20.

548 37 1
                                    

"terus aja di ulangi, kenapa gak sekalian nyemplung ke kolam ikan di samping mansion" ucapan Erik begitu datar dan dingin membuat Raka semakin menundukkan kepalanya tak berani menatap adiknya, tangannya bertautan bergerak gelisah.

"Kemarin mau buru buru pulang kalau taunya pulang bikin gara gara kayak gini mending menetap aja di rumah sakit"

"Kaka kalau aku bilang istirahat ya istirahat bukannya keluyuran di luar mansion, pake acara hujan hujanan lagi, kalau Erik gak pulang tadi mungkin gak akan ada yang halangin, pake acara ngibulin Tio lagi"
Dirinya masih di kuasai emosi jadi sebisa mungkin tidak melampiaskan ke kakanya dengan kata kata kurang baik, niat hati pulang akan melihat kondisi kakanya malah di pertontonkan kakanya yang sedang hujan hujanan di luar mansion dengan sesekali meminum air hujan itu.

Tadi kata bodyguard nya Tio kakanya sedang tidur siang, dan Tio memberitahukan kalau dia sedang mandi karna tak sengaja kejatuhan telur busuk saat memasuki kamar tuan mudanya. Pandai sekali kakanya ini untuk mengibuli orang kalau dia sudah tertidur.

"Gak sadar kemarin berhari hari sakit, nangis tiap malem mau ini mau itu tapi gak sesuai, bukan Kaka aja waktu itu yang sakit, yang lelah semua orang juga sangat lelah Kaka bebal kalau di bilangin-"

"Iya iya Raka nyusahin Erik bisanya tapi ya jangan di sebutin juga dong, kalau Erik repot urusin Raka mending Raka pergi dari sini tapi Erik sendiri gak izinin, emang Erik pikir kamu doang yang capek Raka juga capek"
Ucapan Erik dengan Raka yang wajahnya semula menunduk takut kini menatap adiknya dengan tatapan berani namun masih terselip rasa takut di hatinya.

"Bukan gitu, kan kemarin dokter bilang Kaka harus istirahat penuh" jelas Erik memberi pengertian supaya tidak salah faham.

"Kan yang rasain sakit enggaknya Raka bukan dokternya"

"Tapi yang sembuhin kamu dokternya kalau bukan karena dokternya kamu masih demam belum sembuh"

"Kan dokternya juga dapet bayarannya sembuhin Raka, adil kan timbal balik"

"Jawab aja terus kalau di bilangin, Kaka dari kenaikan kelas tiga ini banyak banget protes nya, udah aku ngomong gak pernah di dengerin, dan semakin keras kepala, kalau kayak gini terus mending homeschooling aja gak sekolah umum"

"Ya gak bisa gitu dong, kok Erik malah seenaknya" protes Raka wajahnya memerah menahan marahnya, tidak ada lagi wajah ketakutan yang tadi, Erik hanya mengedipkan bahu lalu berdiri dan akan menuju ke kamarnya, namun teriakan tak terima dari Raka membuatnya membalikkan badan dan menatap tajam kakanya,

"Kaka tau sendiri kan, aku tidak suka di bantah ataupun di pancing, beberapa kali aku bisa sabar dengan teriakan Kaka ke aku"

"ERIK SELALU SAJA EGOIS GAK PERNAH MAU NGERTI RAKA, KALAU KAYAK GINi LEBIH BAIK DULU RAKA MATI AJA"

Plak

Untuk pertama kalinya 18 tahun Raka hidup Erik menamparnya, bahkan kini wajah Raka sampai menoleh ke samping akibat tamparan itu, bertepatan dengan itu kedua orangtuanya memasuki mansion dengan wajah terkejut dan tidak percaya.

Erik mengapit kedua pipi kakanya dengan cengkraman satu tangan, lalu menatapnya dengan aura sangat dingin.

"Bertahun tahun aku berjuang, berusaha untuk kesembuhan Kaka, bertahun tahun aku mati Matian untuk mengembalikan kondisi dan mental Kaka, dan sekarang mulut ini dengan tidak tau dirinya mengatakan hal yang sangat aku benci, dan kau tau aku menghancurkan setiap mulut orang yang sedang mengata ngataimu dengan kata kata seperti itu bahkan tak segan aku robek mulut comberan mereka itu.

Dan sekarang dengan gamblangnya mulut manis yang selama ini aku jaga mengucapkan kata-kata itu sendiri."

Leonard berjalan cepat ke arah mereka untuk melepaskan cengkraman tangan Erik di pipi Raka, melihat anak ketiganya seperti menahan kesakitan, bahkan matanya sudah berkaca kaca.

"Kau ini apa apaan, tidak seharusnya pakai kekerasan" Leonard segera menggendong anaknya koala, Raka masih mengatur nafasnya belum pernah dirasakan sebelumnya aura gelap Erik, bahkan bisa di bilang ini adalah kemarahan Erik yang paling menakutkan menurutnya, ia menundukkan kepalanya tak berani menatap wajah seram Erik yang melotot.

"Jika dia salah di tegur yang baik, ingat pesan om Naufal bilang apa" Leonard tak mau trauma anaknya kambuh lagi seperti sebelumnya, cukup sekali saja dia jantungan melihat kondisi anaknya.

Amelia menenangkan anak bungsunya dengan lembut, mengusap bagian lengannya dan memberikan rangkulan untuk meredakan emosi nya.

"Bicara baik baik ya" ujarnya dengan lembut khas keibuan, Erik langsung menunduk dan menghela nafasnya berkali kali guna mengontrol emosi, ia menatap ke arak Raka sekali lagi melihat kakanya masih di tenangkan oleh papanya, ia memandang tajam kakanya yang melihat ke arahnya lalu kembali menyembunyikan wajahnya di dada bidang papanya.

"Jangan mimpi bisa keluar ataupun menginjak keluar mansion lagi, itu tidak akan pernah terjadi"

Kemudian setelah itu Erik keluar dari kamar kakanya tersebut tanpa menghiraukan teriakan sang kaka Yanga memanggil namanya berkali kali.

"Erik mau kemana hiks erikkk lepasinnnn turunnnn erikkk ikuttt, hiks maaf ikutt hiks lepasinnn" teriak Raka sambil menangis sesegukan, kakinya bergerak ingin di turunkan namun papanya malah menjauhkannya dan membawanya ke balkon kamar,

"Syutt Erik hanya sedikit marah dia bercanda, ada papa di sini, tenanglah"

"Gak mau hiks turuninnnn kenapa sihh hiks"

"Nanti kalau kamu menyusul Erik bisa tambah marah dan kamu beneran gak di bolehin keluar mau?" Raka berhenti berontak dan menatap papanya dengan wajah yang masih berlinang air mata,"

"Udah jangan nangis lagi, tadi papa beliin Lego terbaru mau melihatnya?" Ia sengaja mengalihkan perhatian anak itu, untuk tidak terlalu memikirkan kejadian tadi.

Tanpa sadar Raka sendiri menganggukkan kepalanya, sepasang ayah dan anak itu kini beralih duduk di sebuah kasur besar milik Raka, dan di sana sudah tergeletak paper bag berukuran besar,

Raka membukanya dan terlihat lah mainan Lego keluaran terbaru yang ia inginkan sebelumnya, Raka pernah memintanya pada Erik katanya mau di belikan tapi jika selalu di tagih pasti selalu lupa dengan pesanannya.

Amelia? Dia menyusul putra bungsunya, mungkin ingin menanyakan masalah tadi. Sedangkan Raka sudah asik sendiri dengan mainan barunya, dan melupakan pasca kejadian sebelumnya. Leonard sendiri sesekali membantu anaknya menemukan perpecahan dari beberapa lego Lego itu. Sengaja memang untuk seminggu kedepan ia akan menghabiskan waktu bersama anak ketiganya itu, masalah kantor ada Elden dan Delton yang sangat bisa di andalkan.

Tadi istrinya mengajaknya untuk membeli beberapa mainan dan baju untuk Raka, melihat beberapa hari ini Raka di larang Erik keluar rumah pasca pulang dari rumah sakit dan di dalam rumah pun game dan gejed di batasi anak bungsunya itu, akhirnya Amelia memutuskan untuk membelikan Raka beberapa mainan untuk menghilangkan rasa bosan nya Raka, supaya tidak terlalu melakukan aktivitas di luar.

Bersambung...

Sedikit aja hehe...

See you the next part>

RAKA GREYSON Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang