Bara si tukang adu bacot

688 45 2
                                    

Pagi ini seorang pemuda sudah siap dengan setelan seragam yang bisa di bilang lumayan rapi, kalian tau siapa itu! Sudah pasti Raka ya hari ini demamnya sudah turun namun badannya masih terasa sedikit hangat, ia bosan di mansion padahal ia baru libur 3 hari, dan karena ada keluarga nya membuat ia semakin tidak betah untuk berdiam diri di mansion itu.

Menatap dirinya di depan kaca lalu membetulkan dasinya yang sedikit menurun. Ia keluar dari walk in closet menuju ke kamarnya berjalan ke meja belajar mengambil beberapa buku pelajaran yang akan ia bawa hari ini.

Ceklek

Pintu kamarnya di buka membuat ia mengalihkan pandangannya melihat siapa yang masuk, rupanya Erik dengan setelan seragam sekolah menghampiri Raka yang memasukkan beberapa buku.

"Libur dulu ya, badan Kaka masih hangat loh ini" bujuk Erik, memang tadi ada sedikit cekcok masalah pergi ke sekolah, bukannya apa Erik takutnya kakanya drop lagi.

"CK, Raka gak papa lagian kalau kelamaan di mansion bisa tambah sakit Raka"
Ia menyingkirkan tangan Erik yang menyentuh dahi dan lehernya,

"Nanti ada upacara mending besok aja sekolahnya" ujar Erik yang masih berusaha membujuk.

"Nanti izin kan bisa"
"Kak tapi-
"Udahlah Erik ini masih pagi kalau mau debat nanti lanjut di sekolah lagian katanya ada upacara kan nanti, takut telat" ia langsung menyampirkan tasnya di bahu lalu berjalan keluar kamar diikuti Erik di belakangan.

Raka mengayunkan langkahnya memasuki lift,

Sampai di lantai bawah ia kembali melangkah menuju ruang makan yang sudah di isi beberapa orang,
"Mau makan apa sayang" tanya Amel pada sang putra, akhirya keinginan nya dari dulu terwujud.

"Roti selai coklat"

"Kalau Erik apa"

"Selai kacang" menunggu Amelia yang menyiapkan, Leonard mengecek suhu tubuh anaknya, dan masih terasa sedikit hangat.

"Badan mu masih hangat, kau yakin ingin sekolah boy" tanya Leonard
"HM, lagian kalau di buat tidur jadi pusing" ia menerima piring yang di berikan Amelia,

"Baiklah, tapi pakai jaket dan biar di antar Kaka mu, Rion tolong ambilkan jaket di kamar putraku"

"Baik tuan"

"Tidak usah, Raka masih sanggup buat naik motor sendiri" ujarnya sambil memakan sarapannya,
"Badan mu masih hangat, dan papa lihat kau masih sedikit lemas jadi biar diantarkan"
"Gak usah-
"Diantar atau gak usah sekolah saja" final Leonard dan Raka hanya bisa mendengus kesal.

Skip..

Sampai di sekolah Raka turun duluan dan membanting pintu mobil dengan keras, huh hari yang buruk menurut nya. Sedangkan di dalam mobil ketiga peria itu menghela nafas sabar.

"Jaga Kaka mu Rik" pesan Elden.

"Jangan biarkan dia makan makanan yang gak sehat dan hindari minum es saat di kantin dan-

"Tidak perlu kau ingatkan aku sudah tau duluan kak"

Brak

"Punya dua adik gak bener semua"

"Hei apa aku bukan adik mu juga"

"Entahlah kalau itu aku pikir pikir dulu"

"Sialan kau"

....

Raka langsung menenggelamkan wajahnya di lipatan siku
Mengabaikan pertanyaan dari bara,
"CK, Lo kenapa sih jangan bikin gue khawatir Napa dah" ujar bara yang masih melihat Raka menelungkup kan kepalanya.

"Kalau Lo masih sakit kenapa sekolah" ujar damar, anak ini tidak seperti bara yang selalu grasa grusu dia tenang namun pikirannya tajam.
Ia mengelus kepala belakang Raka dengan lembut,

Kepalanya menggeleng tanpa mengangkatnya, huh entahlah semenjak keberadaan keluarga nya di mansion rasanya ia ingin selalu marah. Dan di kejadian mobil tadi benar benar membuat mood nya kacau pagi ini, bagaimana tidak marah dan kesal coba kalau kakanya bilang motornya akan disita semasa ia sekolah dan akan di antar jemput setiap hari, heh dia bukan anak cewek yang harus di anter jemput setiap hari. Menolak! Pasti di Kamus Raka tak ada yang namanya peraturan yang harus di turuti, hei jangan kalian pikir Raka jarang debat dengan Erik karna anak itu yang protektif bahkan hampir setiap hari mereka berdua cekcok.

"Kepala Lo pusing kah" tanya damar saat tak sengaja menyentuh leher anak itu dan terasa sedikit hangat,

"Gak, gue udah sehat" ia melihat kedua sahabatnya yang memperhatikannya sedari tadi.

"Ni anak ya bandel banget di omongin, kalau masih belum fit kagak usah di paksain sekolah ogep, udah nanti kagak usah ikut upacara Lo disini aja gue temenin, bukannya apa ni ya gue sebagai sahabat yang baik kagak mau sahabat gue kesepian" ujar bara

"Hem bener kata bara"
"CK, kagak usah Lo berdua ikut upacara aja gue gak papa sendirian"

"CK, udahlah kagak papa santuy aja ka kayak sama siape aja lu"
"Bar gue tau maksud terselubung Lo, Lo pasti males ikut upacara kan"

"CK, kagak terima kasih ye ni anak di karuniai sahabat sebaek gue, ya maksud lainnya agak nyerempet kesitu sih hehe"

"CK gue dah hapal Lo berdua"
Bukannya apa, kadang ketiganya mempunyai banyak alasan untuk tidak mengikuti upacara hari Senin kalau kagak ketahuan hutu tapi, kalau ketahuan ya terpaksa mereka berdiri dengan ogah ogahan, jangan kalian pikir mereka murid brandal, oh big no, ketiganya merupakan siswa berprestasi bahkan satu sekolah belum ada yang dapat menyaingi juara umum yang selalu di dapat oleh mereka tiap tahun, bara yang selalu dapat peringkat tiga, Raka dan damar yang mendapat peringkat satu dua, kadang Raka yang dapat satu dan kadang damar yang mendapat juara satu, keduanya seperti pesaing jika di orang luar melihatnya namun jika di lihat lebih dalam mereka merupakan sahabat yang saling melengkapi.

Brak..

"Eh tahi ayam berak di sapiteng pak Mamad, astaghfirullah Bu kalau jantung saja lepas gimana" ujar bara mendramatis, sedangkan Raka dan damar sama terkejutnya namun tidak sampai mengeluarkan kata kata yang aneh itu.

"Ini kenapa masih di sini upacara sudah terlaksana 10 menit yang lalu" teriak Bu Andi

"Ya Allah Bu kita lagi diskusi mau ngepet entar malem"

"Heh kamu pikir ibu percaya"

"Ya siapa yang ngomong kalau ini bener" ujar bara santai kedua temannya hanya memperhatikan, kalau soal adu cekcok bara lah juaranya.

"Kamu"

"Hah, kapan saya ngomong"

"Agrhh sudahlah, ini kenapa kalian belum masuk barisan"

"Saya sakit Bu" Raka mengangkat tangannya.

"Terus kenapa kalian berdua gak masuk barisan"

"Saya mau ngajak dia ke UKS tapi gak mau, jadi saya temenin disini" ujar damar,

"Terus kenapa kamu gak masuk barisan"

"Ibu tau arti solidaritas gak" tanya bara.

"Tau terus" ibu Andin mengernyitkan alisnya bingung.

"Menurut kamus Indonesia, solidaritas adalah satu rasa, satu nasib,dan perasaan setia kawan. Nah sebagai seorang sahabat kami di wajibkan mempunyai rasa itu, jadi kalau salah satu di antara kami sakit maka sebagai sahabat saya mempunyai kewajiban untuk menemani sahabat saya"

Sudah di bilang bukan kalau soal adu bacot bara juaranya, dan adu mulut itu berlanjut sampai bel masuk jam pertama di mulai sedangkan damar dan Raka menatap malas kedua murid dan guru itu.

Bersambung...

Di wajibkan setelah baca pencet tombol bintang di bawah,

See you the next part>

RAKA GREYSON Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang