21.

556 41 0
                                    

"Raka ayo bangun sayang, waktunya sarapan" Amelia berujar dengan lembut sesekali mengelus suraian rambut anaknya yang berantakan.

Ini sudah pukul delapan pagi, dan Raka meninggalkan sarapannya, sengaja tidak di bangunkan karna kemarin malam anak itu mengalami demam akibat kebanyakan nangis, itupun berhenti setelah di paksa tidur oleh papanya, awalnya menolak karna ia ingin bersama dengan Erik untuk meminta maaf namun selesai pertengkaran Erik tak menampakkan hidung batangnya, adiknya benar benar marah padanya.

"Ayo sayang nanti magh kamu kambuh" elusan itu justru membuat Raka semakin mengeratkan pelukannya pada selimut dan bantal, wajahnya semakin tenggelam di balik gundukan selimut itu.

Tak ada pergerakan sedikitpun selain lenguhan dan Raka membalikkan posisinya, membuatnya menghela nafas lelah, hampir dua puluh menit namun anak itu sudah di bangunkan. Pasrahh

"Belum juga bangun?" Kini ia beralih menatap suaminya di di ambang pintu, kepalanya menggeleng sebagai pertanda jawaban. Leonard mendekat kini tatapan datarnya menatap putra nya yang masih bergelung selimut, menyingkap selimut itu sedikit kasar, lalu tanpa patah kata ia menggendong putranya ala koala.

Raka hanya melenguh kecil sembari mencari posisi nyaman, Leonard berjalan keluar di ikuti istrinya di belakang, sampai di meja makan Raka masih saja memejamkan matanya, bahkan saat di dudukkan menyamping dan kepalanya tergelek ke dada papanya, ia hanya pasrah karna jujur matanya lengket sekali untuk di buka, semalaman badannya tak enak membuatnya susah tidur hingga ia baru bisa tidur pukul 3 pagi itupun dengan di gendong Leonard.

"Ini pah" Amelia meletakkan semangkuk bubur dan di irisi beberapa suwir ayam di atasnya, tanpa kacang kacangan karna Raka benci kacang.

Amelia meletakkan bubur sekaligus air putih di gelas lalu ia beralih mendudukkan dirinya di dekat suaminya bersama anaknya, memilih menatap Sang suami yang sedang menyendok bubur dan beberapa suwir ayam sedikit di atasnya meniupnya perlahan lalu mendekatkan makanan itu di bibir Raka, beberapa kali juga suaminya menyuarakan untuk Raka membuka mulutnya. Lebih baik begini meskipun mata anak itu tertutup rapat tapi ia dan suaminya tetap harus memaksa Raka sarapan karna setelah pertengkaran anak itu semalam dengan Erik perutnya belum terisi apa apa alias kosong.

Gerakan di bibir Raka begitu pelan, Bahakan saat mengunyahnya saja Raka harus di interupsi. Satu suapan yang masuk dan itu butuh sepuluh hingga lima belas menit untuk mengunyah dan menelannya. Menuju suapan ketiga Raka akhirnya membuka mata dengan kesal langsung membalikkan badan hendak melingkarkan tangannya di leher sang papa namun langsung di hentikan.

"Makan dulu baru lanjut tidur" ujar Leonard mencegah nya

"CK cerewet" tanpa menghiraukan nya langsung saja Raka langsung bergelayut di dengan gendongan kepala,

"Tak apa mas yang penting udah beberapa suap yang masuk" ujar Amelia menenangkan suaminya yang kini hendak menegur anak itu, kasih juga ketika melihat mata anaknya tadi saat terbuka sedikit merah. Mungkin memang sangat ngantuk, Leonard mengangguk lalu mengelus punggung Raka yang kini nafasnya sudah teratur yang menandakan bahwa anak itu telah tertidur lagi.

"Aku akan membawanya ke kamar"

"Hm nanti aku akan menyusul, aku bereskan dulu ini"

Ia hanya mengangguk saja lalu berjalan menuju kamar putranya, setelah sampai ia membaringkan tubuh anaknya secara hati hati lalu membaringkan dirinya di samping sang putera, mengelus perlahan suraian putranya sesekali menciumnya karna gemas, tak lama ia juga ikut terlelap bersama putranya huh malam tadi bukan cuma Raka yang tak tidur ia pun juga harus begadang, karna Raka beberapa kali terbangun dan mengigau saat tidur.

Puncaknya saat jam dua pagi tadi anak itu meraung akibat mimpi buruk, meminta bertemu Erik namun anak bungsunya itu sendiri mengatakan tidak akan menemui kakanya untuk beberapa kali karna memang ada urusan penting dan menginap di rumah temannya, lagipun Erik sendiri ingin memberi sedikit pelajaran untuk kakanya atas ucapannya tanpa berpikir ulang, sengaja tidak menemui kakanya supaya Raka tau apa kesalahan dia.

Akhirnya dengan berbagai cara Leonard menenangkan hanya dengan sebuah gendongan dan sedikit elusan di punggung anak itu, Raka langsung tertidur pulas walaupun ada sedikit drama.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
...

.
.
.

Saat ini Erik sedang berkumpul di ruang OSIS untuk membicarakan sebuah kegiatan yang akan mereka laksanakan Minggu depan.

"Apakah kau sudah yakin jika beberapa tempat yang akan kita kunjungi sudah kau interupsi dan konfirmasikan Ridwan" ujar Erik

"Sudah Rik tapi ada salah satu tempat nanti yang sangat ramai pengunjungnya, karna bertepatan hari libur, mereka menolak untuk mengosongkan sedikit pengunjungnya"

"Tak masalah jika tempatnya luas, tapi yang jadi masalah apa anak anak sudah menyusun schedule dan kau Riska apa sudah membagi tugas beberapa anggota OSIS lainnya"

"Sudah Rik, semua sudah terbagi rata tapi ada sedikit masalah di bagian konsumsi, kita kekurangan anggota"

"Kau beri berapa memang untuk penanggung konsumsi"

"Untuk penanggung konsumsi ada enam, nah bis yang akan kita sewa nanti ada sekitar lima, aku beri masing masing setiap bis ada dua penanggung dan tersisa dua bisa yang tida ada penanggung jawabnya"

Erik tampak merengutkan dahinya memikirkan, memang angkatannya bisa di katakan sedikit untuk anggotanya, namun di mata anak anak sekolah anggota OSIS itu banyak karna tercampur dengan adik kelasnya dan Kaka kelasnya, sedangkan yang jadi penanggung jawab penuh atas acara ini adalah angkatannya dan untuk anggota lain angkatan bawah dan atasnya hanya membantu bukan sebagai penanggung.

"Zidan kau sebagai penanggung apa"

"Aku sebagai pengarahan, dan pengabsen ketika sampai atau berangkat tujuan nanti"

"Berapa anggotamu"

"Aku di beri delapan anggota oleh Riska"

Kini tatapan Erik bertatapan dengan Riska seolah menanyakan,

"Aku memberi delapan karna pengabsen sekaligus pengarah memang memiliki tugas yang rada berat"

"Hm, tapi kurasa lima saja cukup. Nanti di pengarahan bisa di bantu anggota OSIS lainnya dan tiga anggotamu Zidan aku ambil untuk urusan penanggung konsumsi, karna menurutku bagian penanggung konsumsi banyak bolak balik untuk memesan ketringan dan pesanan nya, jadi setiap bis ada tiga atau dua anggota penanggung konsumsi"

"Hm, aku setuju idemu Rik"

"Baik semua sudah jelas semua persiapan sudah matang, dan kau Ridwan sebagai penanggung penuh untuk setiap lokasinya, Karana kau yang menghubungi agen sana dan jika tempatnya tidak sesuai dengan ekspetasinya kau harus selalu siaga untuk mencari tempat lainnya yang lebih menarik"

"Hm aku mengerti Rik"

"Semua sudah selesai, silahkan kembali ke kelas masing masing"

Mereka tak menjawab atau bertanya lagi, melihat Erik sedari rapat tampak pusing mereka tak mau menambah masalah Erik lagi,

Sementara Erik sendiri kini memijat pelipisnya yang pusing itu, handphone nya berbunyi terdapat notif dari papanya yang mengatakan Raka susah makan dari sarapan paginya, huh ia tidak sengaja menampar kakanya waktu itu, sungguh namun dengan keadaan itu bisa di bilang ia rada bersyukur karna Raka tak mengetahui tentang acara study yang akan sekolah adakan dan ia tak perlu pusing lagi memikirkan kakanya nanti tanpa dirinya saat ikut.

Bersambung...

Semoga suka walau agak enggak jela.

See you the next part>

RAKA GREYSON Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang