yang menempel di bibir bocah kecil itu.

"Aku tak salah apa apa, APA KAU TAK PUAS DENGAN APA YANG SUDAH KAU RENGGUT DARI KU SELAMA INI "

Plak

Plak

Dua tamparan keras tercetak di pipi mungil itu,

"Berani sekali bocah ingusan seperti mu membentak ku hH" tangannya mengapit pada kedua pipi itu

"Hei dengar, kau adalah sumber masalah jika aku membiarkan mu tinggal di mansion, karna apa? Kau akan mudah mengetahui sebagian dari rencana ku bukan, jika aku membunuhmu itu akan menjadi ancaman bagi ku, jika keluargamu sendiri yang akan mengusir atau bahkan membunuh mu karna jijik maka itu akan sangat seru bukan"

"Dasar wanita iblis" linangan air mata yang sudah tidak terbendung keluar juga,

"Oh terima kasih pujian nya, let's play baby boy"

Akhrrrr

Lepaskannnn

Hiks
Hiks

Plak
Plak

"Apa yang ada di otak mau sampai kau bisa menjual diri seperti ini"

"Dasar anak menjijikkan"

"Masih kecil saja sudah bisa jadi jalang kecil"

"Menyesal saya melahirkan kamu, jika masih kecilnya saja sudah jadi pemuas "

"Apakah kalian tidak bisa membedakan mana pemerkosaan dan mana jual diri ha"

"Arkkkkkk Raka bukan pemuas, Raka anak baik, dia menjebak Raka, Ampunn mama"

"Kau masih bisa menuduh Sherly hah, benci saya sama kamu"

Telinga Raka berdengung, suara suara itu kembali di pendengarannya, rasa sakit itu entah kenapa tubuhnya kembali merasakannya.

"Raka, kenapa lama sekali di sana sayang apakah terjadi masalah" itu suara mamanya, suara yang masih sama delapan tahun lalu.

"Menyesal saya melahirkan kamu, jika masih kecilnya saja sudah jadi pemuas "

lagi suara itu kembali.

"Raka jangan buat papa khawatir, kalau kamu tidak juga menjawab papa dobrak pintunya"

"Arkkkkk pergiii"

Itu teriakan Raka dari dalam, membuat Leonard dan Amelia yang berada di luar khawatir luar biasa, tak ada pilihan lain Leonard mendobrak pintunya.

Brakkk

"RAKA"
"RAKA"

Bersambung...

Maaf update lama, akhir akhir ini banyak tugas tugas, dan banyak belajar karena UAS. Gak ada waktu buat nulis dan mikir alur nya. Semoga kalian masih setia buat baca cerita cerita aku.

Oh iya disini aku udah buka terjadinya konflik yang sebenarnya, menurut kalian masihkah Raka mau memaafkan mereka, dan mengapa Raka sudah bisa Nerima leonard sedangkan dengan Amelia belum, yuk komen komen yang banyak.

Ok see you the next part>

RAKA GREYSON Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang