24.

468 40 3
                                    

Hei hei,, lama kayaknya gak nyapa kalian, dan kayaknya kalian udah bosen ya pastinya nungguin cerita ku yang ini, sorry ya temen temen bukannya apa karna memang di bulan bulan kemarin aku sibuk banget, dan lagi kadang jika sudah ada ide nya tapi otak rasanya gak mood banget buat nulis,

Maaf buat temen temen yang selalu kecewa akan cerita cerita aku yang belum aku lanjutin, and makasih udah selalu setia nungguin 🙏 salam dari aku buat kaliannn.








Happy reading...
.
.
.

Hari ini suasana pagi agak sedikit kacau karna Raka sedari bangun jam empat tadi sedikit rewel karna pengin pulang, Bahkan saat Erik ada pun anak itu masa bodoh, padahal sebelumnya ia mencari Erik sampai tak makan satu hari,

Jam menunjukkan pukul enam pagi, tapi Raka masih terus saja mengeyel untuk pulang, berbagai cara dan bujukan sudah Amelia serta suaminya berikan namun tidak mempan,

Sudah di bilang bukan jika keinginan Raka itu tak bisa terbantahkan, mau di bujuk sampai mulut berbusa sekalipun tak akan mempan.

"Mau pulang" entah itu sudah ke berapa kali ia bilang namun semua orang ada saja alasannya,

"Erik sudah disini sayang, Raka masih belum sembuh makanya kita disini dulu sampai Raka sembuh, Raka mau apa biar mama beliin"

Mendengar itu anak itu menatap wanita itu sinis

"Gue bukan anak kecil kalau Lo lupa"

Puk,

ya akibat bicaranya kurang sopan ia mendapat tepukan di bibirnya oleh sang adik tercinta, membuatnya lagi lagi mendengus kesal.

"Papa punya Lego terbaru kalau kamu mau menurut lebih dulu" akhirnya Leonard angkat bicara, tapi lagi lagi di tolak mentah mentah oleh Raka,

"Kenapa sih orang aku juga gak sakit serius sampe mau mati juga, lebay banget dehh kalau emang gak mau nganterin pulang aku bisa kok pulang sendiri tangan dan kaki juga masih berfungsi" kesal Raka, bahkan matanya sampai berkaca kaca karna kesal sekaligus capek jadi satu, bayangkan sudah berapa jam ia bicara ingin pulang tapi ada saja jawaban dari mereka,

Ia melepas paksa jarum infus yang tertempel di tangannya, bahkan Leonard maupun Erik tak bisa mencegahnya karna gerakan Raka yang saking gesitnya, kakinya menjulur ke bawah dan akan menyentuh dinginnya lantai, namun belum sempat ia melipat tubuhnya terasa melayang, dan pelakunya adalah Leonard bapaknya sendiri,

Berontak lahh ia.

"Lepasinnn, mau pulang mau pulang, lepasinnn hiks hiks" jatuh sudah air mata yang ia tahan sedari tadi,

Tangganya memukul mukul punggung tegap itu, namun tak juga berhasil membuatnya turun, Leonard menekan sedikit lebih dalam bagian pinggang pada pinggir lambung, membuat Raka menggelinjing karna sakit,

"Auhh auhh, sakittt arghhh"

"Sakit kan, masih mau pulang lagi" ujar Leonard dengan dingin, sebenarnya ia tak mau melakukan keras seperti ini pada anaknya, tapi ia Jika Raka tak di beri sedikit rasa jera maka anak itu akan menyepelekan,

"Pulang hiks mau pulang hiks, AUHh" lirihnya namun pada saat akhirnya ia menjerit karna sakit, karna Leonard menekan jarinya seperti lebih menusuk ke dalam,

"Pahh" peringat Amelia lewat tatapan mata serta menggelengkan kepalanya, ibu mana yang tega melihat anaknya kesakitan, Erik sendiri mendukung tindakan papanya, karna memang jika Raka di halusin terus akan menjadi menyepelekan dan tidak punya rasa takut,

"Papa akan menekannya terus Bahkan jika nanti sampai di rumah, jika masih ingin pulang, jadi mau nurut disini sampai Raka sembuh atau biar papa obatin dengan cara papa tapi" ancam Leonard dan jarinya lebih menusuk lagi pada area pinggang itu,

Mendengar itu Raka menggelengkan kepala, tidak ada satu menit saja ini sudah sakit apalagi amati jika di rumah Samapi berapa jam atau bahkan berapa hari,

Dengan sedikit gagap karna Isak tangis serta menahan sakitnya Raka menjawab,

"Di sin ni aja hik"

Akhirnya Leonard melepaskan tangannya, lalu mengelus bagian pinggang anaknya yang sudah di pastikan memerah, Raka langsung meletakkan kepalanya pada bahu papanya, menghadap ke ceruk leher Leonard, saat akan di letakkan di baringkan di atas brankar Raka menolak, Alhasil Leonard kembali menggendongnya ala koala, bakahan saat Leonard duduk pun anak itu tak mau melepaskannya,

Amelia menghampiri suami dan anaknya itu dengan membawa sebotol minyak telon, lalu menaikkan sedikit baju belakang Raka sampai punggung, di lihat di area pinggang itu, benar saja ada sedikit titik merah bekas totokan suaminya tadi,

"Hemm gak mau, gak mau" saat merasakan kaus punggungnya di buka, ia berontak di gendongan Leonard membuat lelaki itu sedikit kewalahan,

"Hei mama gak ngapa ngapain sayang, mama cuman mau oles ini lihat lah, biar badannya anget ya" ujar Amelia menjelaskan namun kepala Raka menggeleng tanda tidak mau,,

"Gak mauuu, pergii hiks hiks pergii gak mau"

"Iya iya gak usah, maa gak usah pake ituan," ujar Leonard menenangkan dan menyuruh istrinya untuk sedikit menjauh, Raka jika sakit sedikit sensitif.

Erik yang berada di sofa sedang memainkan hp nya itu, hendak keluar kamar untuk mencari sarapan di kantin rumah sakit, namun

"Ikuttt," itu teriakan Raka saat melihat Erik membuka pintuu,

"Aku mau ke kantin kak"

"Ikuttt" ia berontak turun dari gendongan, membuat Leonard mengeratkan kembali pegangan tangannya pada selipan kaki Raka,

"Kamu masih sakitt, disini aja tunggu dokter periksa" ujar Leonard dan di angguki Erik,

"CK, ikuuttt, lepasinnn sihh" matanya sudah berkaca kaca takut Erik keluar, dan itu benar terjadi, Erik keluar dari ruangan itu,

"Ikuttt, erikkkkk gak boleh pergiii tungguin rakaaa lepasinnn ighh Erikk" semakin lama berantakan itu semakin kuat, Leonard sendiri sampai kewalahan, dan akhirnya Raka  terlepas karna Leonard yang sudah tidak kuat lagi menahan berontakannya,

Tapi tak semudah itu Raka bisa keluar tangganya di tarik Leonard,

"Gak boleh sayang,, astaga"

"Lepasinn, ERIKKKKK" panggilnya sampai teriak Bahkan suaranya sampah habiss, Leonard yang hendak menggendongnya kembali tak bisa karna anak itu, menarik tangannya juga sampai mengesot di lantai,

"ERIK KEMBALI" itu teriakan Leonard, Amelia yang berada di ruang ganti khusus tamu pun langsung keluar karna mendengar teriakan suaminya, dan di sana betapa terkejutnya dia melihat anak dan bapak itu saling tarik menarik sampai di lantai,

Erik yang berada di luar menghela nafasnya kasar, lalu berbalik kembali menuju ruangan, di sana ia nampak orang tuanya dan Raka yang menangis serta berteriak itu sedang menenangkan anak nakal itu,

Huh bisa di pastikan nanti jika seharian atau mungkin bisa berhari hari ia juga tidak akan bisa keluar dari ruangan ini,

Susah juga ya punya bayiii yang kalau rewel gak bisa lepas, mau ke.kamar mandi pun kadang Raka memaksa untuk ikut,

Bersambung,,,

Teruntuk Erik mohon bersabar ya, siapa juga yang awalnya buat Raka gak bisa lepas dari dia..

Ok segini dulu,

Maaf jika membosankan atau kurang menarik atau kurang seruuuu..

See you the next part>>

RAKA GREYSON Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang