pulang ke rumah

635 32 3
                                    

Sulit bagi Raka untuk menyimpan benci ini terlalu lama, nyatanya ia seorang anak yang jauh dari orang tuanya dan rindu akan pelukan hangat dari mereka, rindu akan kasih sayang dari mereka, dan nyatanya selama ini dia juga menunggu kehadiran mereka, menunggu kata 'maaf' dari mereka, walaupun hatinya menolah namun di lubuk hati yang terdalam kerinduan itu tentu masih ada.

Raka ingin benci, namun dorongan dari Erik dan kak Fitri membuat ia urung untuk memendam kata itu terlalu lama di hatinya, selama ini juga ia selalu iri pada seorang anak yang di antar sekolah oleh ayah atau ibunya dan di cium keningnya, ia ingi merasakannya juga namun masa kelamnya lebih mendominasi di hatinya dan kalimat benci itu selalu terngiang di kepalanya,

Hari tepat di mana hari kepulangan mereka dari rumah sakit, Raka hampir seminggu tinggal di rumah sakit, ia sih menurut saja kalau di suruh pulang ya pulang kalau belum ya belum, lagian jadi orang sakit itu ada enaknya apa? Makan tidur, makan tidur, enak. Bukan tidak sekolah tidak memikirkan tugas tugas. Hahah

"Jangan main hp terus, nanti matanya sakit" peringat Erik

"Hm" ia sedang fokus pada permainan online nya, anak itu sedang duduk di atas brankar menunggu mama papanya membereskan perlengkapannya.

Elden dan Delton entah kemana mereka, yang pasti saat ini hanya kedua orang tua nya dan Erik yang ada di ruangan itu. Saat lagi fokus fokusnya dan akan mengalahkan lawan tiba tiba handphone nya langsung di sambar dengan paksa oleh Erik, tentu saja ia berpekik kesal.

"Arkhh CK, itu mau menang, ihh Erik ngeselin, ngeselin, ngeselin"

Bug

Bug

Bug

Ia memukuli adiknya dengan bantal rumah sakit, huh entah mengapa mood nya sedikit buruk saat ini.

"Aku udah bilang gak dengerin, ayo Mama sama papa udah nunggu di parkiran"

"Kok cepet banget"

"Kakak yang terlalu fokus, ayo mau pulang gak"

"CK, Raka gak lumpuh, sana" ia menepis tangan Erik yang akan menggendongnya, lalu berjalan meninggalkan anak itu dengan menghentak hentakkan kakinya, namun saat membuka pintu ruangan itu ia di buat terkejut bertepatan orang tuanya yang memasuki ruangan.

"Ayo sayang, mama balik lagi pas tau kalian gak ada di belakang tadi" tangannya hendak menggandeng tangan Raka namun lebih cepat gerakan Leonard yang langsung menggendong koala anak itu.

Tentu saja Raka langsung berpekik kaget, ia mendongak menatap wajah papa nya.

"Sorry boy, membuatmu kaget"

Cup

Ia mengecup kening anaknya dengan lembut, lalu menarik tangan istrinya dan menggenggamnya sedangkan tangan Amelia yang lain juga menggenggam tangan Erik, huh seperti keluarga Cemara bukan, satu tangan Leonard menggendong Raka dan satu lagi menggenggam erat tangan istrinya.

"Raka berat, mau turun" kakinya hendak bergerak ke bawah namun langsung di tahan Leonard dengan mengangkatnya agak ke atas.

"No, papa seperti menggendong anak kecil umur sepuluh tahun malahan"

Sedangkan di posisi Erik.

"Mah lepasin, malu tau"

"Kenapa, malu punya mama kaya mama?"

"CK, Erik udah gede lepas ah"

"Segede apapun kamu, kamu mama anggap masih kecil sampai kapanpun"

Cup

Dengan sengaja Amelia mengecup pipi kiri Erik, membuat anak itu antara malu dan kesal.

"MAHH," pekiknya dan itu langsung membuat Raka yang semula anteng di gendongan Leonard, kini menengok kan kepalanya ke arah Erik,

"Erik kenapa?"

"Adikmu Malu Kaka hahha" ujar Amelia dengan sedikit tertawa melihat pipi anaknya yang merah, jarang bukan melihat momen seperti ini, Erik yang biasa berwajah datar dan dingin di luar kini hanya dengan kecupan di pipinya saja bisa membuat warna merah di pipi itu.

Raka sendiri bingung, ia menatap wajah Leonard yang juga menatap wajahnya seakan bertanya, namun malah ia juga mendapat serangan kecupan lagi di kedua pipi dan dahinya.

Cup

Cup

Cup.

"Tak usah di pikirkan, kita sampai" Leonard memasukkan Raka di kursi penumpang belakang, bersama dengan dirinya, saat pintu sebelahnya di bukan dan Amelia ingin masuk..

"Mau sama Erik" ujarnya ia agak canggung terhimpit oleh kedua orang tuanya.

"Erik di depan sayang, sama mama papa yah" ujar Amelia ia urung saat akan duduk dan mendengar permintaan sang anak, dan mencoba memberi pengertian sedikit untuk anak itu, ia ingin dekat dengan Raka bukan suaminya saja yang hanya bisa sedekat itu dengan anaknya ini. Ia juga ingin.

"No, yaudah Raka di pangku Erik di depan" ia hendak pindah ke depan tapi langsung di tahan Erik,

"Jangan biar Erik di belakang" akhirnya tak ada pilihan lain selain Amelia mengalah, kenapa bukan Leonard yang pindah? Tangan anak itu menggenggam erat telunjuk jari papanya seakan di suruh jangan pergi, Amelia tersenyum kecut, melihat itu memang maaf Raka sudah di berikan namun kepercayaan anak itu masih ragu untuk menerima semuanya.

Oh iya mobil itu di sopir i oleh tangan kanan Leonard, selama perjalanan hanya keheningan, namun itu tak bertahan lama saat genggaman tangan Leonard di lepas oleh Raka dan anak itu, merangkak ke pangkuan Erik wajahnya menghadap dada bidang adiknya, memang jika di lihat dari usia Raka lah yang lebih tua namun jika di lihat dari kedewasaan dan bentuk dari segi badannya, Erik lah yang lebih pantas untuk jadi Kaka.

Tinggi Raka hanya 169 sedangkan tunggi Erik hampi 175. Erik sendiri hanya bisa pasrah dengan sikap manja kakanya ini, ia memeluk kakanya sambil sesekali mengelus rambut nya dengan lembut, lalu matanya fokus pada ponselnya yang menampilkan beberapa email yang di kirim oleh kak Fitri,

Leonard sendiri juga sudah membuka ipad nya sambil sesekali melihat ke arah anaknya nyaman atau tidak, dan dilihatnya mata anaknya yang sudah terlihat sayu dan bersiap akan menutup matanya. Melihat itu dengan tak tahan ia mengelus dahi Raka dengan lembut sesekali mengecup pipi tirus itu, Erik hanya membiarkannya saja ia sedang fokus fokusnya, hanya jari dan tangan yang sibuk mengelus dan mengetik, sedangkan jika di bawa bergerak sedikit saja tubuhnya kakanya akan merengek tak nyaman.

Bersambung...

Segini dulu ya guys untuk hari ini, dan makasih untuk kalian yang masih setia menunggu dan masih mau membaca cerita ku yang Agak amburadul ini, semoga kedepannya aku bisa buat cerita yang tidak belibet alurnya. Maaf untuk kesalahan atau typo yang kalian temui di beberapa chap sebelumnya.

Karna aku masih penulis baru dan masih belajar untuk bisa membuat suatu karya yang memang untuk kalian para pembaca suka dan tidak membosankan.

Ok sekian dan sampai juga kembali

See you the next part>

RAKA GREYSON Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang