sakit

1.1K 49 0
                                    

Mata yang semula menutup itu perlahan membuka, cahaya lampu langsung menusuk ke retina nya membuatnya kembali memejamkan mata guna menyesuaikan cahaya itu, setelah selesai ia kembali membuka matanya dengan menyipit, tangannya terulur untuk memijat area pelipis karna kepalanya sedikit pusing, mungkin efek dari demamnya atau ia kelamaan tidurnya, huh sudahlah jadi tambah pusing dianya.

Tak lama suara dari pintu yang di buka membuat ia mengalihkan perhatian nya,,

Ceklek

Pemuda dengan kasual khas rumahan menghampiri pemuda yang sedang berbaring itu, tangannya terulur untuk menyentuh dahi nya guna memastikan demamnya sudah turun apa belum.

"Kepalanya masih pusing?" Tanya Erik, kalian tak perlu lemotlah untuk memahami siapa pemuda satunya, (canda😄)

Hanya di balas anggukan oleh Raka, ia sedang malas untuk membuka suara, lagipun ia masih kesal pada adiknya itu, memilih untuk memejamkan mata kembali karna rasa panas yang menjalar di tubuhnya membuatnya tak nyaman, Erik mengelus dahi kakanya untuk meringankan sakit di kepala Raka.

Beberapa orang memasuki kamar itu secara bersamaan, pandangannya tak lepas dari Raka yang memejamkan matanya,
"Is the heat not coming down yet son?" Tanya Amelia,

"Belum mom sepertinya, tadi saat ku cek suhunya naik lagi kayaknya" matanya melihat kakanya yang tengah pucat itu, alisnya sedikit mengkerut menahan sakit di kepalanya, sungguh hal yang paling Erik benci di dunia ini adalah melihat kakanya menderita.

"If that's the case, just take him to the hospital and wipe him for fear of what's wrong." Ujar Elden, ia juga sangat khawatir pada adiknya sekaligus kasihan, bahkan demamnya dari kemarin malem belum turun dan sekarang suhu nya kata Erik tambah naik.

"Gak mau" lirih Raka dengan masih mata yang memejam, tangannya menggenggam erat tangan Erik, jujur saja ia sangat membenci rumah sakit apalagi ia memiliki trauma akan jarum, dan itu benar benar sangat menyiksanya saat trauma itu kambuh, Erik sebenarnya setuju saja menangkan niat awalnya akan membawa kakanya ke rumah sakit namun melihat tangan kakanya yang gemetar dan berkeringat dingin membuatnya tak tega membawa secara paksa, Raka terus bergumam tak ingin di bawa kerumah sakit.

"Sayang hei,, jangan takut ok kita kesana sama sama, kamunya biar cepat sembuh HM" Amelia sedikit memberi pengertian, Raka hanya menatapnya sekilas lalu beralih menggapai tangan Erik kembali di belakang Amelia, memang tadi Erik sedikit memberi waktu pada mamanya untuk membujuk Raka tapi hasilnya,, Raka yang tak merespon sama sekali bahkan tatapannya pun tampak menyiratkan kekecewaan yang amat terdalam.

Amelia menggapai tangan Raka yang menggapai tangan Erik dengan cepat, sehingga membuat Raka sedikit terkejut. Leonard yang sedari tadi hanya memperhatikan mendekat ke sisi kanan ranjang putra bungsunya,
"Buka mulutmu son" menurut, karna Leonard memasukkan termometer ke dalam mulutnya. Semua menunggu hasil dari termometer itu hingga
Tit tit...

40,1 derajat Celcius sangat tinggi sekali, mata Raka mengeluarkan air mata sedikit karna memang suhu badannya terasa panas semua,,, semua merasa khawatir dengan keadaan Raka, Amelia yang note bennya seorang ibu tentunya merasa sangat gelisah dan khawatir, ia menidurkan dirinya di samping putranya dengan linang air mata, ia baru saja melihat ini sungguh hatinya begitu perih, namun bagaimana keadaan Raka dulu saat kejadian. Tak ada orang yang mempercayai putranya dulu,

"Raka anak hebat anak kuat,putra kesayangan mama, cepet sembuh sayang" wanita mencium dahi anaknya yang terasa panas,

Tak lama seorang dengan setelan jas dokter datang tak lupa dengan tas peralatan alat medis nya,
"Kenapa kau lama sekali om" ujar Erik kesal,
"Tadi ada sedikit kemacetan di jalan dan om tidak langsung bisa menerobosnya" ia mengeluarkan alat alat medisnya untuk memeriksa pasien manisnya ini, sambil menjawab pertanyaan dari anak sahabatnya itu..

Sahabat? Ya Naufal praditya sahabat dari Leonard sewaktu SMA dulu, entah bagaimana ceritanya ia bisa mendirikan rumah sakit di Indonesia ini dan di suruh Leonard untuk menjadi dokter pribadi keluarga nya yang ada di Indonesia, dan salah satunya Raka sendiri karna di banding Erik Raka sering sekali sakit.

Mendengar jawaban om nya Erik mengerutkan dahinya,
"Bukankah kau bisa menyalakan sirine ambulans?" Tanya Erik

"Aku tidak membawa mobil yang itu, aku membawa mobil ku yang satunya"

"Kenapa kalian malah bahas tentang mobil? Cepatlah periksa adikku terlebih dahulu baru kalian bisa berdebat lagi" ujar Elden

Naufal membuka kancing piyama dari Raka sedikit lalu menempelkan stetoskop itu ke bagian dada pasien manisnya,

"Demam nya tambah tinggi dari kemarin terakhir aku cek, tadi kau cek berapa suhunya?" Tanyanya pada sahabatnya itu yang sedari tadi memperhatikan,

"40,1 derajat Celcius apakah perlu ke rumah sakit?"

"Huh, tidak perlu aku sudah menyiapkan beberapa peralatan infus, aku akan menginfusnya karna sedari tadi dia hanya menutup mata takut dehidrasi, aku juga akan menambahkan cairan untuk menurunkan demamnya di dalam infusnya nanti"

"Hem lakukanlah jangan kebanyakan omong om" ujar Elden kesal, hei kalau kalian jadi dia mungkin juga sama kesalnya, Naufal dari tadi kebanyakan bacot.

"Kau kenapa menyebalkan sekali Elden," ia berujar sambil menyiapkan tiang infus dan selang nya, Elden hanya cuek bebek dia mah.
Naufal mengoleskan tisu steril di punggung tangan kiri Raka, lalu menusukkan jarum infus itu yang membuat Raka terkejut dan ingin menarik tangannya namun di tahan oleh Leonard, sehingga ia hanya terisak namun matanya masih terpejam entah mungkin sedang menahan pusing di kepalanya, sedangkan kepala anak itu bersandar di dada Erik,

"Syutt semua baik baik saja boy" bisik Leonard pada telinga Raka ketika ia melihat keringat dingin di dahi anak itu di sertai isakan dan gumaman dari mulutnya, kepalanya pun menoleh ke kanan dan kekiri menandakan anak itu tengah gelisah, entah apa yang mimpikan Raka di gelapnya retina yang tertutup itu.

Cup.

"Papa disini maafkan kesalahan papa yang lalu, papa menyayangimu"

Cup

"Entah kesalahan mama bisa di maafkan atau enggak di masa lalu itu tetapi, biarkan mama menebusnya walau sudah terlambat"

"Semua orang menyayangimu kak, bukalah hatimu kembali untuk memaafkan kesalahan mereka di masa lalu, Erik tau sulit untuk melupakan trauma dan luka yang dalam itu, apalagi faktor utama nya sendiri dari keluarga kita tetapi percayalah mereka benar benar tulus dalam penyesalan itu, semoga keputusan mu tidak merugikan dirimu sendiri, Erik menginginkan yang terbaik untuk kakak, Erik sayang Kaka" ujar Erik dalam hati ketika melihat kedua orang tuanya mencium pipi kanan kiri Raka secara bersamaan dan mengucapkan kata maaf secara tulus.

"Mudah untuk mengatakan maaf tapi sulit untuk melupakan luka itu, huh semoga ini yang terbaik" tes tes tes.

Bersambung...

Maaf sebelumnya buat temen temen pembaca ku yang setia, mohon maaf jika aku kurang konsisten untuk update cerita ku, jujur saja aku orangnya mood mood an kalau mau nulis, karna kadang udah nulis separuh bab eh ilang udah di otak mau nulis kelanjutannya kayak gimana,

Jadi terima kasih buat readers ku yang masih setia membaca cerita ku ini, banyak banyak terima kasih deh sayang kalian semua😘😘😘❤️

See you the next part>
By
By
By
By
By
By
By 👋👋👋👋👋👋👋👋👋👋👋👋👋👋👋👋👋👋👋👋👋👋👋👋👋👋👋👋👋👋👋👋👋👋👋👋👋👋👋👋👋👋👋👋👋👋👋👋👋👋👋👋👋👋👋👋👋👋👋👋👋👋👋👋👋👋👋👋👋

RAKA GREYSON Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang